(ff ini pernah dimuat di sujuff)
Aku hanya ingin melihat senyumnya. Hanya ingin membuatnya
tersenyum seperti dulu. Senyum yang akhir-akhir ini hilang entah kemana. Untuk
terakhir kalinya biar aku simpan senyuman itu sebagai kenangan abadiku. Saat
mataku tertutup, biarkan senyummu yang terbayang. Apa semua karena aku??? Apa yang harus aku
lakukan untuk membuat senyum itu kembali lagi?
****
Hyeon pov
“Oppa!!!” teriakku seketika menghentikan langkahnya. Dia
mengerutkan kening menatapku yang berlarian heboh ke arahnya sambil
mengacung-acungkan sepucuk surat.
“Apa?!”
Aku diam mengatur napas. Huwah… lain kali aku harus ingat
untuk berjalan saja bila ke rumahnya. Kesalahan fatal ternyata berlari di
tempat menanjak seperti ini. Nyaris putus napasku. Sambil meringis ku ulurkan surat ditanganku.
“Apa?” Tanya dia sekali lagi tanpa menerima surat dari
tanganku. Setengah memaksa aku menyurukkan ke tangannya. Hanya sekilas dia
melihat surat itu dan tanpa peduli memasukkan ke saku celananya.
“Surat cinta,” sahutku pendek.
“Darimu?”
“Idiiih… najis!! Masih ada Siwon oppa ngapain kirim surat ke
oppa? Weekkk…” jawabku meleletkan lidah. Dia hanya nyengir seperti biasa.
Dengan sedikit genit yang dibuat-buat dia menyibakkan rambutnya membuatku
meringis. Aku benci kalau dia melakukan itu.
“Yaa…sapa tau, kau tiba-tiba menyadari kalo aku punya
karisma tersendiri,” sahutnya membanggakan diri. Aduh…mulai deh.
“Oppa punya kantong plastik ga?” seruku.
“Buat apa?” dia balik bertanya, heran.
“Pengen muntah setelah denger omongan oppa. Hehehe…” sahutku
langsung berlari menghindar dari serangan acakan rambut darinya. Dan jadilah
sepanjang jalan menurun menuju rumahku kami
berkejaran.
“Awas ya….ntar jangan nyesel kalo oppa terlanjur diambil
orang trus kamu jatuh cinta ma oppa!” ancamnya membuatku tertawa.
“Ga bakaallll….kalo ada yang mau ma oppa, ambil aja. Aku
kasih gratis!! Hahahahha….” Di belakang aku mendengar sumpah serapahnya.
Selalu… selalu dia kalah dariku. Bahkan sekarang, dia sampai depan gerbang
rumahku setelah 1 jam aku sampai. Hehehe.. okelah itu bohong, hanya selisih 5
menit kok. Dan dengan puas aku menatapnya terengah kecapekan.
“Kauuu… dasar….setan…kecil….huft..huft…”umpatnya
tersengal-sengal. Aku hanya bisa tertawa seperti biasa. Kadang kasihan juga sih
melihat wajahnya memerah seperti kepiting rebus, tapi hanya ini yang bisa
membuatku menang darinya.
“Oppa mau masuk dulu apa langsung pulang??” tanyaku tak
peduli. Dia mendelik kesal, masa baru juga sampai aku udah mengusirnya.
Hehhehehe…..
“Hyeon… sapa?” terdengar suara Kyu oppa dari dalam rumah.
Tak berapa lama dia sudah muncul di depan pintu. Aku nyengir menyambutnya.
“Oh, kau….” Katanya seakan hanya melihat seekor kucing
melintas. Emang oppaku satu ini kurang…ya begitulah… apa ya?? Sedikit agak
kurang hmm.. sopan *bisik-bisik*.
“Heh….Yah!!! kalian ini emang kakak adik yang terlahir
seperti setan kecil. Ga tau sopan santun!!” gerutunya membuatku terkikik yang
langsung aku ubah menjadi batuk. Bisa-bisa aku digetok kalau ketauan ketawa.
“Hmmm…liat deh, sapa yang ngomong,” sahut Kyu oppa tenang.
Wah.. tanda-tanda perang dunia ke 10 neh. Sebelum kena
getahnya, aku menyelinap pergi tanpa sepengetahuan mereka. Dan benar saja, baru
juga 10 langkah pergi aku sudah mendengar bom-bom dari mulut mereka meledak
dahsyat. Masih dengan terkikik aku pergi ke rumah Siwon oppa. Minta makan.
“Kemarin sapa yang menang?” Tanya Yesung oppa setelah
mendengar ceritaku.
“Entahlah.. aku sudah kabur duluan,” sahutku mengangkat
bahu.
“Kau itu…ga ada puasnya ngerjain mereka berdua,” tegur Siwon
oppa mengacak rambutku. Ini…ini!! Yang paling ga aku suka!! Ga peduli Siwon
oppa sekalipun, aku paling benci ada yang mengacak rambutku. Dan sepertinya
mereka malah sengaja melakukannya tanpa mempedulikan ketidaksukaanku.
“Hati-hati ntar kamu jadi suka beneran ma Chulie hyung…”
goda Yesung oppa langsung membuatku menghentikan acara menata rambutku. Aku
mendelik kesal. Malah membuat mereka berdua tertawa. Ga dia, ga Siwon oppa, ga
omma, ga semua orang, mengatakan hal yang sama.
“Idiiihhh…ga mungkin!!! Cowok narsis kayak dia??!!” seruku
sambil pura-pura muntah.
“Tapi, buktinya orang yang paling suka kamu isengin cuma
dia,” komentar Siwon oppa tersenyum usil. Dua orang iniiii..!!!! ingin rasanya
aku menerkam mereka trus dimasukkan karung, dibuang ke laut, biar ga rese.
Hahahaha….
“Ya..itu kan karena dia yang bisa aku kalahin. Dia mangsa
empuk untuk dikerjain!!” belaku. Semakin keras dua orang itu tertawa. Membuatku
sebal saja.
“Bahkan kalo tinggal dia cowok di dunia inipun, ga bakal aku
pilih!!” teriakku berkacak pinggang. Tiba-tiba aku merasakan hawa tidak enak
dibelakangku, dan Chulie oppa sudah melotot ke arahku ketika aku menoleh.
“Hehehehehehehehe… oppa… apa kabar?” cengirku seperti kucing
ketauan nyuri ikan diatas meja makan. Sejak kapan dia disana? Apa dia mendengar
yang aku katakan barusan? Marahkah??? Aduh.. deg-degan.
“Jadi…kau berharap oppa adalah cowok yang tersisa di dunia
ini? Bukan Siwon ato Kyu ato Yesung?? Tapi Oppa?!! Ngaku sajalah kau emang suka
padaku, Hyeon..” ledeknya seraya membanggakan diri seperti biasa. Habis sudah kata-kata
yang ingin aku ucapkan. Siwon oppa dan Yesung oppa tertawa melihatku bengong.
