Satu hari lagi terlewati. Musim semi sudah hampir
berakhir berganti musim panas. Tak terasa sudah hampir setengah tahun aku di
New York tanpa sekalipun pulang ke Korea. Jadwal solo maupun SuperGirls penuh sesak
dalam agenda bahkan sulit untuk sekedar bernapas.
Terkadang SuperGirls harus melakukan aktifitas tanpaku karena jadwal bentrok, meski sebisa mungkin itu aku hindari. Aku tidak ingin mengorbankan SuperGirls demi promo soloku. Untung saja jadwal konser dan showcase diatur sedemikian rupa oleh management sehingga tidak merugikan pihak manapun.
Terkadang SuperGirls harus melakukan aktifitas tanpaku karena jadwal bentrok, meski sebisa mungkin itu aku hindari. Aku tidak ingin mengorbankan SuperGirls demi promo soloku. Untung saja jadwal konser dan showcase diatur sedemikian rupa oleh management sehingga tidak merugikan pihak manapun.
Memang, di luar Korea hanya aku yang bersolo. Sedangkan
ke 5 member SuperGirls yang lain bersolo di Jepang, Korea dan China. Selama ada
di New York otomatis kegiatan mereka hanya berfokus pada SuperGirls, berbeda
kalau sedang di Asia, aku yang lebih banyak menganggur.
“Wae??” tanya Seunghyun oppa. Ups.. secara tak sadar aku
menghela napas panjang. Menggeleng pelan seraya memainkan ponsel ditanganku.
Mataku membelalak membaca pesan dari omma yang lupa aku balas, OH MY
GOD!!!! Sambil menggerutu pelan tentang
penyakit lupaku, secepat kilat membalas pesan omma sebelum omma khawatir dan
mengirim oppa ke New York untuk mengecek kondisiku.
“Oppamu sudah menelpon sejam lalu dan sudah aku katakan
kau baik – baik saja. Sepertinya omma mengira kau sudah menenggelamkan diri di
salah satu sungai di New York,” kata Seunghyun oppa terkekeh membuatku
menghentikan tarian jemari di atas keypad dan menoleh ke arahnya.
“Donghwa oppa???” tanyaku membelalak. Parah!! Pesan ini
harus segera aku kirim, kalau menelpon omma bisa – bisa aku bakal diomelin
panjang kali lebar kali tinggi deh. Oke!! Message sending!! Aku menghela napas
lega.
Tanpa mempedulikan ocehan managerku tentang ‘betapa khawatir
omma’, ‘oppa yang terlalu overprotektiv’, ‘dibalik image sangar Hyeon tak lebih
anak mama’ dan berbagai godaan tentangku aku menutup mata dan melayangkan
pikiran ke Korea. Merindukan omma, oppa dan dongsaeng kesayanganku. Suasana
pagi di rumah dengan aroma masakan omma yang selalu bisa membangunkanku, udara
sejuk Mokpo, pantai dimana aku sering menghabiskan waktu bersama mereka. Sangat
sederhana tapi sulit sekali aku dapati beberapa tahun belakangan ini sejak aku
debut di Amerika lebih tepatnya.
Ingin sekali berguling – guling di kamar sederhanaku di
Mokpo, pura – pura masih terlelap menunggu omma membangunkanku dari cara halus
sampai kasar. Lalu diam – diam tidur di sebelah oppa, menendang dan merebut
selimutnya, melihat wajah ngantuk tapi pasrah membiarkan aku menginvansi
kamarnya. Tak jarang kami bertiga menyelinap ke kamar omma dan berebut tidur di
sebelahnya, magnae selalu kalah, mau tak mau dia harus tidur di pojokan membuat
aku dan oppa terkikik geli. Ah.. aku merindukan mereka sangat.
Ditengah keasyikan mengulang memori, kurasakan manager
oppa menyelipkan sesuatu ke dalam tas ranselku. Malas membuka mata, aku
membiarkan saja pura – pura tertidur. 3
hari ke depan jadwalku kosong, demikian juga SuperGirls. Tetap saja ada jadwal
recording untuk single SuperGirls, bagian duo rapper dan aku harus
mengawasinya. Huft... i wish i can fly to Korea or Doraemon give me his magic
door!! 3 hari menghilang!!
