Sunday, August 26, 2012

MEMORIES part 2

Satu hari lagi terlewati. Musim semi sudah hampir berakhir berganti musim panas. Tak terasa sudah hampir setengah tahun aku di New York tanpa sekalipun pulang ke Korea. Jadwal solo maupun SuperGirls penuh sesak dalam agenda bahkan sulit untuk sekedar bernapas.
Terkadang SuperGirls harus melakukan aktifitas tanpaku karena jadwal bentrok, meski sebisa mungkin itu aku hindari. Aku tidak ingin mengorbankan SuperGirls demi promo soloku. Untung saja jadwal konser dan showcase diatur sedemikian rupa oleh management sehingga tidak merugikan pihak manapun.
Memang, di luar Korea hanya aku yang bersolo. Sedangkan ke 5 member SuperGirls yang lain bersolo di Jepang, Korea dan China. Selama ada di New York otomatis kegiatan mereka hanya berfokus pada SuperGirls, berbeda kalau sedang di Asia, aku yang lebih banyak menganggur.
“Wae??” tanya Seunghyun oppa. Ups.. secara tak sadar aku menghela napas panjang. Menggeleng pelan seraya memainkan ponsel ditanganku. Mataku membelalak membaca pesan dari omma yang lupa aku balas, OH MY GOD!!!!  Sambil menggerutu pelan tentang penyakit lupaku, secepat kilat membalas pesan omma sebelum omma khawatir dan mengirim oppa ke New York untuk mengecek kondisiku.
“Oppamu sudah menelpon sejam lalu dan sudah aku katakan kau baik – baik saja. Sepertinya omma mengira kau sudah menenggelamkan diri di salah satu sungai di New York,” kata Seunghyun oppa terkekeh membuatku menghentikan tarian jemari di atas keypad dan menoleh ke arahnya.
“Donghwa oppa???” tanyaku membelalak. Parah!! Pesan ini harus segera aku kirim, kalau menelpon omma bisa – bisa aku bakal diomelin panjang kali lebar kali tinggi deh. Oke!! Message sending!! Aku menghela napas lega.
Tanpa mempedulikan ocehan managerku tentang ‘betapa khawatir omma’, ‘oppa yang terlalu overprotektiv’, ‘dibalik image sangar Hyeon tak lebih anak mama’ dan berbagai godaan tentangku aku menutup mata dan melayangkan pikiran ke Korea. Merindukan omma, oppa dan dongsaeng kesayanganku. Suasana pagi di rumah dengan aroma masakan omma yang selalu bisa membangunkanku, udara sejuk Mokpo, pantai dimana aku sering menghabiskan waktu bersama mereka. Sangat sederhana tapi sulit sekali aku dapati beberapa tahun belakangan ini sejak aku debut di Amerika lebih tepatnya.
Ingin sekali berguling – guling di kamar sederhanaku di Mokpo, pura – pura masih terlelap menunggu omma membangunkanku dari cara halus sampai kasar. Lalu diam – diam tidur di sebelah oppa, menendang dan merebut selimutnya, melihat wajah ngantuk tapi pasrah membiarkan aku menginvansi kamarnya. Tak jarang kami bertiga menyelinap ke kamar omma dan berebut tidur di sebelahnya, magnae selalu kalah, mau tak mau dia harus tidur di pojokan membuat aku dan oppa terkikik geli. Ah.. aku merindukan mereka sangat.
Ditengah keasyikan mengulang memori, kurasakan manager oppa menyelipkan sesuatu ke dalam tas ranselku. Malas membuka mata, aku membiarkan saja pura – pura tertidur.  3 hari ke depan jadwalku kosong, demikian juga SuperGirls. Tetap saja ada jadwal recording untuk single SuperGirls, bagian duo rapper dan aku harus mengawasinya. Huft... i wish i can fly to Korea or Doraemon give me his magic door!! 3 hari menghilang!!

