-HanKyung’s
Office-
Delapan dokter termasuk HanKyung, Kangin,
Heechul dan Kim Sooro berkumpul di ruangan HanKyung sedang mengadakan pertemuan
medis sehubungan dengan kondisi Shinmin.
“Saya sudah melakukan pemeriksaan terhadap
Shinmin. Tidak ada luka serius pada kepala dan bagian tubuh Shinmin lainnya.
Dalam beberapa minggu ke depan dia akan sembuh total,” lapor HanKyung pada
keluarga Shinmin seraya menunjukkan beberapa hasil scan dan photo sinar X.
Berlembar – lembar hasil laporan media ada ditangannya.
“Bagaimana dengan ingatannya?” tanya Kim
Sooro sedikit cemas. Masalah jantung dia memang ahlinya, tapi dia dibuat tak
berdaya karena tidak bisa menyembuhkan Shinmin.
“Sepertinya dia mengalami trauma otak
karena benturan keras saat kecelakaan. Ada kerusakan pada struktur otak bagian
memori, ini menyebabkan dia melupakan kejadian 2 tahun terakhir,” jelas
HanKyung sekilas membaca sebuah laporan.
“Amnesia maksudmu?” tanya Kangin
memastikan. HanKyung menoleh dan mengangguk.
“Iya. Ini kasus amnesia ringan, Shinmin
tidak melupakan seluruhnya, hanya kejadian dan juga orang – orang yang dia
kenal selama 2 tahun ini,” jelas HanKyung lagi.
“2 tahun itu sama saja dengan seluruh
hidupnya, kan?Apa dia bisa sembuh?” suara Heechul tercekat. Dia tidak bisa
membayangkan apabila Shinmin tidak bisa sembuh seumur hidupnya.
“Saya belum tahu, perlu pemeriksaan lebih
lanjut. Kalau Kim Sooro-ssi tidak keberatan, biarkan Shinmin disini dulu.
Selain itu memindahkannya ke Seoul dengan kondisi seperti sekarang cukup
beresiko, saya belum tahu separah apa trauma pada otaknya. Dikhawatirkan malah
memperparah luka di otak Shinmin,” kata HanKyung meminta persetujuan dari ayah
Shinmin yang berulang kali menghela napas tegang. HanKyung tidak ingin menutupi
kenyataan itu, masih ada kemungkinan kondisi Shinmin makin buruk. Tidak hanya
amnesia tapi juga bisa menyebabkan kerusakan permanen.
“Paman mengerti. Paman serahkan Shinmin
padamu, Paman percaya pada kemampuanmu dan itu membuat perasaan paman dan bibi
lega. Sepenuhnya dia akan jadi tanggung jawabmu,” sahut Kim Sooro menyetujui
usul HanKyung. Dia akan menyerahkan nasib Shinmin pada HanKyung, dokter muda
sahabat kedua anak lelakinya yang juga dokter ahli dalam bidang ini.
“Terima kasih. Saya akan berusaha menyembuhkan
Shinmin. Dia sudah saya anggap sebagai adik sendiri,” kata HanKyung tersenyum berusaha menenangkan
hati pria separuh baya yang sudah dia anggap ayah sendiri itu.
“Paman dan sekeluarga yang seharusnya
mengucapkan terima kasih padamu. Kalau bukan karena dirimu, mungkin Shinmin
tidak akan selamat. Baiklah, selanjutnya Shinmin ada di tanganmu,” balas Kim
Sooro menepuk punggung tangan HanKyung. Memeluknya sekilas sebagai ungkapan
terima kasihnya. Sesaat ruangan sedikit sepi. Semua terbelenggu dengan pikiran
mereka.
“HanKyung, apa perlu kita beritahu Shinmin tentang
kondisinya?” tanya Kangin memecah kesunyian.
“Kita memang harus memberitahukannya.
Dengan begitu dia akan ambil bagian dalam usaha penyembuhannya. Secara medis,
amnesia tidak bisa disembuhkan hanya dengan obat saja tetapi juga usaha dari si
penderita. Shinmin harus melakukan terapi dan mencoba membangkitkan memorinya
secara perlahan,” jelas HanKyung. Kangin terpekur mendengarnya, dia berkata
pelan yang sebenarnya dia tujukan pada dirinya sendiri.