Ya, ampuuuuuuunnnn….
“Oppa!! Obatmu sudah abis ya?” serangku.
“Obat?! Sepertinya kau yang butuh obat dan juga kacamata,
Hyeon. Biar kau sadar kalo oppa ini ganteng, kharismatik dan keren!” katanya
lagi-lagi mengeluarkan jurus narsisnya. Menyibakkan rambut sambil mengedip
padaku. OMMOOO….
Aku hanya bisa membelalakkan mataku. Kali ini aku
benar-benar kalah! Chulie oppa emang jagonya narsis!! Over pede!! Tapi, itulah
yang bikin dia popular bahkan dikalangan teman-teman sekolahku. Bahkan semua
bilang kalau kami ini tertukar jiwanya. Kalian pasti taulah apa yang aku
maksud…
“Gimana, Hyeon? Apa kau mau
menjadikan oppa ini pacarmu?” godanya dengan nada genit. Tanpa pikir panjang
aku lari sambil berteriak-teriak seperti orang gila. Masa bodoh dengan sepiring
ayam goreng kesukaanku, masa bodoh ama
setumpuk pe-er yang belum selesai aku tanyakan ke Siwon oppa, masa bodoh dengan
panggilan mereka. Aku ingin mengalahkan Chulie oppa!! Suatu saat!!
Kyu pov
Sketsa yang tergeletak di meja belajar Hyeon menarik
perhatianku. Perlahan aku hampiri dan melihatnya. Aku tak bermaksud untuk
mengacak – acak kamarnya, tadi sebenarnya hanya berniat mengambil Gameboy yang
dia pinjam. Baju pengantin. Cantik sekali. Membayangkan kalau adikku yang
tomboy itu memakainya…. Hmm…
Tiba – tiba tatapanku tertuju pada sebuah photo. Heechul
hyung??? Kenapa ada photonya di buku Hyeon?? Ku dapati sebuah tulisan di
belakangnya. Penasaran, aku membacanya. HAH????
Saranghae….
Seandainya aku
bisa mengatakannya padamu.
Tunggu
sampai aku pantas mengatakannya^^
Saranghae??? Hyeon???? Jadi…jadi..selama ini… Hyeon???
Suka???
Sebuah percakapan beberapa bulan lalu dengan Hyeon terlintas
di benakku, makin memperjelas satu hal yang selama ini membuatku penasaran.
“Kenapa kau ngotot pengen ngalahin Heechul hyung?? Orang
lebay macam dia susah dikalahin,” tanyaku pada Hyeon beberapa saat setelah
mendengar Hyeon teriak pada Heechul hyung akan mengalahkannya.
“Jadi, maksud oppa… aku kalah cantik ma dia?” seru Hyeon
mendelik kesal. Dari ujung kaki sampai ujung kaki Hyeon aku liat dan
mengangguk, jujur.
“Huh!! Oppa!!! Nyebelin!!! Semua meremehkanku!! Liat aja
nanti!!”
Aku hanya menatap adikku satu ini yang sedang bertingkah
aneh. Hmm…
“Emang kalo udah bisa ngalahin dia, kau mau apa?”
“Saat itu, aku bakal mengatakan sesuatu ke Chul oppa,” jawabnya
sambil tersenyum sinis. (Saat itu aku kira itu senyum sinis, baru aku sadari
sekarang itu senyum Hyeon kalau sedang malu. Betapa bodohnya aku!)
“Apa?”
“Oppa bakal tahu kalo saatnya tiba,” kata Hyeon misterius.
Jadi… inikah yang akan Hyeon katakan? Dia? Suka Heechul
hyung????
Selama ini mereka berdua mempunyai perasaan yang sama tanpa
mereka sadari??? Entah aku harus bagaimana. Kedua rahasia itu sekarang ada di
tanganku. Rahasia yang tak mungkin aku ungkap.
Tuhan memang sedang bercanda!!! Ku hela napas panjang.
Setelah mengembalikan photo itu ke tempatnya aku beranjak keluar kamar Hyeon.
***
Hyeon pov
“Jadi benar kata Kyu kalo kamu mau ke California?” Tanya
Chul oppa suatu sore ketika kami sedang duduk di beranda rumahnya. Aku
mengangguk kecil sambil sibuk mengunyah keripik kentang, tak sekalipun
menyadari tatapan aneh Chul oppa.
“Kapan? Berapa lama?” Tanya Chul oppa lagi. Dia segera
memalingkan muka ketika aku menoleh padanya.
“Bulan depan berangkat. Sekitar 2 sampai 3 tahun.”
“Hmmm….”
“Kenapa sih, oppa tanya-tanya mulu??? Takut kangen ma aku
ya?? Hahaha.. aku emang ngangenin kok, hahahaha…” kataku menggodanya.
“Iya…”
“Eh, apa??” sahutku tersentak kaget. Barusan aku
mendengarnya mengatakan ‘iya’ atau itu cuma khayalanku aja? Aku menatap Chul
oppa yang tersenyum.
“Ga, oppa ga bilang apa-apa. Emang ngapain kau mau ke
California?” katanya mengelak.
“Hmm…beasiswa!”
“Beasiswa?” tanya Chul oppa mengerenyitkan dahi. Selama ini
memang dia tak pernah tahu aku mengejar beasiswa seni dan dua bulan lalu sudah
mendapatkannya.
“Iya, beasiswa seni. Sekalian aku ingin belajar jadi
desainer…”
“APA??!! Desainer?? Kau??? Hahahhahaha…..” potong Chul oppa
terpingkal – pingkal. Aku mendelik kesal padanya dan langsung memberikan
cubitan menyakitkan di lengannya.
“Aww.. sakit Hyeon!!!” teriaknya kesakitan.
“Oppaaaa… cuma oppa yang ga dukung Hyeon, yang lain malah
dukung Hyeon dari dulu. Huh!!” dengusku kesal. Mendengar ucapanku Chul oppa
berhenti mengusap lengannya dan menatapku.
“Yang lain??? Semua sudah tahu kecuali oppa?” tanya Chul
oppa kecewa. Aku mengangguk pelan, masih tak mengerti dengan ekspresi Chul
oppa.
“Karena oppa pasti ketawa seperti tadi, makanya aku ga
bilang,” sahutku membela diri.
“Seandainya Kyu ga bilang, kau juga akan pergi gitu aja
tanpa pamit ke oppa?” tanya Chul oppa membuatku mengerenyitkan dahi sekali
lagi. Aneh banget ni oppa!