“Hyeon-ah!!! Mau sampai kapan kau tiduurr??!!!” teriakan
omma dari dapur menggema ke seluruh rumah. Sudah sejam lebih aku bangun bahkan
sudah asyik update status di mey2day, hanya omma yang tak tahu. Aroma makanan
kesukaanku yang sedang dimasak omma menguar makin membuat cacing di perutku
berhip-hop ria. Masih menunggu omma membangunkanku seperti biasa.
“Hyeooonn!!!” kali ini suara oppa menggelegar. Aku tau
dia pasti dipaksa omma membangunkanku. Aaahh... pagi yang biasa. Yaaa... aku
ada di rumah sekarang. Ini bukan mimpi, lamunan di sela aktifitasku ataupun
sekilasan memoriku. Aniii... its real!!! Aku pulang!!! Berguling – guling di
kamar, pasang status palsu di mey2day seakan aku ada di belahan dunia lain.
Tapi, i’m home!!! Bagaimana ceritanya???
Malam itu sepulang dari show, manager oppa tersenyum
penuh arti padaku entah apa maksudnya aku tak tahu sampai akhirnya ketika
sampai di kamar dan tak sengaja melirik ke kantong ransel aku menemukan tiket
penerbangan New York – Korea. Rupanya itu yang diam – diam manager oppa
selipkan di ranselku. Tanpa banyak kata langsung berkemas dan kabur dari dorm
menuju bandara.
Saat menuju bandara menggunakan taksi manager oppa dan
Ming mengirimkanku pesan ‘jangan khawatirkan recording, trust me onnie. Have
fun and saengil chukhae’, ‘kembalilah
dengan selamat dan lebih bersemangat. Saengil chukhae uri idol’. Ya, diam – diam
Seunghyun oppa dan Ming mendiskusikan kemungkinan aku meninggalkan recording, membiarkan
aku pulang ke Korea merayakan ulang tahun bersama keluargaku yang sudah tidak
aku lakukan 3 tahun ini. Selama ini aku mengurusi mereka, sekarang saatnya
mereka memberikan aku hadiah, begitu pesan dari duo magnae. Dan disinilah
aku...
“Hyeeooooooonnn......... kau pulang bukan untuk tidur
seharian, kan!!” keasyikan melamun membuatku tak menyadari kalau omma sudah
berdiri berkacak pinggang di pintu kamarku. Aku hanya meringis lalu bangkit
memeluk omma. Ah!! Merindukannya sangat!!! Omma masih mengomel panjang lebar,
aku tahu dia juga merindukanku dan sewajarnya seorang ibu kalau anaknya pulang
pasti dipuas-puasin ngomel.
“Anak manja!!” dengus oppa mengusap puncak kepalaku yang
masih memeluk omma. Aku merajuk melaporkan tingkah oppa pada omma yang langsung
pura – pura memukul pundak oppa.
“Manja!! Ga cocok ama image leader kamu.. kalo Sohyun tau
kamu kayak gini... wah... daebak!!! Kalah saingan dia... hahahaha,” goda oppa
membuatku tersenyum kecut. Dasar usil!! Kemarin aja waktu menjemput di bandara
dia memelukku sampai terasa remuk tulang. Sekarang kerjaannya meledek.
“Apa sih oppa berisik!!” rengutku kesal membuat omma
terkekeh.
“Sudah...sudah... bentar lagi Hae datang. Kau mandi dulu
sana,” lerai omma. Enggan aku melepas pelukan omma dan masih bergayut manja
mengikutinya ke dapur, mengganggunya memasak masih diselingi saling ledek
dengan oppa kesayanganku.
“Nunaaa...nunaaaa...” suara pintu depan terbuka disertai
teriakan Hae, dongsaeng kesayanganku. Tak lama kemudian dia sudah memelukku dan
ngoceh panjang lebar mengatakan betapa dia kangen dan entah apa lagi. aku hanya
tertawa sambil menepuk pundaknya saat kemudian mataku menemukan sosok lain
berdiri di depan pintu dapur. Andweee...
“Kenapa oppa tidak mengatakan kalau dia juga datang?”
protesku pada Donghwa oppa setengah jam kemudian. Oppa melirikku sekilas.
