Monday, August 27, 2012

MEMORIES part 3


“Oppa dengar kamu akan debut sebagai drummer di grup band Triple X?” tanya Jungsu memastikan pada Jee suatu hari saat pulang sekolah dan berjalan menuju gedung SM. Jee hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan es krim.
“Iya. Padahal aku mengincar posisi gitaris,” kata Jee sejurus kemudian membuat Jungsu menggeleng. Dia selama ini beranggapan gadis ini akan debut sebagai member girl group melihat potensinya yang besar. Suara, dance bahkan rap stylenya perfect. Tapi dia malah memilih debut sebagai anggota band yang notabene membernya laki – laki paruh baya semua. Ada rasa kekhawatiran...
“Tenang oppa, kan aku bakal didampingi manager kemana-mana. Lagian aku sudah kenal dengan mereka semua dan sudah aku anggap sebagai paman semua. Hahahaha...” sahut Jee terkekeh geli sendiri mengingat kalau dia bakal jadi member band orang – orang tua. Lagi – lagi Jungsu hanya bisa menggeleng menghadapi Jee, dongsaengnya ini. Sebenarnya usia member Triple X tidaklah tua – tua amat, sekitar 25an semua tapi kan Jee... masih 17 tahun.
“Kayaknya seru ya debut sebagai drummer, ntar Jee mau pake topeng aja biar orang – orang penasaran dan ga tau kalo Jee cewek. Gimana, oppa?!” cerocos Jee lagi.
Jungsu sudah sadar kalau gadis ini aneh dari pertama ketemu di ruang presdir setahun lalu. Tapi tidak pernah mengira separah ini. Gadis lain bermimpi menunjukkan wajah cantiknya, tubuh tinggi semampainya, rela diet bahkan operasi plastik segala, tapi... Jee??? Dengan cueknya makan apa yang dia suka, tidak pernah memperhatikan penampilannya sama sekali meski sudah dinasehati presdir. Dan sekarang malah mempunyai ide gila debut menggunakan topeng. Kepala Jungsu mendadak sakit!
“Pasti ntar anak – anak cewek ‘kyaaa...kyaaaa...’ gitu liat aku karena dikira cowok keren hwakakaakakaka...”  kata Jee sambil terkekeh geli. Dia memang berulang kali mengatakan tidak paham kenapa para gadis suka heboh dengan idol, terutama HOT sunbae yang baru saja menyatakan disband. Menurut dia mungkin biasa aja karena tiap hari bertemu mereka bahkan berani marah – marah waktu jadi koreografer mereka.
“Terserah kau saja, Jee. Kepala oppa pusing!” sahut Jungsu pasrah. Jee masih saja ketawa dan melontarkan beberapa ide gila pada Jungsu. Sekilas dia melirik gadis disebelahnya yang sudah berubah banyak setahun ini, lebih ceria dan penuh tawa. Tanpa sadar Jungsu tersenyum. Dulu mungkin dia menjalani rutinitas antar jemput Jee karena perintah, sekarang dia sukarela melakukannya karena sayang dan ingin melindungi gadis itu yang sudah dia anggap dongsaeng sendiri.

Jee menjadi headline beberapa media ketika identitas aslinya terbuka. Belum ada setahun dia debut sudah membuat sensasi. Banyak fans yang mengatakan patah hati dan menjadi antifans, tapi tak sedikit pula yang malah menjadi fans setianya. Sekarang gadis kecil jutek itu sudah menjadi idola, berlari jauh meninggalkan Jungsu. Kesibukannya di Jepang membuat mereka jarang sekali bertemu bahkan sekedar komunikasi melalui telepon sekalipun. Jungsu merindukan saat – saat dimana mereka berjalan menyusuri trotoar menuju gedung SM, celotehan Jee, teriakan kesal Jee pada trainee saat latihan, tawa dia dan matanya yang melotot setiap menemukan hal aneh.
“Hyung... kau kenapa??? Kau merindukan Jee nuna?” tanya Donghae menyikut lengan Jungsu. Rupanya tanpa sadar dia menghela napas panjang membuat dongsaengnya itu khawatir.