“Kadang aku berpikir lebih baik Shinmin
hilang ingatan atas peristiwa 2 tahun ini.” Masih jelas dalam bayangannya kata
Shinmin sesaat sebelum terjadi kecelakaan itu, bahwa dia berharap benar – benar
ingin melupakan semuanya.
“Yah!! Kau jangan ngawur!!” bentak Heechul emosi.
“Bukankah hal ini yang Shinmin inginkan??
Melupakan semua yang membuat dia terluka dan menangis?” keluh Kangin mengusap
wajahnya galau.
“Kangin!! Apa kau ingin adikmu merasakan seperti
ada lubang hitam di hatinya karena bagaimanapun juga memori itu bagian dari
hidupnya, dirinya. Hah?!! Kau ingin dia seperti itu??!!” bentak Heechul sambil
menggebrak meja. Kim Sooro langsung menepuk pundaknya berusaha menenangkan
putra sulungnya yang memang sedikit temperamen itu.
“Tidak. Aku juga ingin dia mengingat
semuanya. Tapi bagaimana ketika ingatannya kembali dia akan merasakan luka itu
lagi?” sahut Kangin menggeleng. Hatinya diliputi kebimbangan. Hyun Young, apa
yang harus aku lakukan??
“Kita pikirkan itu nanti. Terpenting
sekarang adalah membuat Shinmin kembali seperti dulu dan mengingat semuanya,”
putus HanKyung. Bergantian dia menatap kedua sahabatnya itu.
“Satu hal lagi. Teuki hyungnim harus kita
libatkan, dia faktor utama yang bisa membuat Shinmin sembuh dari amnesia,”
tambahnya lagi. Heechul menoleh padanya dan bertanya.
“Apa yang akan kita katakan pada Shinmin
tentang Teuki?”
“Sebenarnya. Sebagai kekasih Shinmin, tentu
saja kenyataan pahit yang membuat Shinmin terluka untuk saat ini kita simpan
dulu. Kembalikan ingatan Shinmin pada masa dia belum tahu Teuki hyungnim adalah
Park Jung Soo,” jelas HanKyung. Semua orang terdiam mendengar idenya dan tidak
ada jalan lain kecuali menyetujui usulan HanKyung. Sekarang, dokter yang
memegang peranan bukan mereka melainkan HanKyung.
_______
“APA?? AMNESIA??? SHINMIN???” teriakku
membelalakkan mata. Kalau tidak melihat raut wajah omma yang teramat sedih
mungkin aku akan menganggap ucapan HanKyung oppa hanya menggoda seperti yang
biasa dia lakukan padaku. Bagaimana bisa aku didiagnosa amnesia?? Aku mampu
mengingat mereka semua dan kejadian – kejadian sejak kecil sampai sebelum
kecelakaan itu terjadi.
“Ya, benturan akibat kecelakaan itu
mencederai kepalamu dan menyebabkan kau kehilangan memori 2 tahun ini. Amnesia
yang kau derita cukup ringan,” jelas HanKyung oppa berhati – hati. 2 tahun????
Aku tidak bisa mengingat peristiwa 2 tahun belakangan ini?? Impossible!! 2
minggu lalu aku baru saja mendaftar menjadi sukarelawan untuk bencana di
Padang.
“Kau bahkan tidak bisa mengingat orang –
orang yang sudah kau temui selama 2 tahun ini. Termasuk dia, Teuki,” HanKyung
oppa menambahkan seraya menunjuk pada seseorang yang sedari kemarin selalu ada.
Aku menoleh padanya dan mengerenyit berusaha mengingat.
“Siapa dia sebenarnya?” tanyaku pada
HanKyung oppa penasaran.
“Dia kekasihmu,” sahut Kangin oppa bukan
saja mengagetkanku tetapi aku rasa orang itu juga kaget dilihat dari
ekspresinya saat menoleh menatap Kangin oppa.