“Hyeon-ah!!! Mau sampai kapan kau tiduurr??!!!” teriakan omma dari dapur menggema ke seluruh rumah. Sudah sejam lebih aku bangun bahkan sudah asyik update status di mey2day, hanya omma yang tak tahu. Aroma makanan kesukaanku yang sedang dimasak omma menguar makin membuat cacing di perutku berhip-hop ria. Masih menunggu omma membangunkanku seperti biasa.
“Hyeooonn!!!” kali ini suara oppa menggelegar. Aku tau dia pasti dipaksa omma membangunkanku. Aaahh... pagi yang biasa. Yaaa... aku ada di rumah sekarang. Ini bukan mimpi, lamunan di sela aktifitasku ataupun sekilasan memoriku. Aniii... its real!!! Aku pulang!!! Berguling – guling di kamar, pasang status palsu di mey2day seakan aku ada di belahan dunia lain. Tapi, i’m home!!! Bagaimana ceritanya???
Malam itu sepulang dari show, manager oppa tersenyum penuh arti padaku entah apa maksudnya aku tak tahu sampai akhirnya ketika sampai di kamar dan tak sengaja melirik ke kantong ransel aku menemukan tiket penerbangan New York – Korea. Rupanya itu yang diam – diam manager oppa selipkan di ranselku. Tanpa banyak kata langsung berkemas dan kabur dari dorm menuju bandara.
Saat menuju bandara menggunakan taksi manager oppa dan Ming mengirimkanku pesan ‘jangan khawatirkan recording, trust me onnie. Have fun and saengil chukhae’,  ‘kembalilah dengan selamat dan lebih bersemangat. Saengil chukhae uri idol’. Ya, diam – diam Seunghyun oppa dan Ming mendiskusikan kemungkinan aku meninggalkan recording, membiarkan aku pulang ke Korea merayakan ulang tahun bersama keluargaku yang sudah tidak aku lakukan 3 tahun ini. Selama ini aku mengurusi mereka, sekarang saatnya mereka memberikan aku hadiah, begitu pesan dari duo magnae. Dan disinilah aku...
“Hyeeooooooonnn......... kau pulang bukan untuk tidur seharian, kan!!” keasyikan melamun membuatku tak menyadari kalau omma sudah berdiri berkacak pinggang di pintu kamarku. Aku hanya meringis lalu bangkit memeluk omma. Ah!! Merindukannya sangat!!! Omma masih mengomel panjang lebar, aku tahu dia juga merindukanku dan sewajarnya seorang ibu kalau anaknya pulang pasti dipuas-puasin ngomel.
“Anak manja!!” dengus oppa mengusap puncak kepalaku yang masih memeluk omma. Aku merajuk melaporkan tingkah oppa pada omma yang langsung pura – pura memukul pundak oppa.
“Manja!! Ga cocok ama image leader kamu.. kalo Sohyun tau kamu kayak gini... wah... daebak!!! Kalah saingan dia... hahahaha,” goda oppa membuatku tersenyum kecut. Dasar usil!! Kemarin aja waktu menjemput di bandara dia memelukku sampai terasa remuk tulang. Sekarang kerjaannya meledek.
“Apa sih oppa berisik!!” rengutku kesal membuat omma terkekeh.
“Sudah...sudah... bentar lagi Hae datang. Kau mandi dulu sana,” lerai omma. Enggan aku melepas pelukan omma dan masih bergayut manja mengikutinya ke dapur, mengganggunya memasak masih diselingi saling ledek dengan oppa kesayanganku.
“Nunaaa...nunaaaa...” suara pintu depan terbuka disertai teriakan Hae, dongsaeng kesayanganku. Tak lama kemudian dia sudah memelukku dan ngoceh panjang lebar mengatakan betapa dia kangen dan entah apa lagi. aku hanya tertawa sambil menepuk pundaknya saat kemudian mataku menemukan sosok lain berdiri di depan pintu dapur. Andweee...

“Kenapa oppa tidak mengatakan kalau dia juga datang?” protesku pada Donghwa oppa setengah jam kemudian. Oppa melirikku sekilas.
“Salah sendiri kau disuruh bangun malah guling – guling mirip Choco...” ledeknya membuatku kesal.
