Saturday, January 23, 2016

COAGULATION: part 5

    -HanKyung’s Office-
   Delapan dokter termasuk HanKyung, Kangin, Heechul dan Kim Sooro berkumpul di ruangan HanKyung sedang mengadakan pertemuan medis sehubungan dengan kondisi Shinmin.
   “Saya sudah melakukan pemeriksaan terhadap Shinmin. Tidak ada luka serius pada kepala dan bagian tubuh Shinmin lainnya. Dalam beberapa minggu ke depan dia akan sembuh total,” lapor HanKyung pada keluarga Shinmin seraya menunjukkan beberapa hasil scan dan photo sinar X. Berlembar – lembar hasil laporan media ada ditangannya.
   “Bagaimana dengan ingatannya?” tanya Kim Sooro sedikit cemas. Masalah jantung dia memang ahlinya, tapi dia dibuat tak berdaya karena tidak bisa menyembuhkan Shinmin.
   “Sepertinya dia mengalami trauma otak karena benturan keras saat kecelakaan. Ada kerusakan pada struktur otak bagian memori, ini menyebabkan dia melupakan kejadian 2 tahun terakhir,” jelas HanKyung sekilas membaca sebuah laporan.
    “Amnesia maksudmu?” tanya Kangin memastikan. HanKyung menoleh dan mengangguk.
   “Iya. Ini kasus amnesia ringan, Shinmin tidak melupakan seluruhnya, hanya kejadian dan juga orang – orang yang dia kenal selama 2 tahun ini,” jelas HanKyung lagi.
   “2 tahun itu sama saja dengan seluruh hidupnya, kan?Apa dia bisa sembuh?” suara Heechul tercekat. Dia tidak bisa membayangkan apabila Shinmin tidak bisa sembuh seumur hidupnya.
   “Saya belum tahu, perlu pemeriksaan lebih lanjut. Kalau Kim Sooro-ssi tidak keberatan, biarkan Shinmin disini dulu. Selain itu memindahkannya ke Seoul dengan kondisi seperti sekarang cukup beresiko, saya belum tahu separah apa trauma pada otaknya. Dikhawatirkan malah memperparah luka di otak Shinmin,” kata HanKyung meminta persetujuan dari ayah Shinmin yang berulang kali menghela napas tegang. HanKyung tidak ingin menutupi kenyataan itu, masih ada kemungkinan kondisi Shinmin makin buruk. Tidak hanya amnesia tapi juga bisa menyebabkan kerusakan permanen.
    “Paman mengerti. Paman serahkan Shinmin padamu, Paman percaya pada kemampuanmu dan itu membuat perasaan paman dan bibi lega. Sepenuhnya dia akan jadi tanggung jawabmu,” sahut Kim Sooro menyetujui usul HanKyung. Dia akan menyerahkan nasib Shinmin pada HanKyung, dokter muda sahabat kedua anak lelakinya yang juga dokter ahli dalam bidang ini.
   “Terima kasih. Saya akan berusaha menyembuhkan Shinmin. Dia sudah saya anggap sebagai adik sendiri,”  kata HanKyung tersenyum berusaha menenangkan hati pria separuh baya yang sudah dia anggap ayah sendiri itu.
   “Paman dan sekeluarga yang seharusnya mengucapkan terima kasih padamu. Kalau bukan karena dirimu, mungkin Shinmin tidak akan selamat. Baiklah, selanjutnya Shinmin ada di tanganmu,” balas Kim Sooro menepuk punggung tangan HanKyung. Memeluknya sekilas sebagai ungkapan terima kasihnya. Sesaat ruangan sedikit sepi. Semua terbelenggu dengan pikiran mereka.
  “HanKyung, apa perlu kita beritahu Shinmin tentang kondisinya?” tanya Kangin memecah kesunyian.
   “Kita memang harus memberitahukannya. Dengan begitu dia akan ambil bagian dalam usaha penyembuhannya. Secara medis, amnesia tidak bisa disembuhkan hanya dengan obat saja tetapi juga usaha dari si penderita. Shinmin harus melakukan terapi dan mencoba membangkitkan memorinya secara perlahan,” jelas HanKyung. Kangin terpekur mendengarnya, dia berkata pelan yang sebenarnya dia tujukan pada dirinya sendiri.
