“Oppa dengar kamu akan debut sebagai drummer di grup band
Triple X?” tanya Jungsu memastikan pada Jee suatu hari saat pulang sekolah dan
berjalan menuju gedung SM. Jee hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan es
krim.
“Iya. Padahal aku mengincar posisi gitaris,” kata Jee
sejurus kemudian membuat Jungsu menggeleng. Dia selama ini beranggapan gadis
ini akan debut sebagai member girl group melihat potensinya yang besar. Suara,
dance bahkan rap stylenya perfect. Tapi dia malah memilih debut sebagai anggota
band yang notabene membernya laki – laki paruh baya semua. Ada rasa
kekhawatiran...
“Tenang oppa, kan aku bakal didampingi manager
kemana-mana. Lagian aku sudah kenal dengan mereka semua dan sudah aku anggap
sebagai paman semua. Hahahaha...” sahut Jee terkekeh geli sendiri mengingat
kalau dia bakal jadi member band orang – orang tua. Lagi – lagi Jungsu hanya
bisa menggeleng menghadapi Jee, dongsaengnya ini. Sebenarnya usia member Triple
X tidaklah tua – tua amat, sekitar 25an semua tapi kan Jee... masih 17 tahun.
“Kayaknya seru ya debut sebagai drummer, ntar Jee mau
pake topeng aja biar orang – orang penasaran dan ga tau kalo Jee cewek. Gimana,
oppa?!” cerocos Jee lagi.
Jungsu sudah sadar kalau gadis ini aneh dari pertama
ketemu di ruang presdir setahun lalu. Tapi tidak pernah mengira separah ini. Gadis
lain bermimpi menunjukkan wajah cantiknya, tubuh tinggi semampainya, rela diet
bahkan operasi plastik segala, tapi... Jee??? Dengan cueknya makan apa yang dia
suka, tidak pernah memperhatikan penampilannya sama sekali meski sudah
dinasehati presdir. Dan sekarang malah mempunyai ide gila debut menggunakan
topeng. Kepala Jungsu mendadak sakit!
“Pasti ntar anak – anak cewek ‘kyaaa...kyaaaa...’ gitu
liat aku karena dikira cowok keren hwakakaakakaka...” kata Jee sambil terkekeh geli. Dia memang
berulang kali mengatakan tidak paham kenapa para gadis suka heboh dengan idol,
terutama HOT sunbae yang baru saja menyatakan disband. Menurut dia mungkin
biasa aja karena tiap hari bertemu mereka bahkan berani marah – marah waktu
jadi koreografer mereka.
“Terserah kau saja, Jee. Kepala oppa pusing!” sahut
Jungsu pasrah. Jee masih saja ketawa dan melontarkan beberapa ide gila pada
Jungsu. Sekilas dia melirik gadis disebelahnya yang sudah berubah banyak
setahun ini, lebih ceria dan penuh tawa. Tanpa sadar Jungsu tersenyum. Dulu
mungkin dia menjalani rutinitas antar jemput Jee karena perintah, sekarang dia
sukarela melakukannya karena sayang dan ingin melindungi gadis itu yang sudah
dia anggap dongsaeng sendiri.
Jee menjadi headline beberapa media ketika identitas
aslinya terbuka. Belum ada setahun dia debut sudah membuat sensasi. Banyak fans
yang mengatakan patah hati dan menjadi antifans, tapi tak sedikit pula yang
malah menjadi fans setianya. Sekarang gadis kecil jutek itu sudah menjadi
idola, berlari jauh meninggalkan Jungsu. Kesibukannya di Jepang membuat mereka
jarang sekali bertemu bahkan sekedar komunikasi melalui telepon sekalipun.
Jungsu merindukan saat – saat dimana mereka berjalan menyusuri trotoar menuju
gedung SM, celotehan Jee, teriakan kesal Jee pada trainee saat latihan, tawa
dia dan matanya yang melotot setiap menemukan hal aneh.
“Hyung... kau kenapa??? Kau merindukan Jee nuna?” tanya
Donghae menyikut lengan Jungsu. Rupanya tanpa sadar dia menghela napas panjang
membuat dongsaengnya itu khawatir.
“Ani.. hanya lelah,” kilah Jungsu.