“EH??? Kekasih Shinmin?? Benarkah?? Sejak
kapan?? Kenapa Shinmin tidak mengingat hal itu?” aku memberondong HanKyung oppa
dengan seribu pertanyaan. Menarik lengan bajunya dengan gusar.
“Jawab Shinmin, oppa!! Beritahukan pada
Shinmin semuanya, sekarang!” paksaku seraya menarik – narik lengan baju
HanKyung oppa kasar. HanKyung oppa meraih tanganku dan menggenggamnya, dia
menatapku dengan lembut.
“Apa
Shinmin bisa mengingat semuanya kembali?” tanyaku berkaca – kaca. HanKyung oppa
menghela napas panjang. Aku melepaskan genggaman tangannya dan mengalihkan
pandanganku pada orang yang dia bilang kekasihku itu.
“Shinmin, oppa tidak tahu. Itu semua
tergantung pada dirimu sendiri, dari alam bawah sadarmu. Seberapa kuat
keinginanmu untuk mengembalikan ingatanmu,” jawab HanKyung oppa lembut. Orang
asing yang dikatakan sebagai kekasihku nampak tertunduk dan berkali – kali
menahan air matanya. Aku tidak tahu bagaimana rasanya dilupakan oleh seseorang
yang dicintai, dan aku orang yang telah melupakannya.
“Kau tidak harus mengingatnya. Secara
primer ingatanmu lengkap, hanya ingatan sekunder 2 tahun ini yang tidak kau
ingat,” cetus Kangin oppa membuat kepalanya mendapat pukulan kecil dari ayahku.
“Oppa! Meskipun Shinmin masih ingat
kejadian 20 tahun dalam hidup Shinmin, tapi 2 tahun yang oppa bilang hanya
ingatan sekunder itu bagaimanapun juga bagian dari hidup Shinmin, kan??
Bagaimana bisa Shinmin hidup tanpa kenangan 2 tahun itu?” seruku sedikit marah.
Enak aja oppa bilang gwenchana. 2 tahun juga itu hidupku. Masa ntar udah tua
ditanya anakku tentang umurku antara 21 sampai 22 aku jawabnya ‘mollaseo…kan
omma amnesia, tidak bisa mengingat kejadian 2 tahun itu.’
“Meskipun kenangan itu pahit bagimu?” tanya
Kangin oppa lagi. Aku mengangguk.
“Mungkin memang ada kenangan pahit yang
ingin Shinmin lupakan, tapi Shinmin yakin pasti ada kenangan indah. Sesuatu
atau seseorang yang berharga bagi Shinmin. Karena itu Shinmin harus
mengingatnya, ga mau menyesal di kemudian hari. Oppa, bisa menyembuhkanku?”
“Shinmin,
oppa pasti akan menyembuhkanmu. Kalau kau ingin mengingat semuanya, kita akan
melakukannya secara perlahan. Untuk saat ini, yang paling utama adalah luka di
kepala dan badanmu harus sembuh dulu. Setelah itu kau harus menjalani terapi. Oke??”
jelas HanKyung oppa memberikan sederet nasehat. Hanya bisa menurut apa yang dia
katakan.
Amnesia. Tidak pernah sekalipun terpikir
dalam benakku aku yang mengalaminya. Selama ini aku hanya melihat orang – orang
terkena amnesia di drama dan film saja, bertanya apakah benar penyakit bernama
amnesia itu eksis? Menganggap semua hanya bualan sebuah cerita film saja. Kini,
aku amnesia. Ada apa selama 2 tahun ini?? Kenapa aku hanya melupakan jangka
waktu 2 tahun ini saja? Apa ada sesuatu yang tidak aku ingin ingat? Apa itu??
Ada sebagian dari diriku ingin mengingatnya, tapi sebagian lagi ada penolakan.
Dia, lelaki itu, tidak pernah ada di sebelahku.