“Apa?!!! Oppa mengatakan aku seperti anjing??”
“Oppa tidak mengatakan kau seperti anjing, hanya saja tingkahmu tadi pagi mengingatkanku pada Choco,” kekehnya menggodaku. Oppa macam apa ini??!!! Masa adiknya yang imut, keren dan idola yang albumnya all kill disamakan dengan anjing Eunhyuk??? Kesal aku menginjak kaki oppa dan pergi meninggalkannya yang masih tertawa sambil memegangi perutnya.
Langkah kesalku berakhir di ruang makan, mendapati omma sibuk mengatur meja makan dibantu Wookie. Melihatku datang Wookie langsung menghampiriku dan memberikan aku sepotong ayam goreng. Anak ini... entah kenapa selalu seperti anak TK di mataku. Aku lebih memanjakan dia daripada dongsaengku sendiri, Hae.
“Nuna harus banyak makan. Kurus sekali.... apa di New York nuna tidak pernah makan, hah?” cerocos Wookie menatap tubuhku yang aku sendiri akui makin kurus.
“Aaahh... senang sekali nuna pulang jadi bisa merayakan ulang tahun nuna sama –sama lagi. Biasanya hanya bisa lewat pesan saja.... eh tapi harus ucapin lewat twitter juga ya biar fans ga curiga. Untung saja hari ini aku tidak ada jadwal jadi bisa kesini ama Hae hyung.”  Aku hanya terdiam membiarkan Wookie ngoceh panjang lebar yang aslinya dia tujukan pada dirinya sendiri. Kuusap puncak kepalanya. Wah... dia makin tinggi saja. Dia menoleh ke arahku dengan tatapan anak kecilnya, membuatku tak tahan mencubit pipinyaa..
“Aigoooo.... uri magnaeee.... kyeopta!!!” kataku gemas membuatnya kesal. Dia memang suka manja tapi paling alergi kalo aku mencubit pipinya dan mengatakan dia lucu. Kekekeke.....
“Nunaaa... kemarin aku di sushow nampilin insomnia, jadi aku bukan anak kecil lagi,” rengeknya protes makin membuatku terkekeh. Gimana tak menganggap dia anak kecil lagi kalau tingkahnya masih tetap sama???
“Bagi nuna, kau tetaplah magnae yang paling lucuuuuu...” godaku tak mempedulikan protesnya.
“Ah.. sudahlah. Daripada meladeni nuna mending aku bantuin ahjuma aja... bentar lagi pasukan kelaparan akan muncul dan menyerbu meja makan,” serunya pasrah dan kembali membantu omma. Sedang aku??? Melangkahkan kaki menuju taman belakang, dari sana terdengar suara celoteh Hae, oppa, Taemin dan yang lainnya. Sebelum sampai di tempat tujuan seseorang menghentikan langkahku. Tubuh kurusnya bersender di sebuah pilar di samping rumah, menoleh ke arahku saat mendengar suara langkah.
“Ah.. kau rupanya. Kalau seperti ini sudah mirip seperti Hyeon yang aku kenal,” ujarnya sambil tersenyum.
“Maksud oppa?” aku tahu kata – kata dia merujuk pada penampilan kusutku tadi pagi. Meskipun bukan pertama kali baginya melihat penampilan tanpa make up atau kusut acak – acakanku.
“Aku tidak menyangka masih menemukan Hyeon kusut berantakan seperti tadi pagi. Aku pikir Amerika style menjadikanmu beda,” sahutnya dengan nada yang masih sulit aku tebak. Terasa nada getir di dalamnya. Aku mendengus.
“Aku masih Hyeon yang dulu, oppa. Jepang ataupun Amerika tidak merubahku, bahkan kecelakaan itupun tak mengambil apapun dariku,” sahutku sarkartis. Mendengar ucapanku oppa menegakkan badan dan menatapku. Tatapan sejuta arti dari dia.  Sebelum sempat dia mengucapkan sepatah kata balasan, suara Wookie yang mengatakan makan siang sudah siap memecah keheningan.  Tanpa menunggu lama, aku beranjak kembali masuk rumah.