“Iya, aku akan pergi gitu aja. Emang ngaruh kalo aku pamit
ato ga?” sahutku cuek.
Lalu kami terdiam. Kulirik Chul oppa yang melamun entah apa,
sesekali dia menghela napas panjang. Kenapa ya, aku tak pernah bisa jujur?
Kenapa ya, mulut ini ga bisa di rem untuk mengeluarkan kata-kata pedas yang
malah membuatku sakit sendiri. Tau ga, oppa? Aku tak pernah bilang padamu
karena itu akan semakin sulit untukku melangkah. Aku ingin pergi begitu saja
tanpa berpamitan padamu juga supaya aku kuat, tidak perlu perpisahan seperti
ini yang menyakitkan. Langkahku makin berat.
3 tahun kemudian.
Dingin dan bersalju. Itu yang hadir di benakku tatkala
mendarat di Seoul. Betapa aku merindukan kota ini setelah 3 tahun di California
yang panas. Aroma kimchi memenuhi udara Seoul –oke…ini berlebihan, tapi aku
ingin mengungkapkan kerinduanku pada Korea dengan sedikit hiperbola- membuatku
tak sabar ingin segera sampai rumah. Aku celingukan mencari sosok-sosok yang
aku kenal, yang katanya akan menjemputku kalau tidak lupa. Siapa lagi kalau
bukan Kyu oppa!! Tapi, sudah 15 menit aku berdiri disini batang hidungnya belum
nampak juga. Wah… dia benar-benar menepati janji akan menjemputku kalau TIDAK
LUPA!!
Sambil menggerutu, ku keluarkan handphone untuk menelpon ke
rumah. Tiba-tiba…..
“HYEOOON…IIIII….!!!!” Hp terlepas dari genggamanku saking
kagetnya. Serasa ada di stadion sepak bola… heboh dan sedikit memalukan. Oke…
sangat!!! Aku seperti Beckham yang abis mencetak gol dan membuat semua
pendukungku bersorak, bedanya pendukungku cuma 5 orang.
Ada 5 orang cowok berlarian heboh sambil membawa-bawa plakat
bertuliskan “HYEONI, WELCOME HOME!” astaga…. Ini benar-benar melebihi menyambut
kedatangan Beyonce waktu konser di Korea dulu. Oke..oke… aku hiperbola lagi!!
Ingin rasanya aku kembali masuk pesawat dan terbang lagi ke California saking
malunya. Semua orang melihat ke arahku bahkan mengira ada artis datang.
“Hyeon…mianhae… kita ga telat kan?” seru Yesung oppa.
“Gimana perjalananmu?”
“Apa kau lelah? Lapar?? Aku sudah buatkan makanan.”
“Hyeon… kita kangen banget lho.”
“Hyeon…”
“Oke…”
“Apa…”
“Bla.. bla..”
“Bla..bla..”
Beneran deh, selanjutnya aku ga ngerti mereka ngomong apa.
Berisik banget!! Aku hanya tersenyum mendapati mereka tak berubah sedikitpun 3
tahun ini.
“Ssssttt… diam semuanya!!” teriak Kyu oppa dan ajaibnya,
hyung-hyungnya itu langsung diam. Kadang aku heran, magnae macam apa oppaku
ini? Ga punya kharisma sama sekali, slengekan, jahil, bawel, menyebalkan, penuh
segudang kejutan dan tak mudah ditundukkan bahkan oleh oppa-oppa yang lebih tua
dari dia.
“Biar aku ngomong ma dongsaengku ini,” katanya membuatku
terharu. Tumben-tumbenan dia terlihat merindukanku. Aku menatap Kyu oppa di
depanku yang sedang memandangku lekat-lekat.
“Oppa..” panggilku bersiap mendengar luapan kerinduannya.
“Hyeon… kau ga lupa kan ama game pesananku??”
Hah??? Aku hanya tercengang. Benar-benar di luar dugaan!!
Kadang aku ragu apa dia emang oppaku?? Ga nemu di jalan kan?? Sambil
menggeretakkan gigi aku melotot ke arahnya yang dengan cueknya mengulurkan
tangan padaku seraya melirik koper disampingku. Ingin deh saat itu menarik
rambut gondrongnya, sayangnya dia terlalu tinggi.
“Kyu… pertanyaan macam apa itu?” tegur Jungsu oppa menjitak
kepala oppa. Entah harus tertawa atau kesal.
“Oppa pertanyaannya ga mutu!! Hyeon kecewa, balik lagi aja
deh!” rajukku pura-pura marah menyeret koperku pergi. Tangan Jungsu oppa
menarik lenganku, Yesung oppa dan Siwon oppa langsung berdiri di depanku,
Donghae oppa menjitak kepala oppaku sekali lagi. Sekuat tenaga aku
menyembunyikan senyum di bibirku.
“Ya deh, Hyeon… mianhae,” bujuk Kyu oppa menarik koper dari
tanganku.
“Iya Hyeon…kau kan tau oppamu tuh suka malu-malu tapi
malu-maluin. Hahahaha…” tambah Yesung oppa tak urung membuatku tersenyum.
Bagaimana bisa aku berpikir akan kembali ke California kalau di Korea punya
oppa seperti mereka. Satu persatu aku memeluk mereka, kecuali Kyu oppa
tentunya. Kasihan juga nganggurin dia
yang juga berharap mendapat pelukan dariku. Masih sebel sih….
1,2,3,4,5… Siwon oppa, Jungsu oppa, Yesung oppa, Kyu oppa,
trus Donghae oppa. Ada yang kurang, 1 orang lagi. Orang yang menyebalkan dan
narsis itu tak nampak diantara mereka. Padahal, aku ingin memperlihatkan
penampilanku padanya. Huh….dia ingkar janji. Tanpa aku sadari aku menghela
napas, membuat kelima orang itu menoleh serempak.
“Ada apa?” Tanya Kyu oppa heran.
“Itu….cowok narsis… si Chulie oppa kemana? Kenapa dia ga
datang?” tanyaku kesal yang berubah menjadi heran ketika melihat kelima oppa
saling berpandangan.
“Oh…Chulie…hmmm…” Donghae oppa melirik mereka bergantian.
“Ada apa sih?”
“Ga papa… dia ada dirumah, menyambut kedatanganmu. Kalo dia
ikut ntar mobilnya ga muat trus ga ada yang bantu omma beres-beres,” jelas
Jungsu oppa. Perasaan ga enak itupun hilang setelah mendengarnya, tapi entah
kenapa aku merasa mereka menyembunyikan sesuatu. Ah, sudahlah… yang terpenting
aku sudah kembali ke Korea. Masih ada waktu buat balas dendam ke cowok narsis
itu. Liat aja Chulie oppa!! Kekekekkekeke….