Dia datang selalu bersama oppadeul dan berdiri agak menjauh. Mendengarkan
percakapan kami saja dan kemudian diam – diam menghilang keluar kamar. Aku
melukainya. Dia terlihat terluka, tapi dia selalu membisu. Sesekali melempar
senyum saat berpamitan, ada sesuatu pada senyumnya. Kenapa aku hanya melupakan
dia?? Lee Teuk, Teuki, bibirku terus
mengulang mengucapkan namanya berharap tiba – tiba satu ingatan melompat dari
otakku tentang dia. Bukannya ingat malah sakit kepala seperti dipukul pakai
palu yang aku dapatkan. Kata HanKyung oppa aku tidak boleh memaksa untuk
mengingat, pelan – pelan saja. Tapi aku kan orangnya mudah penasaran.
“Apa saja yang aku lewatkan?” tanyaku suatu
hari pada Hyun Ra yang masih setia menemaniku menjalani proses recovery. Hyun
Ra diam sejenak berpikir tentang peristiwa apa saja yang telah terjadi selama 2
tahun ini.
“Hmm… apa kau ingat mendapat beasiswa tahun
kemarin?” Beasiswa?? Aku menggeleng.
“Kau menerima penghargaan sebagai mahasiswa
teladan karena keikutsertaanmu sebagai relawan di Padang. Ingat?” lagi – lagi
aku menggeleng. Hyun Ra menghela napas panjang.
“Jangan bilang kau lupa tentang liburan
heboh kita ke Thailand. Menertawakan tampangku saat ketakutan naik gajah,
belanja gila – gilaan, merasa diikuti oleh orang jahat ternyata ommamu yang
diam – diam mengawasi kita. Kau juga tidak ingat?” aku menggeleng dan memasang
wajah penuh penyesalan pada Hyun Ra karena melupakan kenangan pada liburan
kami. Bahkan aku tak ingat pernah ke Thailand. Hyun Ra menghela napas panjang sekali
lagi, nampak kecewa.
“Kau belajar bahasa Indonesia agar bisa
membalas surat dari anak – anak korban bencana di Padang. Ini juga kau tidak
ingat?” kata Hyun Ra menatapku. Bahasa Indonesia?? Aku bisa bahasa itu?
benarkah?? Aku melongo menatap Hyun Ra. Dia menepuk keningnya.
“Aigo!! Lihat ini,” serunya kemudian seraya
mengeluarkan selembar foto dari dalam tasnya. Fotoku dan beberapa anak
Indonesia. Kualihkan pandanganku dari foto itu dan menatap Hyun Ra.
“Ini, sewaktu kau ada di Padang dan
mengirimkannya padaku. Mereka…aigo… aku lupa namanya….. adalah anak – anak yang
kau ajari berbagai hal tentang Korea, dan dua diantaranya malah menjadi adik
asuhmu,” jelas Hyun Ra makin membuatku bingung. Sama sekali aku tidak bisa
mengingat tentang semua itu. Sekali lagi menatap foto itu, aku nampak gembira
tertawa bersama anak – anak itu. Penasaran ingin tahu kenapa aku sebahagia itu.
Pasti ada sesuatu atau seseorang yang terlibat. Tiba – tiba aku teringat pada
Teuki oppa.
“Hyun Ra, bagaimana aku bisa kenal dengan
Teuki oppa?” tanyaku tanpa mengalihkan mataku dari foto itu. Hyun Ra bergerak
gelisah di sebelahku membuat aku menoleh padanya.
“Kau….benar – benar tidak mengingat satu
halpun tentang Teuki oppa?” Hyun Ra balik bertanya. Astagaaa…. Udah gila ni
anak rupanya. Kan dari kemarin berulang kali aku katakan bahwa aku SAMA SEKALI
tidak bisa mengeluarkan memoriku tentang Teuki oppa.
“Kalian bertemu di Padang,” sahut Hyun Ra
pendek. Ah, pantas saja aku gembira sekali di foto ini. Pasti saat itu aku
sudah mengenalnya.
“Sudah berapa lama aku bersama Teuki oppa?”
kalau yang hilang dari memoriku adalah 2 tahun, berarti diantara waktu 2 tahun
ini.
“Hmm… kira – kira 1 tahun,” sahut Hyun Ra setelah menghitung dengan jemarinya.
“Terus bagaimana aku bisa jadian
dengannya?” Aneh, saat aku menyebut namanya kenapa seperti ada letupan kecil
dalam hatiku.