“Salah sendiri kau disuruh bangun malah guling – guling
mirip Choco...” ledeknya membuatku kesal.
“Apa?!!! Oppa mengatakan aku seperti anjing??”
“Oppa tidak mengatakan kau seperti anjing, hanya saja
tingkahmu tadi pagi mengingatkanku pada Choco,” kekehnya menggodaku. Oppa macam
apa ini??!!! Masa adiknya yang imut, keren dan idola yang albumnya all kill
disamakan dengan anjing Eunhyuk??? Kesal aku menginjak kaki oppa dan pergi
meninggalkannya yang masih tertawa sambil memegangi perutnya.
Langkah kesalku berakhir di ruang makan, mendapati omma
sibuk mengatur meja makan dibantu Wookie. Melihatku datang Wookie langsung
menghampiriku dan memberikan aku sepotong ayam goreng. Anak ini... entah kenapa
selalu seperti anak TK di mataku. Aku lebih memanjakan dia daripada dongsaengku
sendiri, Hae.
“Nuna harus banyak makan. Kurus sekali.... apa di New
York nuna tidak pernah makan, hah?” cerocos Wookie menatap tubuhku yang aku
sendiri akui makin kurus.
“Aaahh... senang sekali nuna pulang jadi bisa merayakan
ulang tahun nuna sama –sama lagi. Biasanya hanya bisa lewat pesan saja.... eh
tapi harus ucapin lewat twitter juga ya biar fans ga curiga. Untung saja hari
ini aku tidak ada jadwal jadi bisa kesini ama Hae hyung.” Aku hanya terdiam membiarkan Wookie ngoceh
panjang lebar yang aslinya dia tujukan pada dirinya sendiri. Kuusap puncak
kepalanya. Wah... dia makin tinggi saja. Dia menoleh ke arahku dengan tatapan
anak kecilnya, membuatku tak tahan mencubit pipinyaa..
“Aigoooo.... uri magnaeee.... kyeopta!!!” kataku gemas
membuatnya kesal. Dia memang suka manja tapi paling alergi kalo aku mencubit
pipinya dan mengatakan dia lucu. Kekekeke.....
“Nunaaa... kemarin aku di sushow nampilin insomnia, jadi
aku bukan anak kecil lagi,” rengeknya protes makin membuatku terkekeh. Gimana
tak menganggap dia anak kecil lagi kalau tingkahnya masih tetap sama???
“Bagi nuna, kau tetaplah magnae yang paling lucuuuuu...”
godaku tak mempedulikan protesnya.
“Ah.. sudahlah. Daripada meladeni nuna mending aku
bantuin ahjuma aja... bentar lagi pasukan kelaparan akan muncul dan menyerbu
meja makan,” serunya pasrah dan kembali membantu omma. Sedang aku??? Melangkahkan
kaki menuju taman belakang, dari sana terdengar suara celoteh Hae, oppa, Taemin
dan yang lainnya. Sebelum sampai di tempat tujuan seseorang menghentikan
langkahku. Tubuh kurusnya bersender di sebuah pilar di samping rumah, menoleh
ke arahku saat mendengar suara langkah.
“Ah.. kau rupanya. Kalau seperti ini sudah mirip seperti
Hyeon yang aku kenal,” ujarnya sambil tersenyum.
“Maksud oppa?” aku tahu kata – kata dia merujuk pada
penampilan kusutku tadi pagi. Meskipun bukan pertama kali baginya melihat
penampilan tanpa make up atau kusut acak – acakanku.
“Aku tidak menyangka masih menemukan Hyeon kusut
berantakan seperti tadi pagi. Aku pikir Amerika style menjadikanmu beda,”
sahutnya dengan nada yang masih sulit aku tebak. Terasa nada getir di dalamnya.
Aku mendengus.
“Aku masih Hyeon yang dulu, oppa. Jepang ataupun Amerika
tidak merubahku, bahkan kecelakaan itupun tak mengambil apapun dariku,” sahutku
sarkartis. Mendengar ucapanku oppa menegakkan badan dan menatapku. Tatapan
sejuta arti dari dia. Sebelum sempat dia
mengucapkan sepatah kata balasan, suara Wookie yang mengatakan makan siang
sudah siap memecah keheningan. Tanpa
menunggu lama, aku beranjak kembali masuk rumah.