   “Kadang aku berpikir lebih baik Shinmin hilang ingatan atas peristiwa 2 tahun ini.” Masih jelas dalam bayangannya kata Shinmin sesaat sebelum terjadi kecelakaan itu, bahwa dia berharap benar – benar ingin melupakan semuanya.
    “Yah!! Kau jangan ngawur!!”  bentak Heechul emosi.
   “Bukankah hal ini yang Shinmin inginkan?? Melupakan semua yang membuat dia terluka dan menangis?” keluh Kangin mengusap wajahnya galau.
    “Kangin!! Apa kau ingin adikmu merasakan seperti ada lubang hitam di hatinya karena bagaimanapun juga memori itu bagian dari hidupnya, dirinya. Hah?!! Kau ingin dia seperti itu??!!” bentak Heechul sambil menggebrak meja. Kim Sooro langsung menepuk pundaknya berusaha menenangkan putra sulungnya yang memang sedikit temperamen itu.
    “Tidak. Aku juga ingin dia mengingat semuanya. Tapi bagaimana ketika ingatannya kembali dia akan merasakan luka itu lagi?” sahut Kangin menggeleng. Hatinya diliputi kebimbangan. Hyun Young, apa yang harus aku lakukan??
    “Kita pikirkan itu nanti. Terpenting sekarang adalah membuat Shinmin kembali seperti dulu dan mengingat semuanya,” putus HanKyung. Bergantian dia menatap kedua sahabatnya itu.
    “Satu hal lagi. Teuki hyungnim harus kita libatkan, dia faktor utama yang bisa membuat Shinmin sembuh dari amnesia,” tambahnya lagi. Heechul menoleh padanya dan bertanya.
    “Apa yang akan kita katakan pada Shinmin tentang Teuki?”
   “Sebenarnya. Sebagai kekasih Shinmin, tentu saja kenyataan pahit yang membuat Shinmin terluka untuk saat ini kita simpan dulu. Kembalikan ingatan Shinmin pada masa dia belum tahu Teuki hyungnim adalah Park Jung Soo,” jelas HanKyung. Semua orang terdiam mendengar idenya dan tidak ada jalan lain kecuali menyetujui usulan HanKyung. Sekarang, dokter yang memegang peranan bukan mereka melainkan HanKyung.
_______
    “APA?? AMNESIA??? SHINMIN???” teriakku membelalakkan mata. Kalau tidak melihat raut wajah omma yang teramat sedih mungkin aku akan menganggap ucapan HanKyung oppa hanya menggoda seperti yang biasa dia lakukan padaku. Bagaimana bisa aku didiagnosa amnesia?? Aku mampu mengingat mereka semua dan kejadian – kejadian sejak kecil sampai sebelum kecelakaan itu terjadi.
   “Ya, benturan akibat kecelakaan itu mencederai kepalamu dan menyebabkan kau kehilangan memori 2 tahun ini. Amnesia yang kau derita cukup ringan,” jelas HanKyung oppa berhati – hati. 2 tahun???? Aku tidak bisa mengingat peristiwa 2 tahun belakangan ini?? Impossible!! 2 minggu lalu aku baru saja mendaftar menjadi sukarelawan untuk bencana di Padang.
   “Kau bahkan tidak bisa mengingat orang – orang yang sudah kau temui selama 2 tahun ini. Termasuk dia, Teuki,” HanKyung oppa menambahkan seraya menunjuk pada seseorang yang sedari kemarin selalu ada. Aku menoleh padanya dan mengerenyit berusaha mengingat.
    “Siapa dia sebenarnya?” tanyaku pada HanKyung oppa penasaran.
   “Dia kekasihmu,” sahut Kangin oppa bukan saja mengagetkanku tetapi aku rasa orang itu juga kaget dilihat dari ekspresinya saat menoleh menatap Kangin oppa.