“Aigooo…. Aku tidak begitu jelas dengan
cerita cinta kalian, pada awalnya saja kau menyembunyikan perihal kalian
dariku. Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada Teuki oppa? Dia juga ada di
sini, kan?” sahut Hyun Ra. Mukaku langsung merah. Bagaimana bisa aku bicara
pada orang itu, melihat wajahnya saja aku tak sanggup. Tidak bisa aku jelaskan
perasaan apa yang bergejolak dalam diriku.
“Hah?? Canggung. Aku merasa bersalah tidak
bisa mengingat tentang dia, di mataku saat ini dia tak lebih dari orang asing. Aku
tidak tahu bagaimana menghadapi dirinya,” kataku menolak usulan Hyun Ra. Belum
siap.
“Dia mengerti kok. Kalau dia terkesan
menghindar, itu karena dia ingin memberikan sedikit waktu padamu,” hibur Hyun
Ra sambil tersenyum. Untung saja aku tidak melupakan sahabatku ini, kalau
sampai itu terjadi entah aku akan menjadi apa.
“Baiklah… aku akan coba bicara padanya
nanti,” putusku.
“Shinmin, saat kau ingat semuanya suatu
hari nanti. Tolong….jangan bertindak emosional, oke??” pesan Hyun Ra seraya
menggenggam tanganku. Raut mukanya memelas saat mengatakannya, heran aku
dibuatnya.
“Apa maksudmu?? Ada sesuatu yang tak
seharusnya aku ingat?”
“Ah..aniyo….” sahutnya menggeleng. Aku
merasa ada sesuatu yang disembunyikan sahabatku itu. Hyun Ra membuang muka
menatap langit dari jendela kamar. Mungkin saja aku amnesia, tapi aku masih
tetap ingat bagaimana sikap Hyun Ra kalau sedang menyembunyikan sesuatu atau
sedang gelisah. Dia tidak akan berani menatap mataku. Dan dia melakukannya
sekarang.
Besok aku akan kembali ke Seoul. Akhirnya….
Setelah terkurung di rumah sakit ini selama 2 bulan, aku sudah hampir gila!!
Bisa melihat kota Seoul lagi, bermain dengan Choco, tidur sepuasnya di kamar
tanpa digerecokin para suster yang akan memberikanku obat, tidak akan ada lagi
bau – bau khas rumah sakit, pokoknya bebas!!! Bertemu Hyun Ra dan Sungmin yang
baru datang dari Amerika minggu lalu untuk liburan. Sudah tidak sabar rasanya
segera terbang ke Seoul. Oppadeul dan appa sudah kembali ke Seoul karena tidak
bisa meninggalkan tugas mereka sebagai dokter, sekali dalam 1 minggu memang
mereka menjengukku. Dan… Teuki oppa, dia juga sudah kembali ke Seoul. Dia tidak
memaksaku untuk mengingatnya, dia akan menunggu di Seoul dan membiarkanku
menjalani perawatan di Jeju dulu. Memang harus seperti itu kata HanKyung oppa,
luka fisikku harus sembuh total baru mengurus masalah otakku yang error ini.
Hhmmm… kembali ke Seoul. Berarti
meninggalkan HanKyung oppa. 2 bulan ini aku sudah terbiasa bersamanya, dia
selalu ada untukku, memperhatikanku dan saat jam tugasnya selesai dia akan
menemaniku entah itu hanya sekedar nonton, maen game atau mengajakku jalan –
jalan di sekitar taman rumah sakit. Suster mengira kami sepasang kekasih,
setiap ada yang bilang begitu HanKyung oppa hanya tertawa dan menjelaskan bahwa
aku adiknya. Berbeda denganku, mukaku jadi panas dan memerah. Kenapa jantungku
deg –degan??? Bukankah orang yang aku cintai Teuki oppa? Apa ini pengaruh dari
amnesiaku?? Sebelum pergi ke Padang aku menyukai HanKyung oppa, itu yang aku
ingat. Hubungan kami selama 2 tahun belakangan berkembang seperti apa aku tidak
ingat. Perasaan suka itu yang terakhir aku ingat.