“Jangan sampai Hyeon tau ini…”
Sayup kudengar percakapan mereka di kamar Kyu oppa. Bukan
maksud aku menguping, aku ke kamar oppa untuk memberikan game titipannya dan
juga oleh-oleh buat mereka. Penasaran.. akupun berhenti dan sembunyi dideket
lemari depan kamar oppa.
“Hyung ga mau Hyeon tau tentang dia. Hyung ingin Hyeon
menganggap dia sama seperti dulu,” suara Siwon oppa. Apa? Apa yang ga boleh aku
tau tentang Chulie oppa?
“Trus…apa yang mesti aku jawab kalo Hyeon tanya kenapa
Heechul Hyung ga datang? Tadi aja dah lebih 100 kali dia tanya,” suara Kyu oppa
khawatir.
“Apalagi kalo tau Hyung dah pindah rumah segala. Dia pasti
bakal lebih curiga, Hyeon kan bakat jadi detektif,” kali ini Donghae oppa
angkat bicara. Sebenarnya mereka khawatir kenapa? Mendiskusikan tentangku?? Apa???
“Nanti, kalo kondisi Heechul membaik, aku akan suruh dia
telpon Hyeon agar dia ga khawatir dan curiga. Bagaimana?”
Kondisi?? Membaik?? Khawatir??? Heechul oppa??? Ada apa
dengan cowok narsis itu?? Jantungku udah
hampir meledak sekarang. Sebentar….sekarang bukan tanggal 1 April kan? Bukan…
sekarang bulan Januari. Dan ulang tahunku juga masih lama. Ini apa???
“Boleh juga idemu, Hyung,” puji Siwon oppa disambut
suara-suara setuju lainnya. Sesaat lengang di dalam kamar, hanya terdengar hela
napas panjang yang menunjukkan keresahan mereka. Saat aku pikir sudah waktunya
aku keluar dan muncul di depan mereka dengan tampang tak tau apapun, aku
kembali mendengar suara Kyu oppa yang berhasil membuatku hampir mati.
“Aku…aku ga bisa bayangkan kalo Hyeon sampai tau….”
“Ya…”
“Tau kalo Heechul terkapar sakit, maksudmu?”
“Bukan. Tau kalo umur Hyung tinggal 6 bulan lagi. Menurutmu
Hyeon….”
APA!!! Katakan kalau ini April Mop!! Katakan ini tanggal 8
Juni, hari ulang tahunku!! Semua ini bohong kan?!!!! Ku masukkan jari-jari
tangan ke mulutku mencegah keluar suara tangis. Ini saat yang tepat untuk
pingsan atau berteriak marah ke arah mereka karena bercanda seperti ini, bahkan
kalau sekarang matipun tak masalah. Tapi, aku masih berdiri gemetar dengan air
mata mengalir deras di balik bayang gelap lemari buku.
“Hyeon sedih, Heechul Hyung akan semakin sedih. Sudah bertahun-tahun
dia menyembunyikan ini dari Hyeon. Aku miris melihat reaksinya saat mendengar
Hyeon akan pulang, antara sedih, bahagia, takut, rindu… oh… entahlah…” ada isak
di sela kata Yesung oppa.
“Pokoknya, tugas kita memastikan Hyeon tidak tau tentang
ini. Demi Hyeon dan juga Heechul. Oke?” tegas Jungsu oppa. Aku tak mendengar
jawaban yang lain, tapi aku yakin mereka mengangguk setuju. Kembali senyap.
Oke!! Ini yang diinginkan Chulie oppa. Dia tak mau berbagi
penderitaannya denganku karena takut aku terluka. Akan aku tunjukkan pada oppa,
aku bukan gadis 16 tahun yang lugu. Aku sudah 20 tahun!! Aku juga bisa akting
selihai oppa-oppa itu. Akan kubuat mereka yakin aku tidak tau apa-apa. Setelah
lebih 5 menit aku menata napasku dan mengusap air mataku, akupun beranjak
keluar dan pelan mengetuk pintu kamar Kyu oppa.
“Oppa!!!” teriakku ceria membuat mereka kaget.
“Hyeon!! Kau ini… ngagetin aja!!” gerutu Donghae oppa kesal.
“Wae?!! Kalian pasti lagi berlaku aneh-aneh deh, sampai liat
aku kayak liat hantu aja. Hayoooo….” Ku lempar tubuhku ke kasur Kyu oppa sambil
mengusir Yesung oppa yang tadi sedang duduk diatas kasur. Masih dengan
cengengesan, ku ulurkan bungkusan ditanganku ke mereka.
“Tadi kalian pasti ngobrolin cewek atau lagi liat hal-hal
aneh,” desakku menyenggol lengan Kyu oppa.
“Hal-hal aneh apa?! Ga ada! Kita hanya ngobrol biasa,” sahut
Kyu oppa menyingkirkan tanganku.
“Wah….keren Hyeon!! Ini yang oppa mau!! Gomawo…” seru Kyu
oppa kegirangan melihat segepok game yang aku bawakan. Aku mengerenyitkan dahi.
Duh… oppaku, senyummu itu terlihat bohongan. Aku tau dia pasti inget Chulie
oppa, soalnya dulu dia pesan game itu biar bisa nantang Chulie oppa.
“Kenapa?” tanya Kyu oppa menatapku aneh.
“Jadi… oppa kegirangan karena game? Bukan karena aku pulang?
Oh.. oh… betapa merana diriku…” rintihku memelas seraya beringsut mendekati
Yesung oppa lalu pura-pura menangis di balik punggungnya. Langsung Kyu oppa
mengeluarkan jurus ekspresinya yang… hmm… itu tuh… ekspresi waktu mengira dapet
mobil ternyata cuma dapet duit seribu atau ketika denger Sule ngaku jadi Brat
Pitt. Hahaha… perumpamaan yang aneh.
“Cup..cup..cup.. Hyeon… kau masih punya oppa kan,” Yesung
oppa pura-pura menghibur.
“Iya…kita seneng kau
pulang meski ga bawa oleh-oleh sekalipun buat kami, yang penting kan
Hyeon,” bujuk Jungsu oppa yang mengira aku nangis beneran, dia emang paling
gampang dibohongi seperti ini. Kucubit punggung Yesung oppa saat melihat
cengiran di wajahnya menertawakan kebodohan Jungsu oppa. Dan oppaku? Dia
menatap langit-langit sambil menempelkan jari telunjuknya di jidat. Tau kan??
Itu lho… tanda yang seakan bilang ‘dasar gila semua’.
“Bener nih??? Ga butuh oleh-oleh??? Balikin!!” kataku
mengulurkan tangan ke Jungsu oppa yang reflek menyembunyikan bungkusan ke balik
punggungnya. Hahahahaha…
“Barang yang udah dikasih ga boleh diminta lagi. Pamali,
ntar bintitan!” kata Jungsu oppa disambut tawa semuanya. Suasana kamar kembali
ceria. Sekilas aku melihat mereka bertukar pandang ketika aku tertawa lepas.
