Sunday, February 19, 2012

That Girl



"I’m the girl that always has her phone in her hands, headphones in her ears, and that one guy on her mind."

 Duduk sendiri di sudut kafe tanpa mempedulikan sekeliling hanya terpaku pada gadget di tanganku. Handphone. Yup, tanpa barang ini aku tak bisa hidup sedetikpun (lebay mode:on). Bukan untuk sms atau telpon. Bukan. Aku bukan tipe orang yang suka bersosialisasi, makanya dering handphone menandakan telpon atau sms masuk akan membuatku tercengang kaget. Hmm... emang sebagian besar dari perusahaan asuransi, kartu kredit, salah sambung atau penawaran barang. Bagiku handphone adalah sarana untuk menghindari kekacauan atau suasana yang tak aku inginkan. Alat melarikan diri dari situasi yang tak ingin aku hadapi. Misalnya, saat di pesta yang tak ingin aku hadiri aku akan pura2 sibuk menerima telpon atau sms yang sebenarnya tidak ada. Saat aku harus berhadapan dengan orang yang tak aku harapkan aku tinggal mengeset alarm dan berpura2 itu adalah telpon sehingga aku bisa pergi seakan menerima panggilan darurat. Thats it!!

Pagi ini langit cerah setelah semalam sebelumnya  hujan mengguyur dengan derasnya. Embun masih bergelayut manja di ranting2 pepohonan maple yang aku lalui. Headphone warna silver metalik terpasang manis di telingaku, sekaligus menghindarkanku dari udara dingin pagi ini. Rutinitasku, lari pagi mengintari taman komplek apartemenku. Seperti biasa, tak mempedulikan sama sekali lalu lalang orang di sekitarku. Semua nampak abu2, tak berwarna. Begitu aku melihatnya....
Headphone ini selalu terpasang disana dengan apiknya. Aku tak ingin mendengarkan suara2 di sekitarku, aku tak ingin berinteraksi, aku menjaga jarak, ingin sendiri. Itulah aku... Seorang anti sosial. Terkadang aku hanya perlu berpura2 sedang asyik mendengarkan lagu dari headphoneku yang pada kenyataannya tak ada musik yang aku putar. Dengan begitu aku seakan tak mendengar apapun disekitarku dan berpura2 smua baik2 saja. Karena sesuatu yang tak kau dengar takkan menyakitimu. Thats it!!



Sekali lagi aku melirik layar ponselku.... sudah menunjukkan pukul 8.15. Dia terlambat 15 menit tak seperti kebiasaannya.. Dengan perasaan khawatir aku memencet tombol 2, speed dial nomor ponselnya. Tidak ada jawaban darinya...

Pada akhirnya aku menunggunya di sana selama 2 jam, tidak... selamanya. Karena dia tidak akan datang malam itu atau malam2 setelahnya. Bukan karena dia tak menepati janji, tetapi karena dia pergi ke tempat lain saat menuju ke tempat aku menunggunya malam itu. Dia pergi ke rumah Tuhan meninggalkan aku sendiri menunggunya. Memaksaku dengan getir malam2 setelahnya duduk di tempat yang sama, memandang hampa layar ponselku dan memasang headphone silverku. Menulikan diri dari bisikan bising orang disekitarku yang membicarakan kisah tragisku, membutakan diri dari pandangan orang yang kasihan melihatku masih saja dengan bodoh duduk disana. Jangan khawatir, aku tak menangis kali ini. Aku hanya ingin memikirkannya. Thats it!!


Ada yang mengatakan padaku betapa mudah hati dan pikiran seorang wanita. Betapa mudah aku melupakanmu, kisah cinta kita dan berpaling pada orang lain sedemikian cepatnya. Benarkah??? Apa mereka yakin aku berubah?? Apa mereka yakin hati dan pikiranku sudah tak sama lagi??? 
No!! Mereka tidak tau dalamnya hatiku, kelamnya pikiranku. Sampai detik ini hanya ada dia di hatiku, hanya dia dan dia yang aku pikirkan. Dia..dia..dia.. hanya dia yang aku lihat saat aku membuka layar ponselku, membaca sms. Hanya suaranya yang aku dengarkan saat aku menerima telpon, memasang headphone tak bersuara itu di telingaku. Hanya dia...
Karena itu, tanganku selalu sibuk memegang handphone, memasang headphone silver di telingaku, dan memikirkannya disaat yang bersamaan. Dengan begitu tak ada yang berani mengusikku saat menenggelamkan diriku memikirkannya. Biarkan aku hidup dalam duniaku sendiri. Thats it!!





"I’m the girl that always has her phone in her hands, headphones in her ears, and that one guy on her mind."
(inspired by @girlbooklet's twitter)

No comments:

Post a Comment