Sunday, March 25, 2012

What If



 
Perpisahan. Betapa perih kalau menghadapi yang satu ini. Hanya ada air mata dan kesedihan serta luka mendalam di hati. Seberapa lamapun perpisahan itu, serasa separuh jiwa kita hilang.
Kita tidak bisa mencegah perpisahan itu terjadi kalau selalu ada pertemuan. Bukankah pertemuan itu terjadi hanya untuk berpisah?! Kalau memang tidak ingin adanya perpisahan, jangan pernah mengharapkan suatu pertemuan. Tapi, pertemuan dan perpisahan tidak bisa kita cegah. Karena keduanya adalah bagian dari putaran hidup kita. Hanya bisa mempersiapkan hati ketika pertemuan itu terjadi, suatu saat akan ada perpisahan. 

Kematian. Kepastian dalam hidup kita. Tidak ada satupun yang tidak mengalaminya suatu saat. Semua orang. Termasuk aku. Kenapa kematian selalu ditakutkan?? Kematian bukan akhir dari segalanya, hanya akhir dari kesemuan dan kepalsuan. Kematian adalah awal dari hidup kita yang sebenarnya. Kenyataan yang harus kita terima dan hadapi. Kematian merupakan jawaban dari semua pertanyaan dalam kehidupan kita. Bagaimana rasanya mati?? Entahlah… aku tidak memberitahukannya karena belum mengalaminya, dan seandainya kematian sudah menghampiriku, aku juga tidak akan pernah bisa menceritakannya. Satu hal yang pasti dari kematian itu… perpisahan. Kesedihan. Menghampiri kita yang melihat kematian itu. 

Penyesalan itu selalu datang terlambat. Kesadaran itu menampar ketika semua sudah berlalu. Rasa sakit itu terasa saat semua terasa baik-baik saja. Lalu, hanya ada satu pemikiran dalam otak kita dalam menghadapi semuanya itu. Andai….ya andai! Terlalu banyak pengandaian yang kita ciptakan. Andai aku tidak begini, andai aku tidak begitu, andai semua tak seperti ini, andai bukan aku yang mengalaminya dan andai waktu bisa kuputar kembali ke masa semua belum terjadi. Pengandaian yang tak akan pernah bisa merubah sesuatu yang telah terjadi.

Langit pagiku mendadak mendung dan kelam. Awan tak terkendali menghampiri hidupku seketika itu. Lebih dahsyat dari tsunami maupun gempa bumi yang ku harap ada dan menelanku saat itu juga, biar aku tak merasakan sakit yang sedemikian rupa. Biar aku tak perlu menemukan kenyataan yang teramat pahit dan memilukan. Toh, kenyataannya semua hanya terpapar dalam otakku. Tak ada tsunami atau gempa bumi. Yang ada hanya kehancuran dalam dunia kecilku. Dunia yang selalu aku anggap penuh kedamaian. 

Kau, bagian terindah dalam hidupku terenggut begitu saja. Kau, penghias hari-hariku terampas dalam sekejap mata. Kau, suatu pertemuan yang aku harap tidak pernah ada suatu perpisahan. Kau, adalah segalanya bagiku. Pelangi di langitku sehabis hujan.

No comments:

Post a Comment