Acara makan siang super heboh. Kami berempat ditambah 6
makhluk asing lainny, Wookie, Taemin, Key, Yesung, Sungmin dan tentu saja
Heechul oppa. Beberapa orang akan
menyusul untuk makan malam setelah jadwal mereka selesai, rela menempuh jarak
Seoul-Mokpo demi merayakan ulang tahunku yang sudah lama mereka lewati karena
kesibukanku di Amerika. Ah, semua ini kembali menyeretku menyelami memori dulu.
Jauh sebelum aku menjadi sekarang ini....
-Flashback-
“Jungsu, kau dipanggil presdir,” ujar seorang staff pada
seorang lelaki berambut pirang gondrong yang sedang mengikat tali sepatunya di
ruang latihan. Membuat terperangah bukan saja dia tapi beberapa orang yang ada
di dekatnya.
“Ada apa, Hyung?” tanya Jungsu heran. Tak biasanya sang
presdir memanggil trainee seperti dia. Staff yang dipanggil hyung hanya
mengangkat bahunya dan mengingatkan sekali lagi kalau Jungsu harus bergegas ke
ruangan presdir. Diiringi pandangan rekan trainee Jungsu beranjak keluar ruang
latihan dan menuju ruangan presdir di lantai atas. Sepanjang jalan pikirannya
berkecamuk penuh tebakan alasan dia dipanggil, debutkah?? Atau malah di pecat??
Sesampainya di ruangan presdir dia menemukan seorang
gadis kecil sedang duduk dengan headset
terpasang di telinganya, membaca sebuah komik dengan asyiknya, sedangkan sang
presdir sendiri berkutat dengan dokumen di hadapannya. Situasi yang aneh bagi
Jungsu. Menyadari kehadiran orang lain di ruangan, gadis mungil itu menoleh dan
menatap Jungsu dengan mata besarnya lalu kembali menekuni komik di tangannya.
“Seosangnim..” sapa Jungsu pelan, sang presdir
mengalihkan pandangannya ke arah Jungsu dan tertawa lebar. Dia menutup dokumen
di depannya dan berdiri menghampiri Jungsu yang masih berdiri di depan pintu.
“Jungsu, kau datang!! Masuk dan duduklah sini,” seru
presdir sambil menunjuk kursi di sebelah gadis mungil yang masih bergeming
meski Jungsu sudah duduk di sebelahnya.
Jungsu penasaran dengan gadis di sebelahnya, kalau dilihat lebih teliti
sepertinya dia bukan orang Korea dan kenapa gadis itu bisa duduk santai di
kantor presdir bahkan nampak acuh pada presdir.
“Ada apa seosangnim memanggil saya?” tanya Jungsu setelah
mendengar deheman presdir dan menyadarkannya dari mengamati gadis mungil itu.
“Ah.. aku ingin minta tolong padamu. Kamu pasti tahu
sekolah CheongDam High School, jaraknya tidak jauh dari sekolahmu,” kata
presdir membuka pembicaraan. Jungsu mengangguk meski tidak paham arah tujuan
pembicaraan presdir. Apa hubungannya SMU internasional elit itu dengannya??
“Mulai minggu depan aku membutuhkan bantuanmu untuk
mengantar jemput seseorang dari sekolah itu. Kau hanya perlu menjemputnya dan
pergi ke SM building bersama, karena dia belum tau daerah Seoul sama sekali.
Selain itu aku berharap kau mau menjadi guide sekaligus oppa baginya,” jelas
presdir SM panjang lebar makin membuat Jungsu pusing tak mengerti. Melihat
tampang cengo Jungsu, presdir menghela napas panjang.
“Aku memilihmu karena kau paling tua di antara trainee
dan paling bisa diandalkan. Aku percaya kau bisa menjaganya, mengajari dia
segala macam dan menjadi oppa yang baik,” lagi – lagi mandat presdir tanpa
menjawab pertanyaan dalam kepala Jungsu.
“Dia... itu siapa?” akhirnya Jungsu membuka mulut.