“Ani.. hanya lelah,” kilah Jungsu.
“Pasti kau mengkhawatirkan Jee nuna setelah membaca liputan kemarin. Dia juga aneh sih, cuek aja membuka identitas saat showcase di Jepang. Tapi memang itu ciri khas nuna,” cerocos Donghae dengan nada kagum. Semenjak Donghae menjadi trainee mereka langsung dekat bahkan kompak dalam hal menjahili Jungsu.
“Tapi jujur saja, band itu terkenal karena ada nuna. Sok misterius, tidak pernah ikut wawancara, males ikutan variety. Padahal aslinya karena nuna grogi hahahaahha....” Donghae terbahak, mau tak mau Jungsu ikut tertawa.  Dia teringat waktu Jee gemetaran dibalik punggungnya setelah selesai showcase dan harus wawancara, memaksa leader Triple X membuat alasan tentang ketidak hadiran Jee. Sejak itu Jee menjadi sosok misterius, alasan aslinya?? Hanya Jungsu, Donghae, manager, Triple X dan presdir yang tahu.
“Yah!! Kalian menertawakanku??!!!” seru seseorang seketika menghentikan derai tawa mereka. Buru – buru menoleh ke sumber suara, di pintu ruang latihan sudah berdiri berkacak pinggang orang yang barusan mereka bicarakan. Mata Jungsu melotot, Donghae melongo mendapati Jee. Dengan langkah seakan marah Jee mendekati mereka dan melempar bungkusan yang dia bawa.
“Huh!!! Menyesal aku datang kesini kalau ternyata kalian ga kangen malah menertawakanku. Menyebalkan!!” gerutunya manyun. Jungsu mengerjapkan mata tak percaya. Dia mencubit lengan Hae yang langsung mengaduh dan membalas memukul pundaknya seraya berseru ‘hyung!!’. Berarti ini bukan mimpi!!
“Jee!!!” teriak Jungsu langsung memeluk gadis berbalut kaus metalica berwarna hitam lengkap dengan topi hijau kesayangannya. Donghae menyusul kemudian memeluk mereka sambil tertawa.
“Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Jungsu sejurus kemudian setelah mereka bertiga melepaskan pelukan.
“Karena kalian merindukanku!” jawabnya tertawa. Dia sama sekali tidak berubah.
“Bukankah seharusnya kau kembali minggu depan, nuna?” giliran Hae yang bertanya.
“Kenapa?? Kalian tidak ingin melihatku kembali secepat ini?? Masih ingin menertawakanku, ya?” Jee memasang wajah pura – pura sedih. Hae menggelengkan kepalanya cepat – cepat. Paling tidak tahan melihat nuna satu itu merajuk.
“Aigooo..kau ini!” Jungsu mendesah sambil menjitak pelan kening Jee yang langsung meleletkan lidah jahil.
“Kajja!! Aku akan mentraktir kalian makan!” seru Jee tanpa menunggu jawaban dari kedua cowok tampan itu dia langsung menyeret tangan keduanya keluar dari ruang latihan.

Kejutan datang dari Jee. Belum selesai kasus identitasnya, berita lain menyusul. Jee mengundurkan diri dari Triple X padahal baru setahun dia bergabung. Petisi menolak Jee keluar mengalir deras, kritisi musik menyayangkan keluarnya Jee. Sedangkan anggota Triple X sendiri menanggapinya dengan tenang. Jungsu tidak habis pikir dengan Jee, apa yang dia pikirkan sebenarnya. Meski dia tahu keluarnya Jee dari Triple X tidak lebih karena mandat sang presdir SM. Dari awal Jee berstatus dipinjamkan sampai drummer sesungguhnya Triple X sembuh dari kecelakaan. Presdir sendiri tidak pernah berpikir akan membiarkan Jee tetap di Triple X, ada rencana lebih besar untuk Jee.
Yang membuat jengkel Jungsu adalah dia harus tau hal ini dari orang lain, bukan dari Jee sendiri yang langsung menghilang setelah makan siang bersama sepulangnya dari Jepang. Terlalu banyak hal yang disimpan Jee. Bahkan Jungsu tidak bisa mengerti perasaan Jee sebenarnya. Apa dia tidak bisa menjadi orang kepercayaan Jee??