Acara makan siang super heboh. Kami berempat ditambah 6 makhluk asing lainny, Wookie, Taemin, Key, Yesung, Sungmin dan tentu saja Heechul oppa.  Beberapa orang akan menyusul untuk makan malam setelah jadwal mereka selesai, rela menempuh jarak Seoul-Mokpo demi merayakan ulang tahunku yang sudah lama mereka lewati karena kesibukanku di Amerika. Ah, semua ini kembali menyeretku menyelami memori dulu. Jauh sebelum aku menjadi sekarang ini....

-Flashback-
“Jungsu, kau dipanggil presdir,” ujar seorang staff pada seorang lelaki berambut pirang gondrong yang sedang mengikat tali sepatunya di ruang latihan. Membuat terperangah bukan saja dia tapi beberapa orang yang ada di dekatnya.
“Ada apa, Hyung?” tanya Jungsu heran. Tak biasanya sang presdir memanggil trainee seperti dia. Staff yang dipanggil hyung hanya mengangkat bahunya dan mengingatkan sekali lagi kalau Jungsu harus bergegas ke ruangan presdir. Diiringi pandangan rekan trainee Jungsu beranjak keluar ruang latihan dan menuju ruangan presdir di lantai atas. Sepanjang jalan pikirannya berkecamuk penuh tebakan alasan dia dipanggil, debutkah?? Atau malah di pecat??
Sesampainya di ruangan presdir dia menemukan seorang gadis kecil sedang duduk  dengan headset terpasang di telinganya, membaca sebuah komik dengan asyiknya, sedangkan sang presdir sendiri berkutat dengan dokumen di hadapannya. Situasi yang aneh bagi Jungsu. Menyadari kehadiran orang lain di ruangan, gadis mungil itu menoleh dan menatap Jungsu dengan mata besarnya lalu kembali menekuni komik di tangannya.
“Seosangnim..” sapa Jungsu pelan, sang presdir mengalihkan pandangannya ke arah Jungsu dan tertawa lebar. Dia menutup dokumen di depannya dan berdiri menghampiri Jungsu yang masih berdiri di depan pintu.
“Jungsu, kau datang!! Masuk dan duduklah sini,” seru presdir sambil menunjuk kursi di sebelah gadis mungil yang masih bergeming meski Jungsu sudah duduk di sebelahnya.  Jungsu penasaran dengan gadis di sebelahnya, kalau dilihat lebih teliti sepertinya dia bukan orang Korea dan kenapa gadis itu bisa duduk santai di kantor presdir bahkan nampak acuh pada presdir.
“Ada apa seosangnim memanggil saya?” tanya Jungsu setelah mendengar deheman presdir dan menyadarkannya dari mengamati gadis mungil itu.
“Ah.. aku ingin minta tolong padamu. Kamu pasti tahu sekolah CheongDam High School, jaraknya tidak jauh dari sekolahmu,” kata presdir membuka pembicaraan. Jungsu mengangguk meski tidak paham arah tujuan pembicaraan presdir. Apa hubungannya SMU internasional elit itu dengannya??
“Mulai minggu depan aku membutuhkan bantuanmu untuk mengantar jemput seseorang dari sekolah itu. Kau hanya perlu menjemputnya dan pergi ke SM building bersama, karena dia belum tau daerah Seoul sama sekali. Selain itu aku berharap kau mau menjadi guide sekaligus oppa baginya,” jelas presdir SM panjang lebar makin membuat Jungsu pusing tak mengerti. Melihat tampang cengo Jungsu, presdir menghela napas panjang.
“Aku memilihmu karena kau paling tua di antara trainee dan paling bisa diandalkan. Aku percaya kau bisa menjaganya, mengajari dia segala macam dan menjadi oppa yang baik,” lagi – lagi mandat presdir tanpa menjawab pertanyaan dalam kepala Jungsu.