   “EH??? Kekasih Shinmin?? Benarkah?? Sejak kapan?? Kenapa Shinmin tidak mengingat hal itu?” aku memberondong HanKyung oppa dengan seribu pertanyaan. Menarik lengan bajunya dengan gusar.
   “Jawab Shinmin, oppa!! Beritahukan pada Shinmin semuanya, sekarang!” paksaku seraya menarik – narik lengan baju HanKyung oppa kasar. HanKyung oppa meraih tanganku dan menggenggamnya, dia menatapku dengan lembut.
   “Apa Shinmin bisa mengingat semuanya kembali?” tanyaku berkaca – kaca. HanKyung oppa menghela napas panjang. Aku melepaskan genggaman tangannya dan mengalihkan pandanganku pada orang yang dia bilang kekasihku itu.
   “Shinmin, oppa tidak tahu. Itu semua tergantung pada dirimu sendiri, dari alam bawah sadarmu. Seberapa kuat keinginanmu untuk mengembalikan ingatanmu,” jawab HanKyung oppa lembut.  Orang asing yang dikatakan sebagai kekasihku nampak tertunduk dan berkali – kali menahan air matanya. Aku tidak tahu bagaimana rasanya dilupakan oleh seseorang yang dicintai, dan aku orang yang telah melupakannya.
    “Kau tidak harus mengingatnya. Secara primer ingatanmu lengkap, hanya ingatan sekunder 2 tahun ini yang tidak kau ingat,” cetus Kangin oppa membuat kepalanya mendapat pukulan kecil dari ayahku.
    “Oppa! Meskipun Shinmin masih ingat kejadian 20 tahun dalam hidup Shinmin, tapi 2 tahun yang oppa bilang hanya ingatan sekunder itu bagaimanapun juga bagian dari hidup Shinmin, kan??  Bagaimana bisa Shinmin hidup tanpa kenangan 2 tahun itu?” seruku sedikit marah. Enak aja oppa bilang gwenchana. 2 tahun juga itu hidupku. Masa ntar udah tua ditanya anakku tentang umurku antara 21 sampai 22 aku jawabnya ‘mollaseo…kan omma amnesia, tidak bisa mengingat kejadian 2 tahun itu.’
    “Meskipun kenangan itu pahit bagimu?” tanya Kangin oppa lagi. Aku mengangguk.
    “Mungkin memang ada kenangan pahit yang ingin Shinmin lupakan, tapi Shinmin yakin pasti ada kenangan indah. Sesuatu atau seseorang yang berharga bagi Shinmin. Karena itu Shinmin harus mengingatnya, ga mau menyesal di kemudian hari. Oppa, bisa menyembuhkanku?”
   “Shinmin, oppa pasti akan menyembuhkanmu. Kalau kau ingin mengingat semuanya, kita akan melakukannya secara perlahan. Untuk saat ini, yang paling utama adalah luka di kepala dan badanmu harus sembuh dulu. Setelah itu kau harus menjalani terapi. Oke??” jelas HanKyung oppa memberikan sederet nasehat. Hanya bisa menurut apa yang dia katakan.
    Amnesia. Tidak pernah sekalipun terpikir dalam benakku aku yang mengalaminya. Selama ini aku hanya melihat orang – orang terkena amnesia di drama dan film saja, bertanya apakah benar penyakit bernama amnesia itu eksis? Menganggap semua hanya bualan sebuah cerita film saja. Kini, aku amnesia. Ada apa selama 2 tahun ini?? Kenapa aku hanya melupakan jangka waktu 2 tahun ini saja? Apa ada sesuatu yang tidak aku ingin ingat? Apa itu?? Ada sebagian dari diriku ingin mengingatnya, tapi sebagian lagi ada penolakan.