Kadang aku merasa tidak adil pada Teuki
oppa. Seberapapun besarnya usahaku mengingatnya yang ada hanya bayangan hitam
saja. Terlalu gelap. Terkadang waktu tidur di malam hari aku mimpi berjalan
menyusuri lorong – lorong panjang dan gelap, begitu menakutkan. Mungkin dengan
kembalinya aku ke Seoul aku akan menemukan kepingan – kepingan puzzle ingatanku,
yang tak juga kembali meskipun aku sudah pergi ke tempat kecelakaan yang
menyebabkan semua ini. Bahkan melakukan reka ulang bagaimana sampai terjadi
kecelakaan. Yang tak ku mengerti, kenapa aku berlari menghindari oppadeul
sampai tertabrak. Apa sebelumnya aku bertengkar dengan mereka?? Apa ini ada
hubungannya dengan Teuki oppa?? Mereka hanya mengatakan bahwa karena terlalu
emosional menumpahkan amarahku tanpa berpikir panjang aku lari.
Huft…. Ku hela napas panjang. Tak terasa
sudah 1 jam aku duduk di dekat jendela kamar menatap langit mendung, sejak
kemarin sore cuaca tak bersahabat melingkupi pulau Jeju. Omma sudah selesai
mengemasi barang – barangku dan telah pulang ke rumah paman. Sore ini aku
terpaksa tinggal di rumah sakit lagi karena harus menjalani pemeriksaan dahulu.
Lebih menyedihkan lagi tak ada HanKyung oppa, sejak kemarin dia ada tugas
keluar kota entah sampai kapan. Padahal aku ingin mengucapkan salam perpisahan
dan terima kasih telah merawatku selama ini, memang sih aku bisa mengatakan
semua itu saat kami bertemu lagi di Seoul. Toh, emang tugas HanKyung oppa ada
di Seoul, tapi kan suasananya berbeda kalau diucapkan di Seoul. Aku ingin dia
ada disini mengantarkan kepergianku kembali ke Seoul. Aigooo.. apa yang aku
pikirkan??? Kenapa yang ada dalam benakku hanya HanKyung oppa saja sekarang???
“Shinmin!! Sadar!! Sadar!!!” seruku pada
diri sendiri. Untung aku sendirian di kamar.
“Ouchh!!” aku meringis kesakitan saat
memukul pelan kepalaku untuk menyingkirkan pikiran aneh dari otakku.
Ah, kepalaku masih nyut – nyutan, bisa –
bisa aku tidak akan pernah ingat lagi. Aku tercenung memikirkan hal itu. Hmmm… misalnya itu terjadi, apa aku akan baik
– baik saja tanpa ingatan 2 tahun itu?? Meskipun tetap amnesia apakah perasaanku
akan kembali terhadap Teuki oppa atau malah pada HanKyung oppa? Apa yang akan
Teuki oppa lakukan jika seandainya aku tidak ingat lagi? Melepaskanku?
Bagaimana dengan orang – orang yang aku kenal, apa aku juga benar – benar
melupakannya?? Haruskah aku mengingat??
Kalau aku ingat, apakah aku akan melupakan perasaanku pada HanKyung oppa
seperti aku melupakan perasaanku pada Teuki oppa karena amnesia ini???
Tok..tok..tok…
Suara ketukan di pintu kamar mengagetkanku,
membuyarkan semua lamunan. Menoleh ke arah pintu tepat ketika seseorang yang
tadi dalam pikiranku muncul dengan senyumnya.
“Annyeong, Shinmin!!”
“Oppa….”
-Seoul,
Kangin’s Office-
Pagi mendung menyelimuti Seoul. Jung Soo
mendatangi kantor Kangin segera setelah mendapat telepon darinya. Ada sesuatu
yang harus mereka bicarakan dan selesaikan. Sesampainya di kantor Kangin,
mereka langsung berbicara serius.
“Hyung-nim!! Apa sebenarnya maumu?!!” tanya
Kangin gusar sesaat setelah mendengar perkataan Jung Soo.
“Seperti yang sudah aku jelaskan tadi, aku
tidak ingin Shinmin mengingat semuanya,” sahut Jung Soo pelan. Dia menundukkan
kepala, walaupun sesak dan menyakitkan tapi ini harus dia lakukan. Menebus
kesalahannya.