Inikah oppa yang kau inginkan???
“Yang itu buat sapa Hyeon?” tunjuk Donghae oppa ke arah
bungkusan di atas kasur.
“Oh..itu…..” aku menoleh ke arah bungkusan berwarna merah
itu dengan pedih. Lalu dengan tampang pura-pura sebal aku palingkan wajahku ke
Donghae oppa.
“Untuk cowok narsis yang
nyebelin sedunia, Chulie oppa!!”
Siiiing….. tiba-tiba mereka terdiam. Kesunyian yang aneh!
Apa mereka tak berpikir kalau begini terus, aku bakal curiga?
“Kenapa?” tanyaku pura-pura heran.
“Ah, rupanya kau masih ingat dia. Apakah benci itu sudah
berubah jadi cinta sekarang? Bahkan kau membungkusnya dengan warna merah, warna
kesukaanmu,” goda Siwon oppa. Pengalihan yang hebat dan pintar, oppa, batinku.
Terima kasih!! Sempat kudapati Kyu oppa menghela napas lega.
“Ga bakall!!! Aku masih waras kok!! Belum sedepresi itu
sampai jatuh cinta padanya,” kataku seperti biasanya.
“Beneran?? Yakin?? Jujur aja kau pasti kangen dan kecewa dia
ga ada disini, kan?” goda Siwon oppa lagi. Yesung oppa mendelik ke arahnya dan
Jungsu menginjak kakinya. Tapi aku pura-pura tak tau, seperti Siwon oppa yang
pura-pura semua baik-baik saja.
“Iya.. bener!! Yakin!! Aku cuma kecewa ga bisa mamerin
penampilan baruku ini padanya!”
sungutku. Ku raih bungkusan merah dan melemparkan pada Siwon oppa.
“Berikan itu dan katakan padanya aku menantangnya lari!!”
kataku berkacak pinggang. Sudah cukup sandiwara ini. Lebih lama lagi aku
disini, semua akan tau kalau aku sudah tau dengan apa yang terjadi pada Chulie
oppa. Akupun beranjak pergi.
“Oppa, gomawo…” kataku dari balik pintu kamar.
“Neee….” Sahut mereka berbarengan. Kembali aku menyelinap ke
balik lemari. Hobbi baruku sekarang, nguping!!
“Siwon-ah…. Ngapain kau pake bilang seperti itu?” semprot
Jungsu oppa murka.
“Hyung…. Itu cara paling aman agar Hyeon tidak curiga.
Menurut kalian apa dia ga bakal curiga kalo melihat sikap kalian terlalu
hati-hati seperti tadi? Kita harus bertingkah seperti biasa saja,” sahut Siwon
oppa beralasan. Sandiwara ini makin sempurna untuk kita semua, oppa. Kau memang
sutradara dan aktor hebat, ga seperti yang lainnya. Dalam sekali kedip langsung
ketauan. Secara tak langsung kaupun membantuku, oppa.
“HYEON-AH!!!”
Buru-buru kujauhkan hp dari telingaku. Wah.. sapa pagi-pagi
seperti ini menelponku.
“Yeah… nugu?” sahutku setengah ngantuk.
“Hwakakakaka… kau!! Masih saja belum berubah, setan cilik!!
Suka bangun siang!” suara ini!!! Seketika aku bangun dan menggenggam erat hp.
Suara ini… setelah 2 minggu aku di Korea akhirnya aku mendengar suara Chulie
oppa!! Jadi… sekarang kondisinya sudah membaik? Karena itukah baru sekarang dia
bisa menelponku??? Jungsu oppa….. dia menepati janji.
“Yah!! Kau masih belum bangun juga?!!” teriaknya.
“Hmmm…” jawabku disela runtuhan air mata.
“Apa perlu aku masuk kamarmu dan menyeretmu keluar? Hah?!!”
ancamnya. Dengan selimut kuusap air mata dipipiku.
“Aku ngantuk, oppa…” kataku beralasan.
“Dasar setan cilik pemalas!! Ku hitung sampai 3 kalo kau ga
keluar kamar juga, aku akan…”
“Kau mau apa? Mendobrak pintu kamarku?? Berani??” tantangku.
Aku berharap tiba-tiba dia benaran mendobrak pintu kamarku, karena itu aku
sedikit merapikan rambutku. Aku tau itu ga mungkin, tapi emang salah kalau
sedikit berharap?
“Oppa..oppa?” panggilku ketika tak ada sahutan dari
seberang. Pingsankah dia???
“Oppa…opp…”
“YAH!!!”
Gedoran di pintu kamar membuatku terkejut setengah mati.
“HYEON-AH!!!” teriakan Chulie oppa seperti mimpi bagiku.
Bagaimana mungkin….
Tergesa kubuka pintu dan memang aku dapati Chulie oppa
berdiri dengan gaya khasnya di depan pintu. Tanpa pikir panjang aku menghambur
ke pelukan Chulie oppa. Dia… masih hidup, sehat dan berdiri di depan!!
“Hahahaha… setan cilik!! Kau begitu merindukanku ya? Baru
sadar kalo di California ga ada cowok sekeren aku?” katanya over pede, mau tak
mau membuatku jengkel juga.
“Kau masih idup, oppa!” seruku girang. Tiba-tiba aku
menyadari kesalahanku.
“Jadi, kau berharap aku mati? Bukankah dulu kau berharap aku
cowok yang tersisa di dunia? Hahahaha…” sahutnya seakan kata itu tak ada
artinya.
“Ughh… terserahlah. Kau menghilang kemana? Kenapa baru
sekarang datangnya? Kau sibuk apa, sih?” tanyaku bertubi-tubi. Aku tahu dia
akan mengeluarkan sejuta kebohongan.
“Hahahaha… kau benar-benar merindukanku kan, Hyeon?”
“Aaahh… terserah apa katamu lah oppa. Dasar narsis,
menyebalkan!” gerutuku.
“Tapi ngangenin kan… hehehe”
“Oke..oke… aku kangen oppa. Kangen pingin nonjok oppa,
puas?!!” semprotku mulai kesal. Chulie oppa hanya tersenyum simpul. Duh… mukaku
kenapa memerah begini sih?? Langsung aja aku alihkan pandangan pura-pura
melihat vas bunga omma.
“Ga apa. Yang penting kau kangen pada oppa. Seperti oppa,”
gumamnya lirih. Aku menoleh ke arahnya.
“Apa oppa?”