    Dia, lelaki itu, tidak pernah ada di sebelahku. Dia datang selalu bersama oppadeul dan berdiri agak menjauh. Mendengarkan percakapan kami saja dan kemudian diam – diam menghilang keluar kamar. Aku melukainya. Dia terlihat terluka, tapi dia selalu membisu. Sesekali melempar senyum saat berpamitan, ada sesuatu pada senyumnya. Kenapa aku hanya melupakan dia?? Lee Teuk, Teuki,  bibirku terus mengulang mengucapkan namanya berharap tiba – tiba satu ingatan melompat dari otakku tentang dia. Bukannya ingat malah sakit kepala seperti dipukul pakai palu yang aku dapatkan. Kata HanKyung oppa aku tidak boleh memaksa untuk mengingat, pelan – pelan saja. Tapi aku kan orangnya mudah penasaran.

    “Apa saja yang aku lewatkan?” tanyaku suatu hari pada Hyun Ra yang masih setia menemaniku menjalani proses recovery. Hyun Ra diam sejenak berpikir tentang peristiwa apa saja yang telah terjadi selama 2 tahun ini.
    “Hmm… apa kau ingat mendapat beasiswa tahun kemarin?”  Beasiswa?? Aku menggeleng.
    “Kau menerima penghargaan sebagai mahasiswa teladan karena keikutsertaanmu sebagai relawan di Padang. Ingat?” lagi – lagi aku menggeleng. Hyun Ra menghela napas panjang.
   “Jangan bilang kau lupa tentang liburan heboh kita ke Thailand. Menertawakan tampangku saat ketakutan naik gajah, belanja gila – gilaan, merasa diikuti oleh orang jahat ternyata ommamu yang diam – diam mengawasi kita. Kau juga tidak ingat?” aku menggeleng dan memasang wajah penuh penyesalan pada Hyun Ra karena melupakan kenangan pada liburan kami. Bahkan aku tak ingat pernah ke Thailand. Hyun Ra menghela napas panjang sekali lagi, nampak kecewa.
    “Kau belajar bahasa Indonesia agar bisa membalas surat dari anak – anak korban bencana di Padang. Ini juga kau tidak ingat?” kata Hyun Ra menatapku. Bahasa Indonesia?? Aku bisa bahasa itu? benarkah?? Aku melongo menatap Hyun Ra. Dia menepuk keningnya.
    “Aigo!! Lihat ini,” serunya kemudian seraya mengeluarkan selembar foto dari dalam tasnya. Fotoku dan beberapa anak Indonesia. Kualihkan pandanganku dari foto itu dan menatap Hyun Ra.
   “Ini, sewaktu kau ada di Padang dan mengirimkannya padaku. Mereka…aigo… aku lupa namanya….. adalah anak – anak yang kau ajari berbagai hal tentang Korea, dan dua diantaranya malah menjadi adik asuhmu,” jelas Hyun Ra makin membuatku bingung. Sama sekali aku tidak bisa mengingat tentang semua itu. Sekali lagi menatap foto itu, aku nampak gembira tertawa bersama anak – anak itu. Penasaran ingin tahu kenapa aku sebahagia itu. Pasti ada sesuatu atau seseorang yang terlibat. Tiba – tiba aku teringat pada Teuki oppa.
    “Hyun Ra, bagaimana aku bisa kenal dengan Teuki oppa?” tanyaku tanpa mengalihkan mataku dari foto itu. Hyun Ra bergerak gelisah di sebelahku membuat aku menoleh padanya.
    “Kau….benar – benar tidak mengingat satu halpun tentang Teuki oppa?” Hyun Ra balik bertanya. Astagaaa…. Udah gila ni anak rupanya. Kan dari kemarin berulang kali aku katakan bahwa aku SAMA SEKALI tidak bisa mengeluarkan memoriku tentang Teuki oppa.
    “Kalian bertemu di Padang,” sahut Hyun Ra pendek. Ah, pantas saja aku gembira sekali di foto ini. Pasti saat itu aku sudah mengenalnya.
    “Sudah berapa lama aku bersama Teuki oppa?” kalau yang hilang dari memoriku adalah 2 tahun, berarti diantara waktu 2 tahun ini.
    “Hmm… kira – kira 1 tahun,” sahut Hyun  Ra setelah menghitung dengan jemarinya.
    “Terus bagaimana aku bisa jadian dengannya?” Aneh, saat aku menyebut namanya kenapa seperti ada letupan kecil dalam hatiku.