Sore itu sudah sekian kali Jungsu mencoba menghubungi ponsel Jee dan masih tetap sama, non aktif. Di dorm tidak ada, tidak juga muncul di sekolah maupun di gedung SM. Kemana bocah itu pergi??? Apa dia pulang ke Indonesia? Tidak mungkin!! Jungsu melangkah lesu dengan kepala penuh pikiran tentang Jee pulang menuju rumahnya. Betapa kagetnya dia sesampainya di rumah menemukan Jee nyengir lebar menyambut kedatangannya.
“Jadiiii... seminggu ini kau disini??!!!” teriak Jungsu geram. Antara lega menemukan Jee baik – baik saja dan kesal setengah mati melihat muka tak berdosa Jee.
“Iya!! Hahahaha.... daebak kan!! Oppa saja tak menyangka Jee disini,” serunya gembira tak mempedulikan ekspresi Jungsu.
“Awalnya aku mau ke Mokpo ke rumah Hae, trus mikir kan disana cowok semua ntar ada gosip. Eh dijalan ketemu Inyoung onnie, ya udah diajak pulang kesini. Hahaha....” cerita Jee panjang lebar membuat mata Jungsu melotot langsung melirik nuna-nya yang sedang berpura – pura sibuk menata meja makan.
“Kenapa ponsel nonaktif? Bikin orang panik saja!” tanya Jungsu bernada tinggi penuh kesal. Lagi – lagi Jee hanya tertawa.
“Abisnyaaa... berisik banyak yang nelpon dari media, teman – teman, fans bahkan orang tak dikenal. Ya udah baterai Jee cabut aja hehehe... mian oppa!!” sahut Jee menangkupkan kedua telapak tangannya sambil memasang wajah memelas. Jungsu menghela napas lalu mengusap kepala gadis itu pelan.
“Ya sudahlah, asal kau baik – baik aja oppa sudah lega,” kata Jungsu langsung dibalas pelukan kilat dari Jee.
“Lain kali kalo ada apa – apa bilang ke oppa. Apa oppa tidak bisa menjadi oppa yang kau percayai, hah?” kata Jungsu lagi.
“Oke... oke.. arraseo.. Jee percaya ama oppa!! Oppa is the best!!” sahut Jee mengacungkan jempol ke arah Jungsu. Terdengar suara kikik kecil dari arah belakang punggung Jungsu, sapa lagi kalo bukan nuna dan omma. Bagi mereka melihat Jungsu perhatian sedemikian rupa pada Jee adalah hal langka.
“Dan... nuna juga omma!! Seharusnya kalian memberitahukan aku kalo ni bocah ada disini,” gerutu Jungsu kesal.
“Lho.. kamu siapanya Jee?? Manager aja bukan! Presdir SM tahu kok Jee ada disini, kenapa nuna harus laporan padamu??” balas Inyoung bersungut – sungut. Jungsu diam tidak bisa membantah kata – kata nuna-nya itu. Jee memandang adegan pertengkaran dua saudara itu dengan senyum tersungging meski ada rasa mengiris hatinya, pilu. Perlahan dia meninggalkan ruang makan menuju taman samping rumah menghampiri tuan Park, ayah Jungsu, yang sedang sibuk dengan tanamannya.
“Appa!” tegurnya sambil jongkok di samping lelaki paruh baya itu.
“Mereka masih ribut?” tanya tuan Park mengarahkan pandangannya ke dalam rumah lalu menoleh sambil tersenyum ramah ke arah Jee yang mengangguk pelan. Tuan Park berdecak mengingat kelakuan kedua anaknya yang tak pernah dewasa itu, Jee menoleh ke arahnya dan nyengir.
Sejurus kemudian mereka berdua sudah sibuk mempercantik deretan bunga di taman mungil itu. Sesekali tuan Park melirik Jee yang tenggelam diantara bunga krisan, beliau tahu apa yang sedang berkecamuk di pikiran Jee dan cukup bijaksana untuk tidak menanyakannya. Gadis asing yang sudah dianggap sebagai anak bungsu, dari sejak mengenalnya pertama kali 2 tahun lalu.  Selalu mencoba tegar dan tertawa seolah tidak ada beban dalam hatinya, membuat sekitarnya selalu ceria. Menyembunyikan segala resahnya sendiri. Mengingat hal itu tanpa sadar tuan Park menghela napas panjang.