“Ga apa. Cepat kau mandi, aku tunggu di bawah,” sahutnya
mengalihkan topik pembicaraan. Suara pintu kamar Kyu oppa terbuka, masih
setengah mengantuk dia melihat ke arah kami dengan ekspresi wajibnya! Ngliat
kucing lewat.
“Oh.. kau lagi….pagi-pagi dah bikin onar,” gerutunya sambil
menggaruk kepala. Aku tahu tapi pura-pura tak tau kalau sebenarnya dia sudah
bangun dari tadi dan sekarang sedang akting baru bangun tidur. Oppa, kau emang
jago matematika, tapi soal akting, kau payah!!
“Yah… setan cilik satu lagi muncul. Kalian…..huft!” gerutu
Chulie oppa seraya menuju ke kamar Kyu. Wah.. tontonan gratis nih. Aku ingin
tau akting mereka berdua!
“Hyuuuung…kau menghilang kemana aja, sih???? Aku sudah
jamuran nungguin tanding!! Kau sengaja kabur? Takut kalah, hah??!!” semprot Kyu
oppa membuatku kaget. Tidak seperti yang aku bayangkan.
“Hahahaha… setan cilik ini juga merindukanku??” goda Chulie
oppa membuat wajah oppaku memerah. Sepertinya ini bukan akting, Kyu oppa
benar-benar merindukan Chulie oppa. Tentu dengan kasus yang berbeda.
“Kangen? Bener-bener deh Hyung…kau itu terlalu over pede.
Tadi godain Hyeon, sekarang aku. Tentukan pilihanmu, Hyung!!” balas Kyu oppa.
“Maaf Kyu… aku masih normal. Tapi, bukan salahmu kalo kau
juga suka padaku. Kharismaku ini lho… ckckck…” sahut Chulia oppa menjawil
lengan Kyu oppa yang langsung bergidik ngeri.
“Astaga… Hyung!! Makin
lama kau makin menjijikkan. Hiiyyyy….” Seru Kyu oppa mendorong Chulie oppa
jauh-jauh. Aku dan Chulie oppa tertawa melihat reaksi oppaku satu itu.
“Heh.. setan cilik!! Belum mandi juga? Hush… sana!! Aku
masih ada perlu ma iblis cilik satu ini,” serunya mengusirku sambil mendorong
tubuh oppa masuk kamar.
“Met kencan, ya…” godaku sambil menutup pintu kamar. Sempat
aku dengar teriak Kyu oppa bilang ‘amit-amit’. Semua seperti biasa, sangat
biasa. Aku sudah melakukan hal ini puluhan
tahun, sejak mengenalnya. Dan hari ini sama dengan hari-hari kemarin.
Menyadari hal ini dadaku makin terasa sesak. Tanpa bisa kucegah, air mata sudah
turun membasahi pipiku. Oppa…kenapa kau begitu kejam padaku??? Sekali saja
tunjukkan kejujuranmu padaku. Sekali saja, oppa!!
Andai aku belum tau yang sebenarnya, mungkin aku akan lebih
bahagia, mungkin aku akan beranggapan obrolan kelima oppa malam itu di kamar
Kyu oppa hanya sandiwara. Bohongan dalam rangka menyambut kepulanganku. Andai
waktu itu aku tidak diam-diam mengikuti Siwon oppa yang ternyata pergi ke rumah
sakit tempat Chulie oppa dirawat. Andai aku tidak melihat dengan mata kepala
sendiri kondisi menyedihkan Chulie oppa dan diam-diam mendengar kata dokter
tentangnya. Mungkin air mata ini ga perlu keluar.
Dan aku menangis dalam diam semakin dalam setiap mendengar
suara tawa cowok narsis yang menyebalkan itu. Semakin dia tertawa dan terlihat
ceria, makin sakit hati ini. Kenapa??? Wae??? Kenapa aku merasa tersiksa?
Kenapa???
Dengan tampang cuek dan mengejek berkali-kali aku menoleh ke
belakang memeriksa kondisi Chulie oppa. Masih dengan menggerutu dia berusaha
mengejarku, seperti biasa. Aku sadari dia lebih lambat 15 menit dari biasanya
dan sedapat mungkin aku membuat jarak 5 menit tanpa kentara kalau aku sengaja
berbuat itu.
Akhirnya dia tiba 10 menit kemudian. Wajahnya memucat,
kentara dia memaksakan diri. Kalau tidak ingat sedang sandiwara, aku pasti
sudah menyeretnya ke rumah sakit dan memasangkan sejuta infus untuk membuatnya
sehat kembali. Sekuat tenaga menutupi rasa khawatir, akupun bertanya.
“Oppa, kau ga papa? Kau makin lambat aja sekarang…
sepertinya kau kurang sehat!”
“Huft..huft..Aku emang sengaja mengalah,” sahutnya.
“Hahaha…alasan. Kau makin tua, oppa! Makanya kau kalah,”
ejekku.
“Kalo kayak gini, bagaimana bisa oppa menjagaku. Oppa ga
akan bisa menggendongku lagi, masa aku yang akan menggendong oppa?” lanjutku
menatapnya tajam.
“Eh?”
“Dulu, waktu kecil oppa selalu mengendongku kalo aku jatuh
ato lelah. Tapi sekarang karena oppa makin tua, makin lambat! Aku kan ga kuat
kalo harus gendong oppa, mau aku seret aja?” ya Tuhan… kenapa mulutku ini tak
bisa di rem sedikit saja? Kemarahan itu semakin meluap saja.
“Huft..huft…ga…gwenchana Hyeon…kau juga makin lambat saja,”
jawabnya tersengal.
“Aku? Makin lambat?? Wajarlah….sejak di California, lari
bukan hobbiku lagi,” sahutku beralasan. Padahal, tiap pagi aku selalu lari
mengelilingi taman komplek apartemen.
“Lalu, apa hobbimu? Tidur? Hah?” ledeknya tertawa. Hentikan
tawamu itu, oppa!!
“Bukan. Fashion…” kataku berlagak centil. Mendengarnya tawa
Chulie oppa langsung meledak.
“Apa aku ga salah dengar? Kau?? Sejak kapan suka fashion?”
“Sejak aku berniat mengalahkan oppa!”
Dia terdiam mendengar jawabanku.
“Mengalahkanku??”
“Iya. Selama ini kan semua orang bilang kalo kita bertukar
jiwa. Oppa lebih feminin dariku. Aku ingin mengalahkan oppa!!” jelasku,
lagi-lagi dia membalasnya dengan tertawa.
“Wae??”
“Aku ga mau menang lari aja!”
“Oke, aku akan mengalah padamu,” sahutnya sambil mengacak
rambutku. Dengan langkah gontai dia beranjak pergi meninggalkanku di halaman
rumah. Aku ingin berlari dan memeluk punggung itu yang terlihat ringkih namun
berusaha tegar. Oppa!! Aku tidak mau kau mengalah!! Jangan mengalah untukku!