Penasaran dengan orang yang di istimewakan presdirnya ini, apakah dia ponakan
beliau yang ada di Amerika?? Tapi rasanya tidak mungkin menyuruh dia mengurus
keponakan beliau, kan masih ada keluarga yang lain di Korea.
“Ah!! Aku sampai lupa mengenalkanmu padanya... dia akan
menjadi bagian SMTown. Jee... can’t you take off your headset for a while,
please?” pinta presdir dengan nada lembut kebapakan pada gadis di sebelah Jungsu,
membuat mata Jungsu membelalak. Mati!! Bagaimana bisa presdir menyuruh dia jadi
baby sitter orang asing? Bahasa inggris yang dia tahu aja welcome dan thank
you.
Perlahan gadis itu menoleh pada presdir ketika merasa dia
dipanggil, melepas perlahan headset di kepalanya setelah melihat kode dari
presdir lalu menutup komik di tangannya. Menakjubkan!! Bagaimana bisa gadis
sekecil itu jauh – jauh datang ke Korea sendirian dan akan menjadi bagian dari
SM?? Penasaran dengan kemampuan yang dimiliki gadis itu membuat Jungsu tidak
mampu melepaskan tatapannya dari gadis yang belum sekalipun dia dengar
suaranya.
“Yes. You called me?” tanya gadis itu singkat terkesan
cuek, mengagetkan Jungsu. Presdir tersenyum dan mengangguk.
“I have been told you right?? About your life,
activities, and everything you must do in Korea?? Especially for your school
like your parent’s wish. I want to introduce you to someone whose will help
you,” terang presdir. Raut muka gadis itu tetap datar, hanya mengangguk pelan
dan melirik ke arah Jungsu.
“Nah, Jungsu... kenalkan. Gadis ini, Jee dia dari
Indonesia. Dan Jee.. he is Jungsu, you must call him ‘oppa’, he’ll help you,”
lanjut presdir mengenalkan Jungsu dengan gadis itu. Jungsu tersenyum ramah
namun dibalas seringai jutek dari gadis itu, kalau saja tidak ingat dengan
presdir udah dia jitak kepala bertopi gadis itu dan melemparnya keluar jendela.
Tunggu... masalahnya.. bahasa!!!! Jungsu menoleh ke arah presdir, belum sempat
membuka mulut presdir sudah memberikan jawaban yang dia inginkan.
“Tenang aja.. Jee ini bisa bahasa Korea meskipun sedikit.
Hari ini cukup disini saja, kau boleh melanjutkan latihanmu. Senin depan jangan
lupa, ya.”
Jungsupun keluar ruangan setelah berpamitan. Sesampainya
dia di luar pintu, menghela napas meratapi nasibnya kenapa apes sekali harus
mengurusi gadis jutek menyebalkan itu.
Sepanjang dia ada dalam ruangan itu tak sekalipun menoleh pada Jungsu,
hanya jawaban singkat terkesan cuek dia berikan pada presdirnya. Seberapa spesialnya
gadis itu??!!! Sampai ruang latihan
masih saja menggerutu, tidak menghiraukan tatapan penuh tanya dari rekan
traineenya.
Hari masih pagi, Jungsu memasuki gedung SM untuk latihan.
Hari ini sengaja dia datang pagi mumpung libur sekolah. Di lobby dia bertemu
dengan Xiah dan Yunho yang rupanya mempunyai pikiran sama.
“Hyung... aku dengar ada trainer baru,” kata Yunho
membuat Jungsu tertarik.
“Trainer??”
“Iya, trainer musik dan dance. Katanya sih masih muda,
seumuran ma aku, Hyung,” terang Yunho lagi. Dahi Jungsu mengerenyit, sedikit
tak percaya dengan info dari Yunho. Xiah malah terang – terangan mengatakan
Yunho bohong membuat Yunho dongkol.
“Semua staff membicarakannya dan bahkan kemarin jadi
koreografer HOT sunbae. Gosipnya dia judes banget tapi keren,” cerocos Yunho
lagi. Kali ini Jungsu mengangguk karena dia juga mendengar tentang koreo baru
untuk HOT.