“Pasti kau mengkhawatirkan Jee nuna setelah membaca
liputan kemarin. Dia juga aneh sih, cuek aja membuka identitas saat showcase di
Jepang. Tapi memang itu ciri khas nuna,” cerocos Donghae dengan nada kagum.
Semenjak Donghae menjadi trainee mereka langsung dekat bahkan kompak dalam hal
menjahili Jungsu.
“Tapi jujur saja, band itu terkenal karena ada nuna. Sok
misterius, tidak pernah ikut wawancara, males ikutan variety. Padahal aslinya
karena nuna grogi hahahaahha....” Donghae terbahak, mau tak mau Jungsu ikut
tertawa. Dia teringat waktu Jee
gemetaran dibalik punggungnya setelah selesai showcase dan harus wawancara,
memaksa leader Triple X membuat alasan tentang ketidak hadiran Jee. Sejak itu
Jee menjadi sosok misterius, alasan aslinya?? Hanya Jungsu, Donghae, manager,
Triple X dan presdir yang tahu.
“Yah!! Kalian menertawakanku??!!!” seru seseorang
seketika menghentikan derai tawa mereka. Buru – buru menoleh ke sumber suara,
di pintu ruang latihan sudah berdiri berkacak pinggang orang yang barusan
mereka bicarakan. Mata Jungsu melotot, Donghae melongo mendapati Jee. Dengan
langkah seakan marah Jee mendekati mereka dan melempar bungkusan yang dia bawa.
“Huh!!! Menyesal aku datang kesini kalau ternyata kalian
ga kangen malah menertawakanku. Menyebalkan!!” gerutunya manyun. Jungsu
mengerjapkan mata tak percaya. Dia mencubit lengan Hae yang langsung mengaduh
dan membalas memukul pundaknya seraya berseru ‘hyung!!’. Berarti ini bukan
mimpi!!
“Jee!!!” teriak Jungsu langsung memeluk gadis berbalut
kaus metalica berwarna hitam lengkap dengan topi hijau kesayangannya. Donghae
menyusul kemudian memeluk mereka sambil tertawa.
“Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Jungsu
sejurus kemudian setelah mereka bertiga melepaskan pelukan.
“Karena kalian merindukanku!” jawabnya tertawa. Dia sama
sekali tidak berubah.
“Bukankah seharusnya kau kembali minggu depan, nuna?”
giliran Hae yang bertanya.
“Kenapa?? Kalian tidak ingin melihatku kembali secepat
ini?? Masih ingin menertawakanku, ya?” Jee memasang wajah pura – pura sedih.
Hae menggelengkan kepalanya cepat – cepat. Paling tidak tahan melihat nuna satu
itu merajuk.
“Aigooo..kau ini!” Jungsu mendesah sambil menjitak pelan
kening Jee yang langsung meleletkan lidah jahil.
“Kajja!! Aku akan mentraktir kalian makan!” seru Jee
tanpa menunggu jawaban dari kedua cowok tampan itu dia langsung menyeret tangan
keduanya keluar dari ruang latihan.
Kejutan datang dari Jee. Belum selesai kasus
identitasnya, berita lain menyusul. Jee mengundurkan diri dari Triple X padahal
baru setahun dia bergabung. Petisi menolak Jee keluar mengalir deras, kritisi
musik menyayangkan keluarnya Jee. Sedangkan anggota Triple X sendiri
menanggapinya dengan tenang. Jungsu tidak habis pikir dengan Jee, apa yang dia
pikirkan sebenarnya. Meski dia tahu keluarnya Jee dari Triple X tidak lebih
karena mandat sang presdir SM. Dari awal Jee berstatus dipinjamkan sampai
drummer sesungguhnya Triple X sembuh dari kecelakaan. Presdir sendiri tidak
pernah berpikir akan membiarkan Jee tetap di Triple X, ada rencana lebih besar
untuk Jee.
Yang membuat jengkel Jungsu adalah dia harus tau hal ini
dari orang lain, bukan dari Jee sendiri yang langsung menghilang setelah makan
siang bersama sepulangnya dari Jepang. Terlalu banyak hal yang disimpan Jee. Bahkan
Jungsu tidak bisa mengerti perasaan Jee sebenarnya. Apa dia tidak bisa menjadi
orang kepercayaan Jee??