   “Aigooo…. Aku tidak begitu jelas dengan cerita cinta kalian, pada awalnya saja kau menyembunyikan perihal kalian dariku. Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada Teuki oppa? Dia juga ada di sini, kan?” sahut Hyun Ra. Mukaku langsung merah. Bagaimana bisa aku bicara pada orang itu, melihat wajahnya saja aku tak sanggup. Tidak bisa aku jelaskan perasaan apa yang bergejolak dalam diriku.
    “Hah?? Canggung. Aku merasa bersalah tidak bisa mengingat tentang dia, di mataku saat ini dia tak lebih dari orang asing. Aku tidak tahu bagaimana menghadapi dirinya,” kataku menolak usulan Hyun Ra. Belum siap.
    “Dia mengerti kok. Kalau dia terkesan menghindar, itu karena dia ingin memberikan sedikit waktu padamu,” hibur Hyun Ra sambil tersenyum. Untung saja aku tidak melupakan sahabatku ini, kalau sampai itu terjadi entah aku akan menjadi apa.
    “Baiklah… aku akan coba bicara padanya nanti,” putusku.
    “Shinmin, saat kau ingat semuanya suatu hari nanti. Tolong….jangan bertindak emosional, oke??” pesan Hyun Ra seraya menggenggam tanganku. Raut mukanya memelas saat mengatakannya, heran aku dibuatnya.
    “Apa maksudmu?? Ada sesuatu yang tak seharusnya aku ingat?”
    “Ah..aniyo….” sahutnya menggeleng. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan sahabatku itu. Hyun Ra membuang muka menatap langit dari jendela kamar. Mungkin saja aku amnesia, tapi aku masih tetap ingat bagaimana sikap Hyun Ra kalau sedang menyembunyikan sesuatu atau sedang gelisah. Dia tidak akan berani menatap mataku. Dan dia melakukannya sekarang.

    Besok aku akan kembali ke Seoul. Akhirnya…. Setelah terkurung di rumah sakit ini selama 2 bulan, aku sudah hampir gila!! Bisa melihat kota Seoul lagi, bermain dengan Choco, tidur sepuasnya di kamar tanpa digerecokin para suster yang akan memberikanku obat, tidak akan ada lagi bau – bau khas rumah sakit, pokoknya bebas!!! Bertemu Hyun Ra dan Sungmin yang baru datang dari Amerika minggu lalu untuk liburan. Sudah tidak sabar rasanya segera terbang ke Seoul. Oppadeul dan appa sudah kembali ke Seoul karena tidak bisa meninggalkan tugas mereka sebagai dokter, sekali dalam 1 minggu memang mereka menjengukku. Dan… Teuki oppa, dia juga sudah kembali ke Seoul. Dia tidak memaksaku untuk mengingatnya, dia akan menunggu di Seoul dan membiarkanku menjalani perawatan di Jeju dulu. Memang harus seperti itu kata HanKyung oppa, luka fisikku harus sembuh total baru mengurus masalah otakku yang error ini.
    Hhmmm… kembali ke Seoul. Berarti meninggalkan HanKyung oppa. 2 bulan ini aku sudah terbiasa bersamanya, dia selalu ada untukku, memperhatikanku dan saat jam tugasnya selesai dia akan menemaniku entah itu hanya sekedar nonton, maen game atau mengajakku jalan – jalan di sekitar taman rumah sakit. Suster mengira kami sepasang kekasih, setiap ada yang bilang begitu HanKyung oppa hanya tertawa dan menjelaskan bahwa aku adiknya. Berbeda denganku, mukaku jadi panas dan memerah. Kenapa jantungku deg –degan??? Bukankah orang yang aku cintai Teuki oppa? Apa ini pengaruh dari amnesiaku?? Sebelum pergi ke Padang aku menyukai HanKyung oppa, itu yang aku ingat. Hubungan kami selama 2 tahun belakangan berkembang seperti apa aku tidak ingat.  Perasaan suka itu yang terakhir aku ingat.