“Yeaaah... akhirnya oppa debut!! Chukhae!!” teriak Jee diujung sana memekakkan telinga, buru – buru Jungsu menjauhkan poselnya dari telinga. Bocah ini tidak juga berubah. Jungsu tersenyum.
“Iya.. oppa harap kau pulang saat grup oppa showcase bulan depan,” kata Jungsu berharap. Terdengar desah napas kecewa di ujung sana, dan tanpa perlu kata – kata Jungsu sudah cukup tahu.
“Ingin sekali, oppa! Tapi sekarang sedang proses recording dan Jee ga bisa ninggalin. Tapiiii...Jee janji nanti pas oppa debut, Jee akan datang trus berdiri paling depan!!” ujar Jee berusaha menghibur Jungsu. Sebenarnya dia ingin Jee hadir di hari bersejarahnya itu. Rasanya pasti beda kalau Jee ada disana...
“....dan makin bahagia karena Hae satu grup ama oppa!” suara Jee membangunkan Jungsu dari lamunan, hanya kalimat terakhir yang sempat dia tangkap. Ya, dia dan Hae akan debut bersama sebagai grup Super Junior 05 bersama 10 orang lainnya. Yah.. meskipun grup ini bisa dibilang project dari presdir sama halnya dengan Jee saat bergabung dengan Triple X dahulu, paling tidak bisa jadi batu loncatan untuk karirnya ke depan.
“Kenalkan Jee pada member oppa yang ganteng yaaa...” bisik Jee sambil terkikik geli, membuat Jungsu mengulum senyum.
“Ya, ntar oppa kenalkan pada mereka. Oppa sudah punya pilihan untukmu, Siwon. Bagaimana??” tanya Jungsu menggoda langsung disambut omelan panjang Jee. Seantero SM beredar gosip kalau Jee dan Siwon sedang menjalin suatu hubungan padahal kenyataannya mereka hanya berteman dekat. Mempunyai sifat hampir mirip, childish, manja tapi berusaha sok dewasa dan sok cool di depan orang. Hahaha....
“Ah, Jee harus kembali bekerja sekarang. Sampaikan salamku ke semuaaa... bogoshippo!!” kata Jee menutup pembicaraan.
Sudah 5 menit yang lalu percakapannya dengan Jee berakhir tapi Jungsu masih termangu menatap ponsel di tangannya. Segala macam pikiran berkelibat di benaknya. Tentang Jee, tentang debutnya, tentang yang terjadi 2 tahun ini.
Dimulai dari keluarnya Jee dari Triple X secara mendadak, lalu menghilang beberapa bulan. Kemudian muncul kembali dengan image baru, dari seorang rocker misterius menjadi hip hop-er sekaligus leader dari girl grup SuperGirls. Jee yang pemalu, grogi di depan kamera menjelma menjadi seorang Jee yang pemberani dan entertainer di semua variety show. Kharisma leader mengubahnya. Popularitas SuperGirls melaju pesat dan sejak beberapa bulan lalu mereka sudah memulai debut di Jepang dan China.
Dan, setelah menjalani masa trainee yang panjang akhirnya diapun debut. Bulan depan merupakan showcase pertama mereka sedangkan debut resmi baru akan dilakukan beberapa bulan lagi. Kebetulan yang unik mereka berdua menjadi leader dan nama gruppun hampir sama, Super Junior dan SuperGirls.
Dari sekian kenangan yang tak terlupakan adalah saat keluarga member mengadakan gathering plus Jee juga. Malam itu semua saling berkenalan karena akan  menjadi satu keluarga besar di masa yang akan datang. Kemudian muncul Jee dengan wajah cerianya menyapa semua orang tua dan member Super Junior. Langsung saja dia menjadi anak kesayangan mengalahkan anak sendiri. Bagi keluarga Jungsu dan keluarga Donghae, pertemuan dengan Jee bukan untuk yang pertama kali, mungkin sudah lebih ratusan kali.