“Dia... itu siapa?” akhirnya Jungsu membuka mulut. Penasaran dengan orang yang di istimewakan presdirnya ini, apakah dia ponakan beliau yang ada di Amerika?? Tapi rasanya tidak mungkin menyuruh dia mengurus keponakan beliau, kan masih ada keluarga yang lain di Korea.
“Ah!! Aku sampai lupa mengenalkanmu padanya... dia akan menjadi bagian SMTown. Jee... can’t you take off your headset for a while, please?” pinta presdir dengan nada lembut kebapakan pada gadis di sebelah Jungsu, membuat mata Jungsu membelalak. Mati!! Bagaimana bisa presdir menyuruh dia jadi baby sitter orang asing? Bahasa inggris yang dia tahu aja welcome dan thank you.
Perlahan gadis itu menoleh pada presdir ketika merasa dia dipanggil, melepas perlahan headset di kepalanya setelah melihat kode dari presdir lalu menutup komik di tangannya. Menakjubkan!! Bagaimana bisa gadis sekecil itu jauh – jauh datang ke Korea sendirian dan akan menjadi bagian dari SM?? Penasaran dengan kemampuan yang dimiliki gadis itu membuat Jungsu tidak mampu melepaskan tatapannya dari gadis yang belum sekalipun dia dengar suaranya.
“Yes. You called me?” tanya gadis itu singkat terkesan cuek, mengagetkan Jungsu. Presdir tersenyum dan mengangguk.
“I have been told you right?? About your life, activities, and everything you must do in Korea?? Especially for your school like your parent’s wish. I want to introduce you to someone whose will help you,” terang presdir. Raut muka gadis itu tetap datar, hanya mengangguk pelan dan melirik ke arah Jungsu.
“Nah, Jungsu... kenalkan. Gadis ini, Jee dia dari Indonesia. Dan Jee.. he is Jungsu, you must call him ‘oppa’, he’ll help you,” lanjut presdir mengenalkan Jungsu dengan gadis itu. Jungsu tersenyum ramah namun dibalas seringai jutek dari gadis itu, kalau saja tidak ingat dengan presdir udah dia jitak kepala bertopi gadis itu dan melemparnya keluar jendela. Tunggu... masalahnya.. bahasa!!!! Jungsu menoleh ke arah presdir, belum sempat membuka mulut presdir sudah memberikan jawaban yang dia inginkan.
“Tenang aja.. Jee ini bisa bahasa Korea meskipun sedikit. Hari ini cukup disini saja, kau boleh melanjutkan latihanmu. Senin depan jangan lupa, ya.”
Jungsupun keluar ruangan setelah berpamitan. Sesampainya dia di luar pintu, menghela napas meratapi nasibnya kenapa apes sekali harus mengurusi gadis jutek menyebalkan itu.  Sepanjang dia ada dalam ruangan itu tak sekalipun menoleh pada Jungsu, hanya jawaban singkat terkesan cuek dia berikan pada presdirnya. Seberapa spesialnya gadis itu??!!!  Sampai ruang latihan masih saja menggerutu, tidak menghiraukan tatapan penuh tanya dari rekan traineenya.

Hari masih pagi, Jungsu memasuki gedung SM untuk latihan. Hari ini sengaja dia datang pagi mumpung libur sekolah. Di lobby dia bertemu dengan Xiah dan Yunho yang rupanya mempunyai pikiran sama.
“Hyung... aku dengar ada trainer baru,” kata Yunho membuat Jungsu tertarik.
“Trainer??”
“Iya, trainer musik dan dance. Katanya sih masih muda, seumuran ma aku, Hyung,” terang Yunho lagi. Dahi Jungsu mengerenyit, sedikit tak percaya dengan info dari Yunho. Xiah malah terang – terangan mengatakan Yunho bohong membuat Yunho dongkol.
“Semua staff membicarakannya dan bahkan kemarin jadi koreografer HOT sunbae. Gosipnya dia judes banget tapi keren,” cerocos Yunho lagi. Kali ini Jungsu mengangguk karena dia juga mendengar tentang koreo baru untuk HOT. 