    Kadang aku merasa tidak adil pada Teuki oppa. Seberapapun besarnya usahaku mengingatnya yang ada hanya bayangan hitam saja. Terlalu gelap. Terkadang waktu tidur di malam hari aku mimpi berjalan menyusuri lorong – lorong panjang dan gelap, begitu menakutkan. Mungkin dengan kembalinya aku ke Seoul aku akan menemukan kepingan – kepingan puzzle ingatanku, yang tak juga kembali meskipun aku sudah pergi ke tempat kecelakaan yang menyebabkan semua ini. Bahkan melakukan reka ulang bagaimana sampai terjadi kecelakaan. Yang tak ku mengerti, kenapa aku berlari menghindari oppadeul sampai tertabrak. Apa sebelumnya aku bertengkar dengan mereka?? Apa ini ada hubungannya dengan Teuki oppa?? Mereka hanya mengatakan bahwa karena terlalu emosional menumpahkan amarahku tanpa berpikir panjang aku lari.
    Huft…. Ku hela napas panjang. Tak terasa sudah 1 jam aku duduk di dekat jendela kamar menatap langit mendung, sejak kemarin sore cuaca tak bersahabat melingkupi pulau Jeju. Omma sudah selesai mengemasi barang – barangku dan telah pulang ke rumah paman. Sore ini aku terpaksa tinggal di rumah sakit lagi karena harus menjalani pemeriksaan dahulu. Lebih menyedihkan lagi tak ada HanKyung oppa, sejak kemarin dia ada tugas keluar kota entah sampai kapan. Padahal aku ingin mengucapkan salam perpisahan dan terima kasih telah merawatku selama ini, memang sih aku bisa mengatakan semua itu saat kami bertemu lagi di Seoul. Toh, emang tugas HanKyung oppa ada di Seoul, tapi kan suasananya berbeda kalau diucapkan di Seoul. Aku ingin dia ada disini mengantarkan kepergianku kembali ke Seoul. Aigooo.. apa yang aku pikirkan??? Kenapa yang ada dalam benakku hanya HanKyung oppa saja sekarang???
    “Shinmin!! Sadar!! Sadar!!!” seruku pada diri sendiri. Untung aku sendirian di kamar.
    “Ouchh!!” aku meringis kesakitan saat memukul pelan kepalaku untuk menyingkirkan pikiran aneh dari otakku.
    Ah, kepalaku masih nyut – nyutan, bisa – bisa aku tidak akan pernah ingat lagi. Aku tercenung memikirkan hal itu.  Hmmm… misalnya itu terjadi, apa aku akan baik – baik saja tanpa ingatan 2 tahun itu?? Meskipun tetap amnesia apakah perasaanku akan kembali terhadap Teuki oppa atau malah pada HanKyung oppa? Apa yang akan Teuki oppa lakukan jika seandainya aku tidak ingat lagi? Melepaskanku? Bagaimana dengan orang – orang yang aku kenal, apa aku juga benar – benar melupakannya?? Haruskah aku mengingat??  Kalau aku ingat, apakah aku akan melupakan perasaanku pada HanKyung oppa seperti aku melupakan perasaanku pada Teuki oppa karena amnesia ini???
    Tok..tok..tok…
   Suara ketukan di pintu kamar mengagetkanku, membuyarkan semua lamunan. Menoleh ke arah pintu tepat ketika seseorang yang tadi dalam pikiranku muncul dengan senyumnya.
   “Annyeong, Shinmin!!”
   “Oppa….”

    -Seoul, Kangin’s Office-
    Pagi mendung menyelimuti Seoul. Jung Soo mendatangi kantor Kangin segera setelah mendapat telepon darinya. Ada sesuatu yang harus mereka bicarakan dan selesaikan. Sesampainya di kantor Kangin, mereka langsung berbicara serius.
    “Hyung-nim!! Apa sebenarnya maumu?!!” tanya Kangin gusar sesaat setelah mendengar perkataan Jung Soo.
   “Seperti yang sudah aku jelaskan tadi, aku tidak ingin Shinmin mengingat semuanya,” sahut Jung Soo pelan. Dia menundukkan kepala, walaupun sesak dan menyakitkan tapi ini harus dia lakukan. Menebus kesalahannya.