Malam semakin larut, satu persatu meninggalkan tempat gathering menyisakan keluarganya dan Donghae yang kebetulan akan pergi ke hotel yang sama. Tuan Lee, ayah Donghae seketika itu memegang tangan Jee yang akan berpamitan pulang kembali ke dorm. Raut kaget tersirat dari wajah Jee, menatap tuan Lee yang dia panggil appa itu tak mengerti. Belum habis kekagetannya, kata – kata tuan Lee kembali membuatnya ternganga...bukan dia saja, semua orang.
“Apa kau mau jadi putriku?? Meski bukan putri kandung, tapi sah di atas kertas? Appa sudah membicarakan hal ini dengan omma dan oppa kamu.”
“Appa....”
“Kebetulan appa tidak punya anak perempuan dan omma, Donghwa serta Donghae sudah setuju. Kami menyayangimu seperti keluarga sendiri. Karena itu, appa ingin menjadikanmu anak secara sah. Bagaimana menurutmu?” tambah tuan Lee ditimpali anggukan istri dan dua putranya. Bahkan kini Donghwa ikutan membujuknya.
“Tanpa hitam diatas putih sekalipun kau tetap bagian dari keluarga ini, tapi kami ingin kau benar – benar menjadi keluarga Lee,”  kata Donghwa seraya mengelus kepala Jee. Bisa Jungsu lihat mata Jee berkaca – kaca memandang satu persatu keluarga Lee di depannya. Jungsu mendengar isak lirih dari belakangnya, nuna dan omma-nya sudah larut mengharu biru.
Dan semenjak malam itu, Jee resmi menjadi Lee HyeonJae. Rupanya sang presdir sudah mengetahui hal ini jauh – jauh hari malah membantu prosedur di kantor pemerintahan Korea. Jee.. she’s not stranger anymore, she’s not an orphan anymore. She has family now...

“Ya Tuhaaannn... kenapa aku harus ketemu diaaa... arrrgghhhh,” lenguh Hyeon  kesal sambil menghentakkan kaki dan mengacak rambut merahnya. Ming dan Jihyo mengerenyitkan dahi melihat tingkah leadernya yang super aneh itu.
“Mimpi apaaa semalaammm... ini gara – gara Jungsu oppa!!” gerutu Hyeon membuat Ming dan Jihyo saling pandang. Penasaran tapi tak berani membuka mulut untuk bertanya.
“Onnie, kau kenapa??” tanya Sohyun si magnae yang baru saja keluar kamar mandi, heran melihat Hyeon mengacak rambutnya. Telat menangkap kode dari Ming untuk menutup mulut.  Hyeon menoleh ke arah Sohyun dan menggeleng pelan tak menjawab malah melangkah ke dapur. Masih menggerutu sambil membanting barang. Sohyun  menatap Ming dan Jihyo bergantian penuh tanya, namun kedua onnie-nya itu hanya mengangkat bahu.
“Pasti berhubungan ama Heechul oppa, deh. Kan hari onnie pergi ketemu Teuk oppa,” tebak EunHye disambut anggukan dari ketiga member lainnya. Yaaa.. akhir – akhir ini sang leader sedang kebakaran jenggot disebabkan satu orang bernama Kim Heechul, member Super Junior yang super narsis dan aneh. Setiap bertemu mereka bagai kucing dan anjing saja.
“Bukannya mereka dulu pernah pacaran ya...” bisik Sohyun sambil menoleh ke arah dapur. Ming langsung menutup mulut magnae supaya diam.
Jauh sebelum debut bersama SuperGirls memang pernah dikabarkan pacaran, bahkan Ming sendiri pernah melihat Heechul mengantarkan Hyeon sampai depan gedung YG saat akan latihan bersama SuperGirls yang merupakan grup debutan YG berkolaborasi dengan SM dan JYP. Setiap diungkit masalah itu, Hyeon langsung masam dan sekuat tenaga mengelak. Ming sebenarnya yakin kalau Hyeon menyukai Heechul dan begitu juga sebaliknya.