“Maksud Hyung-nim…. Membiarkan Shinmin
melupakanmu?” tanya Kangin tak percaya. Bagaimana bisa??? Dia menatap Jung Soo
dan berharap semua hanya bualan saja.
“Iya. Itu yang terbaik baginya, mengingatku
hanya akan menambah luka pada hatinya. Tidak ada satupun hal yang perlu dia
ingat tentangku dan cerita kami,” tambah Jung Soo yakin. Apa yang perlu diingat
Shinmin?? Bahwa dia kakak Hyun Young yang berniat balas dendam dengan memacari
dia?? Bahwa dia pura – pura baik padanya untuk menarik simpati selama di
Padang?? Bahwa dia sudah mengatur pertemuan mereka di Seoul sejak pertama
bertemu di Padang?? Bahwa semua hal yang dia lakukan semata – mata demi balas
dendam dan tidak murni demi Shinmin?? Meskipun sejujurnya, tidak semua itu
bohong. Apa itu yang dia inginkan untuk diingat Shinmin??? Tidak!!!
“Hyung….bagaimana
denganmu? Bukankah kau bilang mencintai Shinmin?” tanya Kangin memastikan
perasaan laki – laki yang ada di hadapannya itu. Bagaimana mungkin dia berubah
sedemikian rupa dari seorang yang penuh ambisi balas dendam dan seringai sinis
di bibirnya, menjadi sosok yang lemah tak berdaya. Kangin masih ingat betapa gigih perjuangan
Jung Soo untuk menyakinkan dirinya dan Heechul bahwa dia benar – benar tulus
mencintai Shinmin.
“Ya, aku mencintainya. Sangat. Dan karena
itu aku melakukan ini, biarkan semua yang menyakitinya terkubur dalam – dalam.
Kalau dengan melupakan semuanya bisa membuatnya tersenyum seperti sedia kala,
aku rela. Karena itu aku mohon, buang segala yang berkaitan denganku di masa
lalu Shinmin,” pinta Jung Soo menatap Kangin.
“Hyung-nim!! Aku tak bisa melakukannya. Ini
tidak adil bagimu,” kata Kangin berat. Dulu dia memang sempat membenci Jung Soo
setelah mengetahui maksud mendekati Shinmin dan pasti dengan senang hati
membiarkan Shinmin amnesia. Tapi begitu melihat ketulusan terpancar dari mata
dan perbuatan Jung Soo, dia ragu mampu melakukan apa yang Jung Soo minta. Apa
yang lebih buruk dari ditinggal pergi kekasihnya seperti dirinya dulu oleh Hyun
Young??? Dilupakan!!! Meskipun Jung Soo berdiri di depan mata Shinmin, tapi dia
terlupakan.
“Adil?? Bagiku cukup adil. Aku sudah
mendapatkan balasan karena keegoisanku. Merasakan apa yang sudah kau rasakan,” kata
Jung Soo pilu. Matanya menatap jauh menerawang. Bayangan Hyun Young yang
bergelayut manja dan senyumnya terlintas di benaknya. Melayang pada sebuah
kotak berwarna biru yang tersembunyi di sudut terdalam lemari bajunya. Kotak
harta karun Hyun Young, berisi kenangan HyunYoung bersama Kangin, dirinya dan
Shinmin. Seandainya dia tidak terlambat menemukan kotak itu, tidak akan pernah
terpikir untuk melakukan balas dendam dan Shinmin tak akan seperti sekarang.
“Hyung-nim,” tegur Kangin pelan
membangunkan lamunan Jung Soo. Jung Soo menoleh ke arah Kangin.
“Kangin, aku lakukan semua ini untuk
menebus rasa bersalahku pada Shinmin dan Hyun Young,” sahut Jung Soo
mengejutkan Kangin.
“Hyun
Young?”
“Aku rasa Hyun Young tidak akan memaafkanku
karena menyakiti salah satu orang yang dia sayangi,” desah Jung Soo menghela
napas panjang.
“Hyung….”
----------
No comments:
Post a Comment