Sekeluar dari lift menuju ruang latihan terdengar sayup musik menghentak keras dan beberapa orang trainee sedang berdiri di depan pintu melotot takjub. Buru – buru mereka bertiga menghampiri dan ikutan melongok ke dalam. Nampak seorang gadis sedang menari di depan HOT member, energik dan dinamis. Pantas saja semua orang terpana dan tidak bisa melepaskan matanya dari gadis itu, tariannya seperti mengandung magis.
Perlahan ketiganya menyeruak masuk dan duduk bersama beberapa traine lainnya. Jungsu penasaran ingin melihat wajah gadis itu namun tak terlihat tertutup topi berwarna hijau. Seketika semua orang bertepuk tangan saat gadis itu selesai menari, Kangta sunbae menghampiri gadis itu dan berbicara sebentar sebelum akhirnya gadis itu membungkuk sekilas dan berjalan keluar dari ruangan. Saat melewati tempat dimana Jungsu duduk, gadis itu menoleh dan melirik Jungsu sekilas membuatnya terperanjat. Gadis itu!!! Gadis yang dia temui di kantor presdir beberapa hari lalu. Jadiiii.... dia bukan traine???
Beberapa hari kemudian Jungsu mendapati gadis itu duduk sendirian di taman SM sendirian dengan headset terpasang seperti biasa. Seharusnya dari kemarin dia mengantar jemput gadis itu, tapi staff mengatakan kalau gadis itu mulai sekolah minggu depan. Perlahan Jungsu menghampiri gadis itu.
“Selamat siang, Jee-sshi,” sapa Jungsu formal. Bagaimanapun gadis itu traineer. Merasa kehadiran orang lain, gadis itu membuka mata dan memicing menghindari silau matahari menoleh ke arah Jungsu. Jungsu sudah siap kalau akan menerima pandangan sinis atau jawaban ketus dari gadis itu... tapi..
“Ah, oppa!! Aku kira siapa,” sahutnya membuat Jungsu terperanjat, nada suaranya berbeda dengan kemarin. Bahkan sekarang sukarela melepas headsetnya.
“Baru pulang sekolah?” tanya dia lagi. Jungsu mengangguk dan memberanikan diri duduk di bangku sebelah gadis itu yang sepertinya tidak keberatan.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jungsu.
“Apa kau tahu oppa, sangat menyebalkan ketika semua trainee menganggap aku trainer yang harus mereka hormati dan traineer menganggap aku belum pantas menjadi traineer,” lagi – lagi ucapan gadis itu mengagetkan Jungsu. Tidak menjawab pertanyaannya justru curhat. Jungsu menatap gadis di sebelahnya yang kini asyik memainkan botol softdrink di tangannya. Apa gadis ini kesepian???
“Aku seharusnya menjadi salah satu trainee seperti oppa. Tapi presdir dan management menganggap aku sudah tidak perlu trainee lagi dan sebagai gantinya aku menjadi trainer saja. Bahkan tidak tahu dimana tempatku sebenarnya,” lanjutnya tanpa menatap Jungsu. Entah keberanian darimana tahu – tahu tangan Jungsu sudah mengusap lembut puncak kepala gadis itu dan membuat gadis itu terjengit sebentar.
“Seharusnya kamu bangga. Oppa sudah lama menjadi trainee tapi belum jelas kapan akan debut. Semua trainee membicarakan bakatmu karena mereka iri, berharap mempunyai sedikit talentamu,” hibur Jungsu membuat senyum merekah di bibir gadis itu. Senyum yang baru sekali Jungsu lihat. Manis dan gadis itu mempunyai lesung pipit di pipi kiri sama sepertinya.
“Begitukah?” sahut gadis itu singkat. Kembali sunyi, dia kembali tenggelam dengan pikirannya yang entah apa itu.  Pun ketika Jungsu pamit akan latihan, gadis itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. gadis itu nampak kesepian, desah Jungsu prihatin. Wajarlah.. gadis sekecil itu harus jauh ribuan kilo dari orang tuanya, menemui orang asing dan kehidupan yang belum biasa. 


*to be continue

No comments:

Post a Comment