Sore itu sudah sekian kali Jungsu mencoba menghubungi
ponsel Jee dan masih tetap sama, non aktif. Di dorm tidak ada, tidak juga
muncul di sekolah maupun di gedung SM. Kemana bocah itu pergi??? Apa dia pulang
ke Indonesia? Tidak mungkin!! Jungsu melangkah lesu dengan kepala penuh pikiran
tentang Jee pulang menuju rumahnya. Betapa kagetnya dia sesampainya di rumah
menemukan Jee nyengir lebar menyambut kedatangannya.
“Jadiiii... seminggu ini kau disini??!!!” teriak Jungsu
geram. Antara lega menemukan Jee baik – baik saja dan kesal setengah mati
melihat muka tak berdosa Jee.
“Iya!! Hahahaha.... daebak kan!! Oppa saja tak menyangka
Jee disini,” serunya gembira tak mempedulikan ekspresi Jungsu.
“Awalnya aku mau ke Mokpo ke rumah Hae, trus mikir kan
disana cowok semua ntar ada gosip. Eh dijalan ketemu Inyoung onnie, ya udah
diajak pulang kesini. Hahaha....” cerita Jee panjang lebar membuat mata Jungsu
melotot langsung melirik nuna-nya yang sedang berpura – pura sibuk menata meja
makan.
“Kenapa ponsel nonaktif? Bikin orang panik saja!” tanya
Jungsu bernada tinggi penuh kesal. Lagi – lagi Jee hanya tertawa.
“Abisnyaaa... berisik banyak yang nelpon dari media,
teman – teman, fans bahkan orang tak dikenal. Ya udah baterai Jee cabut aja
hehehe... mian oppa!!” sahut Jee menangkupkan kedua telapak tangannya sambil
memasang wajah memelas. Jungsu menghela napas lalu mengusap kepala gadis itu
pelan.
“Ya sudahlah, asal kau baik – baik aja oppa sudah lega,”
kata Jungsu langsung dibalas pelukan kilat dari Jee.
“Lain kali kalo ada apa – apa bilang ke oppa. Apa oppa
tidak bisa menjadi oppa yang kau percayai, hah?” kata Jungsu lagi.
“Oke... oke.. arraseo.. Jee percaya ama oppa!! Oppa is
the best!!” sahut Jee mengacungkan jempol ke arah Jungsu. Terdengar suara kikik
kecil dari arah belakang punggung Jungsu, sapa lagi kalo bukan nuna dan omma.
Bagi mereka melihat Jungsu perhatian sedemikian rupa pada Jee adalah hal
langka.
“Dan... nuna juga omma!! Seharusnya kalian memberitahukan
aku kalo ni bocah ada disini,” gerutu Jungsu kesal.
“Lho.. kamu siapanya Jee?? Manager aja bukan! Presdir SM
tahu kok Jee ada disini, kenapa nuna harus laporan padamu??” balas Inyoung
bersungut – sungut. Jungsu diam tidak bisa membantah kata – kata nuna-nya itu.
Jee memandang adegan pertengkaran dua saudara itu dengan senyum tersungging
meski ada rasa mengiris hatinya, pilu. Perlahan dia meninggalkan ruang makan
menuju taman samping rumah menghampiri tuan Park, ayah Jungsu, yang sedang
sibuk dengan tanamannya.
“Appa!” tegurnya sambil jongkok di samping lelaki paruh
baya itu.
“Mereka masih ribut?” tanya tuan Park mengarahkan
pandangannya ke dalam rumah lalu menoleh sambil tersenyum ramah ke arah Jee yang
mengangguk pelan. Tuan Park berdecak mengingat kelakuan kedua anaknya yang tak
pernah dewasa itu, Jee menoleh ke arahnya dan nyengir.
Sejurus kemudian mereka berdua sudah sibuk mempercantik
deretan bunga di taman mungil itu. Sesekali tuan Park melirik Jee yang
tenggelam diantara bunga krisan, beliau tahu apa yang sedang berkecamuk di
pikiran Jee dan cukup bijaksana untuk tidak menanyakannya. Gadis asing yang
sudah dianggap sebagai anak bungsu, dari sejak mengenalnya pertama kali 2 tahun
lalu. Selalu mencoba tegar dan tertawa
seolah tidak ada beban dalam hatinya, membuat sekitarnya selalu ceria.
