Saturday, January 23, 2016

COAGULATION: part 7

     Deretan pohon sakura di sepanjang jalan menghujani dua orang yang sedang berjalan bergandengan  tangan di bawahnya. Sesekali gadis itu meletakkan kepalanya ke bahu laki – laki yang selalu menyunggingkan senyum di wajahnya. Laki – laki itu mengeluarkan sebuah kotak dan memberikannya pada si gadis yang langsung membukanya. Sebuah kalung berbentuk malaikat.  Laki – laki itu memasangkannya pada leher si gadis lalu mencium lembut bibirnya.

COAGULATION: part 6

    “Oppa, apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku heran melihat kemunculan mendadak Teuki oppa. Dan dia datang sendirian, padahal biasanya selalu bersama oppadeul. Tak menjawab pertanyaanku malah tersenyum dan menghampiri tempat aku duduk. Dia menyerahkan sebuket bunga tulip, bunga kesukaanku.
    “Kenapa?? Kau tak suka oppa datang?” tanya dia lembut. Aku menggeleng.
   “Bukan begitu. Kan Shinmin besok udah pulang ke Seoul, kenapa oppa harus repot – repot datang kesini?” kataku beralasan. Sebenarnya aku sedikit merasa tak nyaman saat ini kalau hanya berdua saja dengannya.
    “Tidak ada salahnya kan, oppa datang menjemput pacar oppa?” kata Teuki oppa sambil tersenyum.
    “Menjemputku??” seruku membelalak.

COAGULATION: part 5

    -HanKyung’s Office-
   Delapan dokter termasuk HanKyung, Kangin, Heechul dan Kim Sooro berkumpul di ruangan HanKyung sedang mengadakan pertemuan medis sehubungan dengan kondisi Shinmin.
   “Saya sudah melakukan pemeriksaan terhadap Shinmin. Tidak ada luka serius pada kepala dan bagian tubuh Shinmin lainnya. Dalam beberapa minggu ke depan dia akan sembuh total,” lapor HanKyung pada keluarga Shinmin seraya menunjukkan beberapa hasil scan dan photo sinar X. Berlembar – lembar hasil laporan media ada ditangannya.
   “Bagaimana dengan ingatannya?” tanya Kim Sooro sedikit cemas. Masalah jantung dia memang ahlinya, tapi dia dibuat tak berdaya karena tidak bisa menyembuhkan Shinmin.
   “Sepertinya dia mengalami trauma otak karena benturan keras saat kecelakaan. Ada kerusakan pada struktur otak bagian memori, ini menyebabkan dia melupakan kejadian 2 tahun terakhir,” jelas HanKyung sekilas membaca sebuah laporan.

COAGULATION: part 4

    “Shinmin!! Dengarkan penjelasan oppa dulu!!” pinta Teuki oppa mengejar langkahku. Setelah hampir 2 minggu aku menghindarinya, menolak teleponnya, dan sembunyi di rumah kakek demi agar tidak bertemu dengannya saat dia mencariku di rumah. Hari ini akhirnya dia menemukanku di kampus. Mencegatku di depan pintu kelas.
    “Shinmin ga mau dengar apapun lagi,” teriakku menutup telinga dengan kedua telapak tanganku. Mempercepat langkahku menyusuri lorong kampus menuju halaman kampus. Sial!! Kenapa hari ini tepat pertama kali aku masuk kuliah Kangin oppa harus ada operasi, sih???? Tangan Teuki oppa berhasil mencekal lenganku dan menarikku untuk berhenti saat kami tepat ada di jalan setapak taman. Memutar badanku setengah memaksa ke arahnya.

COAGULATION: part 3

“Kau harus putus hubungan dengannya!!” kata Kangin oppa tegas. Aku tersentak kaget mendengar nada oppa yang serius dan tegas sekaligus terluka.
“Tapi kenapa, oppa? Kenapa Shinmin harus putus dengan Teuki oppa?” desakku ingin tahu. Aku ga mau putus begitu saja dengan Teuki oppa meskipun demi Kangin oppa sekalipun.
“Shinmin, apa kau tahu siapa dia?” Kangin oppa menanyakan sesuatu yang tak kumengerti maksudnya.

COAGULATION: part 2

    Menatap selembar photo yang terselip secara rahasia di buku kuliahku sekali lagi untuk menyuntikkan semangat sebelum bergegas keluar kamar dan berangkat ke kampus, kukembalikan buku itu diantara buku kuliahku di lemari buku tepat sebelum Kangin oppa menerobos masuk dan mengejutkanku.
    “Aigo, oppa! Ngagetin Shinmin aja!” teriakku kaget setengah mati. Sembunyi – sembunyi tangan kananku mendorong buku lebih ke dalam lagi. Oppa memandangku dengan mengerenyitkan dahi. Heran melihatku terkaget – kaget sedemikian rupa seolah ketahuan sedang berbuat jahat.

COAGULATION : part 1


      Aku benci rumah sakit. Segalanya yang ada di rumah sakit. Temboknya yang berwarna putih, tempat tidurnya yang keras, suasananya yang dingin, raut muka kesakitan dimana - mana dan bau obat menyengat di setiap penjuru rumah sakit. Selalu berita buruk yang ada di rumah sakit, tercium kematian pada setiap detiknya. Meskipun ayah dan kedua kakakku seorang dokter, tetap kebencianku terhadap rumah sakit tidak pernah berubah. Separah apapun aku sakit tidak pernah mau menginjakkan kaki ke rumah sakit, cukup menyeret salah satu kakakku untuk merawatku di rumah.