   “Maksud Hyung-nim…. Membiarkan Shinmin melupakanmu?” tanya Kangin tak percaya. Bagaimana bisa??? Dia menatap Jung Soo dan berharap semua hanya bualan saja.
    “Iya. Itu yang terbaik baginya, mengingatku hanya akan menambah luka pada hatinya. Tidak ada satupun hal yang perlu dia ingat tentangku dan cerita kami,” tambah Jung Soo yakin. Apa yang perlu diingat Shinmin?? Bahwa dia kakak Hyun Young yang berniat balas dendam dengan memacari dia?? Bahwa dia pura – pura baik padanya untuk menarik simpati selama di Padang?? Bahwa dia sudah mengatur pertemuan mereka di Seoul sejak pertama bertemu di Padang?? Bahwa semua hal yang dia lakukan semata – mata demi balas dendam dan tidak murni demi Shinmin?? Meskipun sejujurnya, tidak semua itu bohong. Apa itu yang dia inginkan untuk diingat Shinmin??? Tidak!!!
    “Hyung….bagaimana denganmu? Bukankah kau bilang mencintai Shinmin?” tanya Kangin memastikan perasaan laki – laki yang ada di hadapannya itu. Bagaimana mungkin dia berubah sedemikian rupa dari seorang yang penuh ambisi balas dendam dan seringai sinis di bibirnya, menjadi sosok yang lemah tak berdaya.  Kangin masih ingat betapa gigih perjuangan Jung Soo untuk menyakinkan dirinya dan Heechul bahwa dia benar – benar tulus mencintai Shinmin.                                                                                                      
    “Ya, aku mencintainya. Sangat. Dan karena itu aku melakukan ini, biarkan semua yang menyakitinya terkubur dalam – dalam. Kalau dengan melupakan semuanya bisa membuatnya tersenyum seperti sedia kala, aku rela. Karena itu aku mohon, buang segala yang berkaitan denganku di masa lalu Shinmin,” pinta Jung Soo menatap Kangin.
    “Hyung-nim!! Aku tak bisa melakukannya. Ini tidak adil bagimu,” kata Kangin berat. Dulu dia memang sempat membenci Jung Soo setelah mengetahui maksud mendekati Shinmin dan pasti dengan senang hati membiarkan Shinmin amnesia. Tapi begitu melihat ketulusan terpancar dari mata dan perbuatan Jung Soo, dia ragu mampu melakukan apa yang Jung Soo minta. Apa yang lebih buruk dari ditinggal pergi kekasihnya seperti dirinya dulu oleh Hyun Young??? Dilupakan!!! Meskipun Jung Soo berdiri di depan mata Shinmin, tapi dia terlupakan.
    “Adil?? Bagiku cukup adil. Aku sudah mendapatkan balasan karena keegoisanku. Merasakan apa yang sudah kau rasakan,” kata Jung Soo pilu. Matanya menatap jauh menerawang. Bayangan Hyun Young yang bergelayut manja dan senyumnya terlintas di benaknya. Melayang pada sebuah kotak berwarna biru yang tersembunyi di sudut terdalam lemari bajunya. Kotak harta karun Hyun Young, berisi kenangan HyunYoung bersama Kangin, dirinya dan Shinmin. Seandainya dia tidak terlambat menemukan kotak itu, tidak akan pernah terpikir untuk melakukan balas dendam dan Shinmin tak akan seperti sekarang.
    “Hyung-nim,” tegur Kangin pelan membangunkan lamunan Jung Soo. Jung Soo menoleh ke arah Kangin.
    “Kangin, aku lakukan semua ini untuk menebus rasa bersalahku pada Shinmin dan Hyun Young,” sahut Jung Soo mengejutkan Kangin.
     “Hyun Young?”
   “Aku rasa Hyun Young tidak akan memaafkanku karena menyakiti salah satu orang yang dia sayangi,” desah Jung Soo menghela napas panjang.
    “Hyung….”
----------

No comments:

Post a Comment