Sekeluar dari lift menuju ruang latihan terdengar sayup
musik menghentak keras dan beberapa orang trainee sedang berdiri di depan pintu
melotot takjub. Buru – buru mereka bertiga menghampiri dan ikutan melongok ke
dalam. Nampak seorang gadis sedang menari di depan HOT member, energik dan
dinamis. Pantas saja semua orang terpana dan tidak bisa melepaskan matanya dari
gadis itu, tariannya seperti mengandung magis.
Perlahan ketiganya menyeruak masuk dan duduk bersama
beberapa traine lainnya. Jungsu penasaran ingin melihat wajah gadis itu namun
tak terlihat tertutup topi berwarna hijau. Seketika semua orang bertepuk tangan
saat gadis itu selesai menari, Kangta sunbae menghampiri gadis itu dan
berbicara sebentar sebelum akhirnya gadis itu membungkuk sekilas dan berjalan
keluar dari ruangan. Saat melewati tempat dimana Jungsu duduk, gadis itu
menoleh dan melirik Jungsu sekilas membuatnya terperanjat. Gadis itu!!! Gadis
yang dia temui di kantor presdir beberapa hari lalu. Jadiiii.... dia bukan
traine???
Beberapa hari kemudian Jungsu mendapati gadis itu duduk
sendirian di taman SM sendirian dengan headset terpasang seperti biasa.
Seharusnya dari kemarin dia mengantar jemput gadis itu, tapi staff mengatakan
kalau gadis itu mulai sekolah minggu depan. Perlahan Jungsu menghampiri gadis
itu.
“Selamat siang, Jee-sshi,” sapa Jungsu formal.
Bagaimanapun gadis itu traineer. Merasa kehadiran orang lain, gadis itu membuka
mata dan memicing menghindari silau matahari menoleh ke arah Jungsu. Jungsu
sudah siap kalau akan menerima pandangan sinis atau jawaban ketus dari gadis
itu... tapi..
“Ah, oppa!! Aku kira siapa,” sahutnya membuat Jungsu
terperanjat, nada suaranya berbeda dengan kemarin. Bahkan sekarang sukarela
melepas headsetnya.
“Baru pulang sekolah?” tanya dia lagi. Jungsu mengangguk
dan memberanikan diri duduk di bangku sebelah gadis itu yang sepertinya tidak
keberatan.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jungsu.
“Apa kau tahu oppa, sangat menyebalkan ketika semua
trainee menganggap aku trainer yang harus mereka hormati dan traineer
menganggap aku belum pantas menjadi traineer,” lagi – lagi ucapan gadis itu
mengagetkan Jungsu. Tidak menjawab pertanyaannya justru curhat. Jungsu menatap
gadis di sebelahnya yang kini asyik memainkan botol softdrink di tangannya. Apa
gadis ini kesepian???
“Aku seharusnya menjadi salah satu trainee seperti oppa.
Tapi presdir dan management menganggap aku sudah tidak perlu trainee lagi dan
sebagai gantinya aku menjadi trainer saja. Bahkan tidak tahu dimana tempatku
sebenarnya,” lanjutnya tanpa menatap Jungsu. Entah keberanian darimana tahu –
tahu tangan Jungsu sudah mengusap lembut puncak kepala gadis itu dan membuat
gadis itu terjengit sebentar.
“Seharusnya kamu bangga. Oppa sudah lama menjadi trainee
tapi belum jelas kapan akan debut. Semua trainee membicarakan bakatmu karena
mereka iri, berharap mempunyai sedikit talentamu,” hibur Jungsu membuat senyum
merekah di bibir gadis itu. Senyum yang baru sekali Jungsu lihat. Manis dan
gadis itu mempunyai lesung pipit di pipi kiri sama sepertinya.
“Begitukah?” sahut gadis itu singkat. Kembali sunyi, dia
kembali tenggelam dengan pikirannya yang entah apa itu. Pun ketika Jungsu pamit akan latihan, gadis
itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. gadis itu nampak
kesepian, desah Jungsu prihatin. Wajarlah.. gadis sekecil itu harus jauh ribuan
kilo dari orang tuanya, menemui orang asing dan kehidupan yang belum biasa.
*to be continue
No comments:
Post a Comment