Hyeon menghela napas panjang. Lagi – lagi pria itu membatalkan janjinya setelah membiarkan dirinya menunggu selama hampir 2 jam. Dengan gontai Hyeon keluar dari restoran, menyembunyikan wajahnya dengan topi dan kacamata. Begini ya rasanya jadi selebritis, kencan saja harus sembunyi – sembunyi seperti pencuri. Mendapat tentangan dari berbagai pihak kecuali keluarga sendiri. Huft... melelahkan.
Hari ini seharusnya dia makan malam bersama Heechul, setelah menunggu lama malah dengan gampangnya membatalkan  janji. Apa Kim Heechul tidak tahu kalau hanya malam ini jadwalnya kosong??!!! Kenapa susah sekali untuk bertemu dengannya?? Kadang Hyeon merindukan saat dimana mereka berdua belum setenar sekarang ini, saat dia belum debut dengan SuperGirls dan Kim Heechul hanyalah seorang dj radio.  Mereka bisa bebas bertemu, kencan, makan siang bersama. Sekarang?? Kesempatan bertemu hanya di backstage saat mereka tampil di stasiun tv, di variety show atau di konser. Itupun hanya sempat mengucapkan ‘hai’ saja.
Hubungan ini makin sulit dengan beredarnya berbagai gosip mengenai mereka. Fans yang seenaknya membuat shipper atau couple, seperti Soheechul, Teukhyeon dan yang terbaru adalah Junhyeon. Jung Ki – HyeonJae, hanya karena mereka membintangi drama romantis sebagai couple. Saat tak sengaja menggunakan baju sama langsung dibilang couple t-shirt padahal kan karena mereka menjadi duta produk tersebut.  Belum lagi oppa yang selalu dikelilingi gadis member dari berbagai girl grup. Hyeon tahu mereka sebatas teman saja, meski demikian tetap saja sebagai seorang gadis ada rasa cemburu.
Karena galau, tanpa sadar langkah kaki malah menyeretnya ke depan pintu dorm Super Junior. Hyeon menggerutu menyadari kebodohannya, tetap saja jarinya memencet bell dorm Super Junior. Dia tidak ingin bertemu Heechul, dia ingin bertemu Hae! Pintu terbuka dan menyembul muka Sungmin dengan senyum sumringahnya. Setelah berbasa basi sebentar Hyeon langsung menuju kamar Hae, mendapati adik kesayangannya itu sedang asyik mendengarkan musik dari ipod sembari berbaring di tempat tidur. Hyeon langsung menghempaskan dirinya di sebelah Hae yang terkaget tak menyadari kehadiran nunanya itu.
“Nuna!!” teriak Hae kaget.  Hmmm... sahut Hyeon menggumam masih memejamkan mata, lalu membuka mata dan menoleh ke arah Hae yang sedang melotot ke arahnya.
“Apa kau tak bisa mengetuk pintu, hah??” gerutu Hae hanya dibalas tendangan pelan dari Hyeon.
“Berisik!! Jungsu oppa menyuruhku masuk tadi,” sahut Hyeon cuek, kini merebut headset dari tangan Hae dan memasang di telinganya tak peduli protes dari Hae. Pasrah dengan kelakuan nunanya itu, Hae meletakkan kepalanya bersebelahan dengan Hyeon. Semerbak wangi violet menyeruak ke hidung Hae, menyadarkan Hae kenapa sang nuna menginvansi kamarnya.
“Nuna bertengkar lagi dengan Heechul hyung?” ragu Hae bertanya. Semenit berlalu tapi gadis di sampingnya itu tak menjawab malah sebulir air mata mengalir dan menetes ke pundak Hae. Cukup sebagai jawaban.
Hae menghela napas dan kembali berbaring menatap langit – langit kamarnya, pura – pura tidak mendengar isak tertahan nuna kesayangannya itu. Hae meraih jemari Hyeon, menggenggam dan meletakkannya di dada.  Tangan kanannya membelai lembut kepala Hyeon, sesekali mengusap air mata di pipi gadis itu.  Entah berapa lama Hyeon menangis lalu akhirnya tertidur di pelukan Hae. 


*to be continue

No comments:

Post a Comment