Aku yang ingin mengalahkanmu, karena ada janji dalam hatiku!! Oppa!! Dengar aku
oppa, jeritku dalam hati!!
“Aku BENCI kau, oppa!!” teriakku menghentakkan kaki ke
tanah. Chulie oppa berhenti mendadak dan berbalik menatapku tak percaya.
Pertama kalinya aku mengucapkan kata itu dengan penuh amarah.
“Oppa menyebalkan!!” teriakku kesal.
“Kau menangis gara-gara ini? Segitu inginnya mengalahkanku?
Wae??” tanya Chulie oppa tak percaya melihat tingkah childishku. Belum sempat
aku menjawab, sosok Kyu oppa muncul dari dalam rumah dan melotot mendapatiku
menangis.
“Hyung…kau buat Hyeon nangis ya?” tuduhnya membuat Chulie
oppa menggaruk kepala.
“Aku bahkan ga tau kenapa dia nangis, Kyu.”
“Ah.. Hyung… baru sehari ketemu dah dibikin nangis. Parah!!”
gerutu Kyu oppa memojokkan Chulie oppa. Kasihan juga melihatnya dipersalahkan
padahal aku menangis kan dengan alasan yang berbeda.
“Kalian menyebalkan!!” teriakku seraya berlari masuk rumah
meninggalkan mereka saling berpandangan heran melihat tingkah ajaibku.
“Apa??!! Oke..oke.. aku akan segera kesana, Hyung..” suara
panik Kyu membangunkan omma yang tertidur di sofa.
“Ada apa Kyu?”
“Heechul Hyung… dia…”
“Kenapa dengannya? Dia baik-baik saja kan? Apa dia kambuh
lagi?” air mata sudah merebak memenuhi pelupuk mata omma.
“Iya, omma…. Dia kritis. Dimana Hyeon? Aku harus membawanya
menemui Hyung, aku harus mengatakan semua padanya, omma. HYEON!!” teriak Kyu
panik. Tanpa menunggu jawaban omma dia berlari menuju ke kamar Hyeon yang
ternyata kosong. Dimana dia?
“Kyu.. Hyeon sudah pergi ke Jepang sore tadi,” jelas omma
membuat Kyu terperanjat. Pergi? Bagaimana bisa dia pergi?? Aduuh… rasanya ingin
mati juga, teriak Kyu dalam hati.
“Pergilah kesana, omma akan coba hubungi Hyeon dan
menyuruhnya pulang,” kata omma.
“Baik omma, suruh cepat dia pulang dan menyusulku ke rumah
sakit,” seru Kyu seraya menutup pintu. Omma termenung menatap kepergian Kyu.
Tanpa terasa air mata jatuh berderai.
“Kyu, mianhae….” Isak omma meremas sepucuk surat.
Omma….
Mianhae…
Hyeon sudah tau semua, omma.
Tentang siapa Hyeon sebenarnya, juga tentang Heechul oppa. Terima kasih selama ini omma sudah merawat
dan membesarkan seperti putri omma sendiri, memberikan oppa yang baik, bawel,
over protektif dan menyebalkan seperti Kyu oppa. Memberikan cinta, kasih sayang
dan kehidupan yang indah. Hyeon sangat menyayangi omma dan oppa, sangat!!
Kalian adalah anugerah yang tak tergantikan bagi hidup Hyeon. Seperti halnya
Heechul oppa bagi Hyeon. Kalian adalah nyawa Hyeon dan Hyeon tak bisa
kehilangan salah satu diantara kalian, karena apabila hal itu terjadi, Hyeon
lebih baik mati.
Omma…. Mianhae…
Hyeon terpaksa melakukan semua ini
tanpa berpamitan pada omma karena tak sanggup melihat air mata omma. Maafkan
semua kesalahan Hyeon, omma. Maafkan tindakan Hyeon ini. Tapi, Hyeon mohon omma
merestuinya…. Hyeon dan Heechul oppa sama-sama sendirian di dunia ini. Bedanya,
Hyeon bisa hidup dengan 1 ginjal. Dan dia tidak akan bertahan hidup lebih dari
1 bulan jika tanpa ginjal Hyeon. Dan Hyeon tidak pernah mengijinkan dia
meninggalkan Hyeon.
Omma…
Hyeon janji akan segera kembali.
Saranghae…
Cho
Hyeon Nae
“Hyeon…”
“Hmmm…”
“Hyeon-ah!!” panggil Chulie oppa sekali lagi sedikit kesal
melihatku masih asyik menggambar.
“Apa?” tanyaku akhirnya menatapnya. Kali ini giliran dia
yang tak mempedulikanku, malah asyik melihat beberapa sketsa baju yang aku
gambar. Keadaannya mulai membaik sekarang setelah berhasil melewati masa
kritisnya, bahkan jiwa narsisnya juga telah kembali lagi.
“Apaan sih, oppa?” tanyaku lagi. Merebut kertas-kertas yang
ada di tangannya dan masukin dalam tas ranselku.
“Kau…sejak kapan tau ini?” akhirnya dia buka suara. Perlahan
dia berjalan ke ranjang dan duduk menghadap ke arahku.
“Tau apa?”
“Tentang oppa..”
“Oh…sejak Kyu oppa panik menelponku saat aku di Jepang,”
sahutku masih sambil menggambar. Aku juga pembohong yang sangat hebat, oppa.
Chulie oppa masih menatapku. Aku merasa, dia paling tidak gampang
dibohongi. Dia menghela napas dan
melemparkan pandangannya melalui jendela kamar.
“Sebenarnya aku ga ingin kau tau ini semua, Hyeon…” ada nada
sedih dalam kata-katanya. Ku letakkan kertas di tanganku ke atas meja dan
berjalan ke arahnya. Mendudukkan diriku di sebelahnya, sepertinya dia tak
menyadarinya karena larut dalam lamunan sampai aku menyentuh pelan pundaknya.
“Oppa menyuruh mereka mengatakan apa padaku kalau oppa
meninggal?” tanyaku tajam.
“Aku… pergi keluar negeri,” jawabnya. Aku mendengus pelan.
“Oppa pikir aku bodoh sampai percaya semua itu? Kenapa sih,
oppa ga mau aku tau sampai rela berbohong segala? Kenapa oppa ga mau berbagi
kesedihan oppa sedikiiit aja denganku?” cecarku kesal. Tanpa sadar, ada buliran
air mata jatuh ke pipiku. Dengan tangannya yang bebas infus, Chulie oppa
mengusap pelan air mataku. Seperti yang selalu dia lakukan sejak aku kecil.
“Karena oppa sayang padamu, Hyeon. Oppa ga mau kau sedih…”
“Wae?”