Menyembunyikan segala resahnya sendiri. Mengingat hal itu tanpa sadar tuan Park
menghela napas panjang.
“Yeaaah... akhirnya oppa debut!! Chukhae!!” teriak Jee
diujung sana memekakkan telinga, buru – buru Jungsu menjauhkan poselnya dari
telinga. Bocah ini tidak juga berubah. Jungsu tersenyum.
“Iya.. oppa harap kau pulang saat grup oppa showcase
bulan depan,” kata Jungsu berharap. Terdengar desah napas kecewa di ujung sana,
dan tanpa perlu kata – kata Jungsu sudah cukup tahu.
“Ingin sekali, oppa! Tapi sekarang sedang proses
recording dan Jee ga bisa ninggalin. Tapiiii...Jee janji nanti pas oppa debut,
Jee akan datang trus berdiri paling depan!!” ujar Jee berusaha menghibur
Jungsu. Sebenarnya dia ingin Jee hadir di hari bersejarahnya itu. Rasanya pasti
beda kalau Jee ada disana...
“....dan makin bahagia karena Hae satu grup ama oppa!”
suara Jee membangunkan Jungsu dari lamunan, hanya kalimat terakhir yang sempat
dia tangkap. Ya, dia dan Hae akan debut bersama sebagai grup Super Junior 05
bersama 10 orang lainnya. Yah.. meskipun grup ini bisa dibilang project dari
presdir sama halnya dengan Jee saat bergabung dengan Triple X dahulu, paling
tidak bisa jadi batu loncatan untuk karirnya ke depan.
“Kenalkan Jee pada member oppa yang ganteng yaaa...”
bisik Jee sambil terkikik geli, membuat Jungsu mengulum senyum.
“Ya, ntar oppa kenalkan pada mereka. Oppa sudah punya
pilihan untukmu, Siwon. Bagaimana??” tanya Jungsu menggoda langsung disambut
omelan panjang Jee. Seantero SM beredar gosip kalau Jee dan Siwon sedang
menjalin suatu hubungan padahal kenyataannya mereka hanya berteman dekat.
Mempunyai sifat hampir mirip, childish, manja tapi berusaha sok dewasa dan sok
cool di depan orang. Hahaha....
“Ah, Jee harus kembali bekerja sekarang. Sampaikan
salamku ke semuaaa... bogoshippo!!” kata Jee menutup pembicaraan.
Sudah 5 menit yang lalu percakapannya dengan Jee berakhir
tapi Jungsu masih termangu menatap ponsel di tangannya. Segala macam pikiran
berkelibat di benaknya. Tentang Jee, tentang debutnya, tentang yang terjadi 2
tahun ini.
Dimulai dari keluarnya Jee dari Triple X secara mendadak,
lalu menghilang beberapa bulan. Kemudian muncul kembali dengan image baru, dari
seorang rocker misterius menjadi hip hop-er sekaligus leader dari girl grup
SuperGirls. Jee yang pemalu, grogi di depan kamera menjelma menjadi seorang Jee
yang pemberani dan entertainer di semua variety show. Kharisma leader
mengubahnya. Popularitas SuperGirls melaju pesat dan sejak beberapa bulan lalu
mereka sudah memulai debut di Jepang dan China.
Dan, setelah menjalani masa trainee yang panjang akhirnya
diapun debut. Bulan depan merupakan showcase pertama mereka sedangkan debut
resmi baru akan dilakukan beberapa bulan lagi. Kebetulan yang unik mereka
berdua menjadi leader dan nama gruppun hampir sama, Super Junior dan
SuperGirls.
Dari sekian kenangan yang tak terlupakan adalah saat
keluarga member mengadakan gathering plus Jee juga. Malam itu semua saling berkenalan
karena akan menjadi satu keluarga besar
di masa yang akan datang. Kemudian muncul Jee dengan wajah cerianya menyapa
semua orang tua dan member Super Junior. Langsung saja dia menjadi anak
kesayangan mengalahkan anak sendiri. Bagi keluarga Jungsu dan keluarga Donghae,
pertemuan dengan Jee bukan untuk yang pertama kali, mungkin sudah lebih ratusan
kali.