“Karena dibalik sikapmu itu, kau lebih lemah dari oppa.
Kalau kau sedih dan menangis seperti sekarang, siapa yang akan menghapus air
matamu? Oppa tidak bisa lagi menggendong kalau kau jatuh, apa kau bisa berdiri
sendiri? Oppa tak bisa menemanimu ke pantai saat kau kesal, kau akan berteriak
pada siapa, Hyeon?? Hal-hal seperti itu yang terlintas di benak oppa,” jelasnya
seraya menggenggam jemariku. Serasa ada sebilah pisau menghujam jantungku.
Selama ini aku selalu berpikir dia tak pernah peduli padaku, aku salah besar.
Pandangan matanya hari ini sangat menguatkanku. Aku memang membutuhkan dia ada
disisiku, aku bahkan tidak mampu memikirkan seandainya dia tak ada disisiku
lagi.
“Aaah…aku harus berterima kasih pada orang yang telah
mendonorkan ginjalnya untukku,” serunya membuatku terhenyak.
“Sayang kita tak tau siapa orang itu. Bagaimana caranya
berterima kasih?” sambungnya lagi menerawang. Lagi-lagi, dia menghela napas
panjang saat menatap langit-langit kamar. Tanda kalau dia resah.
“Dengan oppa tersenyum, dengan oppa bahagia, pasti akan
sampai ke orang itu rasa terima kasih oppa,” kataku tersenyum. Kusandarkan
kepalaku ke bahunya.
“Ah, kau…setan cilik yang sok tau!” diacaknya rambutku
dengan gemas. Dan kali ini aku membiarkan dia melakukannya. Ketika tangannya
berhenti mengacak rambutku, aku mengangkat kepala dan menatapnya.
“Karena aku tau oppa, pasti orang itu ingin oppa tersenyum
bahagia.”
Lagi-lagi Chulie oppa hanya tertawa mendengar perkataanku.
Baru aku sadari hal-hal yang selama ini membuat teman SMUku selalu mengirimkan
surat cinta padanya. Matanya, ketawanya, senyumnya…. Kemana saja selama ini aku
pergi?
“Bagaimana kau tau?”
“Hati Hyeon yang bilang gitu,” sahutku tanpa mempedulikan
senyuman lebar di wajahnya yang mengejekku lagi. Rasanya nyaman menyandarkan
kepala dibahunya, menggenggam tangannya, mendengar detak jantungnya lebih
dekat. Sebenarnya, aku juga berharap dia akan menciumku sekarang, sepertinya
itu tak mungkin. Dan aku sudah merasa puas dengan semua ini. Hehehe…
“Hati Hyeon… kau ini benar-benar sok tau,” gerutunya.
Aku hanya terdiam. Aku tau itu karena aku merasakannya,
oppa. Aku…sangat ingin oppa tersenyum seperti dulu lagi. Apapun akan aku
pertaruhkan untuk melihat senyum oppa, nyawa sekalipun. Dan, satu ginjal tak
berarti apapun. Makin kueratkan pelukanku ke lengan oppa, tak ingin
melepaskannya lagi.
Omma pov
“Hyeon…” bisikku lirih berusaha menyadarkan putri
kesayanganku itu dari tidur panjangnya. Selang-selang infus membelit tubuh
mungilnya, ingin rasanya aku yang menggantikannya. Keceriaannya menghilang,
membuat sepi dunia ini.
Perlahan…matanya terbuka. Dia tersenyum lemah ketika
mendapati diriku ada di sampingnya. Pelan, aku mencium keningnya. Syukurlah…..
“Omma…bagaimana operasinya?” tanyanya lemah. Ada sinar
kecemasan di bola mata kecilnya. Tuhan… hal pertama yang dia khawatirkan saat
bangun bukanlah dirinya sendiri, tapi….Heechul.
“Jangan khawatir Hyeon, operasinya sukses,” sahutku tak
kuasa menahan air mata. Kembali aku memeluknya erat-erat.
“Omma, mianhae…..”
“Kenapa Hyeon melakukan ini semua? Kenapa?” aku bertanya
sambil terisak. Begitu berat menghadapi kenyataan kalau putri yang seharusnya
kuberikan dunia malah memberikan dunia pada orang lain. Dia rela mengorbankan
nyawanya sendiri, hal yang belum pernah aku lakukan untuknya ataupun Kyu.
“Karena…dia Heechul oppa,” sahut Hyeon sambil tersenyum.
“Begitu berarti kah dia bagimu, anakku?” Hyeon mengangguk mendengar pertanyaanku.
“Ne, omma. Aku tak bisa mengejarnya berlari, tapi dia pasti
bisa. Aku tak bisa menggendongnya kalo dia terjatuh, tapi dia bisa melakukan
untukku. Aku tak bisa menghiburnya kala sedih, tapi dia selalu bisa mengusap
air mataku. Aku tak bisa mencintai orang selain dia, tapi dia pasti menemukan
orang lain. Aku tak akan sanggup hidup tanpa dia, tapi aku yakin dia bisa hidup
meski tanpa Hyeon. Karena…dia lebih kuat dari Hyeon,” kata Hyeon membuatku
terkesiap. Dia, bukan lagi Hyeon yang berumur 3 tahun yang selalu manja padaku
dan Kyu. Dia sudah menjelma menjadi seorang gadis 20 tahun. Lebih tangguh dari
yang aku kira.
“Hyeon hanya ingin melihat Heechul oppa tersenyum. Itu saja.”
Kata-kata yang tidak akan bisa aku lupakan seumur hidupku.
Dengan penuh kasih, aku memeluk tubuh Hyeon yang sudah takkan sempurna lagi
tanpa sebelah ginjalnya. Tapi, bagiku dia akan selalu sempurna. Hatinya….
Epilog
Tidak pernah ada kata bosan. Setiap detik aku pandangi layar
hp yang menampilkan gambarnya dan diriku. Tersenyum lebar. Photo dan senyum
terakhir. Masih jelas dibenakku, sejelas rasa sakit ini, terakhir kali aku bertemu dengannya.
“Berjanjilah kau akan selalu tersenyum seperti ini,” katanya
menunjuk photo kami berdua.
“Kenapa?”
“Karena aku ingin melihat senyum oppa. Selalu…” ocehnya lagi
sambil menatapku.
“Janji??”
“Oke, oppa janji.”
Saling menautkan jari kelingking untuk meresmikan perjanjian
yang aku anggap konyol.
Kenapa kau sok tau sekali? Beranggapan oppa bisa hidup tanpa
melihat senyummu? Kau egois, Hyeon.
Tapi, seberat apapun akan oppa tepati janji terakhir kita. Hyeon…..oppa
akan selalu tersenyum untukmu.
No comments:
Post a Comment