Malam semakin larut, satu persatu meninggalkan tempat gathering
menyisakan keluarganya dan Donghae yang kebetulan akan pergi ke hotel yang
sama. Tuan Lee, ayah Donghae seketika itu memegang tangan Jee yang akan
berpamitan pulang kembali ke dorm. Raut kaget tersirat dari wajah Jee, menatap
tuan Lee yang dia panggil appa itu tak mengerti. Belum habis kekagetannya, kata
– kata tuan Lee kembali membuatnya ternganga...bukan dia saja, semua orang.
“Apa kau mau jadi putriku?? Meski bukan putri kandung,
tapi sah di atas kertas? Appa sudah membicarakan hal ini dengan omma dan oppa
kamu.”
“Appa....”
“Kebetulan appa tidak punya anak perempuan dan omma,
Donghwa serta Donghae sudah setuju. Kami menyayangimu seperti keluarga sendiri.
Karena itu, appa ingin menjadikanmu anak secara sah. Bagaimana menurutmu?”
tambah tuan Lee ditimpali anggukan istri dan dua putranya. Bahkan kini Donghwa
ikutan membujuknya.
“Tanpa hitam diatas putih sekalipun kau tetap bagian dari
keluarga ini, tapi kami ingin kau benar – benar menjadi keluarga Lee,” kata Donghwa seraya mengelus kepala Jee. Bisa
Jungsu lihat mata Jee berkaca – kaca memandang satu persatu keluarga Lee di
depannya. Jungsu mendengar isak lirih dari belakangnya, nuna dan omma-nya sudah
larut mengharu biru.
Dan semenjak malam itu, Jee resmi menjadi Lee HyeonJae.
Rupanya sang presdir sudah mengetahui hal ini jauh – jauh hari malah membantu
prosedur di kantor pemerintahan Korea. Jee.. she’s not stranger anymore, she’s
not an orphan anymore. She has family now...
“Ya Tuhaaannn... kenapa aku harus ketemu diaaa...
arrrgghhhh,” lenguh Hyeon kesal sambil
menghentakkan kaki dan mengacak rambut merahnya. Ming dan Jihyo mengerenyitkan
dahi melihat tingkah leadernya yang super aneh itu.
“Mimpi apaaa semalaammm... ini gara – gara Jungsu oppa!!”
gerutu Hyeon membuat Ming dan Jihyo saling pandang. Penasaran tapi tak berani
membuka mulut untuk bertanya.
“Onnie, kau kenapa??” tanya Sohyun si magnae yang baru
saja keluar kamar mandi, heran melihat Hyeon mengacak rambutnya. Telat
menangkap kode dari Ming untuk menutup mulut. Hyeon menoleh ke arah Sohyun dan menggeleng
pelan tak menjawab malah melangkah ke dapur. Masih menggerutu sambil membanting
barang. Sohyun menatap Ming dan Jihyo
bergantian penuh tanya, namun kedua onnie-nya itu hanya mengangkat bahu.
“Pasti berhubungan ama Heechul oppa, deh. Kan hari onnie
pergi ketemu Teuk oppa,” tebak EunHye disambut anggukan dari ketiga member lainnya.
Yaaa.. akhir – akhir ini sang leader sedang kebakaran jenggot disebabkan satu
orang bernama Kim Heechul, member Super Junior yang super narsis dan aneh.
Setiap bertemu mereka bagai kucing dan anjing saja.
“Bukannya mereka dulu pernah pacaran ya...” bisik Sohyun
sambil menoleh ke arah dapur. Ming langsung menutup mulut magnae supaya diam.
Jauh sebelum debut bersama SuperGirls memang pernah
dikabarkan pacaran, bahkan Ming sendiri pernah melihat Heechul mengantarkan
Hyeon sampai depan gedung YG saat akan latihan bersama SuperGirls yang
merupakan grup debutan YG berkolaborasi dengan SM dan JYP. Setiap diungkit
masalah itu, Hyeon langsung masam dan sekuat tenaga mengelak. Ming sebenarnya
yakin kalau Hyeon menyukai Heechul dan begitu juga sebaliknya.
Hyeon menghela napas panjang. Lagi – lagi pria itu
membatalkan janjinya setelah membiarkan dirinya menunggu selama hampir 2 jam.
Dengan gontai Hyeon keluar dari restoran, menyembunyikan wajahnya dengan topi
dan kacamata. Begini ya rasanya jadi selebritis, kencan saja harus sembunyi –
sembunyi seperti pencuri. Mendapat tentangan dari berbagai pihak kecuali
keluarga sendiri. Huft... melelahkan.
Hari ini seharusnya dia makan malam bersama Heechul,
setelah menunggu lama malah dengan gampangnya membatalkan janji. Apa Kim Heechul tidak tahu kalau hanya
malam ini jadwalnya kosong??!!! Kenapa susah sekali untuk bertemu dengannya??
Kadang Hyeon merindukan saat dimana mereka berdua belum setenar sekarang ini,
saat dia belum debut dengan SuperGirls dan Kim Heechul hanyalah seorang dj
radio. Mereka bisa bebas bertemu,
kencan, makan siang bersama. Sekarang?? Kesempatan bertemu hanya di backstage
saat mereka tampil di stasiun tv, di variety show atau di konser. Itupun hanya
sempat mengucapkan ‘hai’ saja.
Hubungan ini makin sulit dengan beredarnya berbagai gosip
mengenai mereka. Fans yang seenaknya membuat shipper atau couple, seperti
Soheechul, Teukhyeon dan yang terbaru adalah Junhyeon. Jung Ki – HyeonJae,
hanya karena mereka membintangi drama romantis sebagai couple. Saat tak sengaja
menggunakan baju sama langsung dibilang couple t-shirt padahal kan karena
mereka menjadi duta produk tersebut.
Belum lagi oppa yang selalu dikelilingi gadis member dari berbagai girl
grup. Hyeon tahu mereka sebatas teman saja, meski demikian tetap saja sebagai
seorang gadis ada rasa cemburu.
Karena galau, tanpa sadar langkah kaki malah menyeretnya
ke depan pintu dorm Super Junior. Hyeon menggerutu menyadari kebodohannya,
tetap saja jarinya memencet bell dorm Super Junior. Dia tidak ingin bertemu
Heechul, dia ingin bertemu Hae! Pintu terbuka dan menyembul muka Sungmin dengan
senyum sumringahnya. Setelah berbasa basi sebentar Hyeon langsung menuju kamar
Hae, mendapati adik kesayangannya itu sedang asyik mendengarkan musik dari ipod
sembari berbaring di tempat tidur. Hyeon langsung menghempaskan dirinya di
sebelah Hae yang terkaget tak menyadari kehadiran nunanya itu.
“Nuna!!” teriak Hae kaget. Hmmm... sahut Hyeon menggumam masih
memejamkan mata, lalu membuka mata dan menoleh ke arah Hae yang sedang melotot
ke arahnya.
“Apa kau tak bisa mengetuk pintu, hah??” gerutu Hae hanya
dibalas tendangan pelan dari Hyeon.
“Berisik!! Jungsu oppa menyuruhku masuk tadi,” sahut
Hyeon cuek, kini merebut headset dari tangan Hae dan memasang di telinganya tak
peduli protes dari Hae. Pasrah dengan kelakuan nunanya itu, Hae meletakkan
kepalanya bersebelahan dengan Hyeon. Semerbak wangi violet menyeruak ke hidung
Hae, menyadarkan Hae kenapa sang nuna menginvansi kamarnya.
“Nuna bertengkar lagi dengan Heechul hyung?” ragu Hae
bertanya. Semenit berlalu tapi gadis di sampingnya itu tak menjawab malah
sebulir air mata mengalir dan menetes ke pundak Hae. Cukup sebagai jawaban.
Hae menghela napas dan kembali berbaring menatap langit –
langit kamarnya, pura – pura tidak mendengar isak tertahan nuna kesayangannya
itu. Hae meraih jemari Hyeon, menggenggam dan meletakkannya di dada. Tangan kanannya membelai lembut kepala Hyeon,
sesekali mengusap air mata di pipi gadis itu.
Entah berapa lama Hyeon menangis lalu akhirnya tertidur di pelukan Hae.
*to be continue
No comments:
Post a Comment