do you know why i did this?
because i wanna know your true heart, true feeling
if u still love him, i'll let you go then
but in my heart
i hope you'll falling in love with me. over and over
because i'll never walk away from you, always hold your hand
if you go
i'll run to you and say 'dont go'
or
WGM pasangan Siwon dan seorang aktris bernama Jiyoung
sudah memasuki episode 3. HyeWon shipper
naik pitam, netizen membandingkan HyeWon dengan WonJi couple, pro dan kontra
menimbulkan kekacauan di dunia twitter. Aku tak begitu mempedulikannya.
Kesibukan mengalihkan perhatian dari semua itu. 1000% tercurah pada pekerjaanku
sendiri, showcase, fanmeeting, iklan, tour dan film. Masih menolak tawaran dari
Amerika meski sudah beberapa kali dibujuk Soo Man sosaengnim. Kepalaku pusing.
Beberapa hari lalu, Jungsu oppa dan Donghwa oppa yang
sedang wamil mengambil cuti. Sumringah aku menyambut mereka yang bahkan tidak
mau memelukku, malah menghujaniku dengan ribuan pertanyaan dan semburan amarah.
Wajar, sewaktu mereka masuk militer aku masih menghilang dan sekarang baru
bertemu. Gosip mengenaiku juga beredar di barak rupanya. Mereka mendadak berubah menjadi detektif,
melirikku tajam setiap kali ponselku bergetar, sengaja menyebut – nyebut nama
Siwon, memanas – manasiku, sampai mengundang Siwon untuk makan siang bersama.
Aku mencoba bersikap biasa, tapi kelihatan kaku, begitu
kata Dara yang kala itu aku paksa ikutan. Terakhir kali bertemu Siwon saat di
dapur dorm Super Junior, dia meninggalkanku dengan Heechul oppa. Beberapa kali
memang kami saling bertukar kabar melalui pesan singkat atau telepon, itupun
hanya ala kadarnya karena padatnya jadwal kami berdua. Jungsu oppa meledek kami
berdua seperti pasangan yang sedang perang dingin. Perubahan sikap antara aku
dan Siwon sebelum ada masalah ini sangat kentara. Duluuuu... kami memang dekat
sebagai teman biasa, training bersama, dan karena aku kakak Donghae. Kini,
kedekatan itu lambat laun berubah makna, lebih dari sebelumnya. Mungkin sebab
itulah jadi aneh seperti ini.
Jungsu oppa mencoba mencairkan suasana namun gagal, ganti
dia yang akhirnya manyun dan uring – uringan. Dan pertemuan makan siang hari
itu menjadi malapetaka. Seorang netizen mengupload poto kami, lebih tepatnya
mengeditnya sehingga nampak hanya aku dan Siwon. Tau kan, peraturan WGM,
meskipun hanya reality show dan pernikahan pura – pura tetap saja dilarang
‘selingkuh’. Padahal Siwon sudah berusaha keras demikian pula aku, untuk
menyangkal gosip mengenai kedekatan kami berdua menjelang WGMnya ditayangkan.
‘Semuanya hanya rekayasa saja, aslinya kami dekat sebagai
teman sedari dulu’ begitu aku bilang di salah satu acara tv. Dan Sungmin
membantu menguatkan pernyataanku. Kini, harus mulai dari awal lagi. Kalau kata
omma ‘satu kebohongan akan ditutupi kebohongan lain, dan menjadi kebohongan
besar’ entah apa maksudnya. Bohong?? Kebohongan yang mana? Bukankah benar aku
dan Siwon hanya berteman dekat, tidak kencan, kan??? Oh ya.. aku memang
berbohong. Yaitu... ah sudahlah. Kenapa akhir – akhir ini aku selalu memikirkan
dan membicarakan Siwon?? Ada apa denganku??
Penat, aku memutuskan menerima tawaran Dara, Ming dan
EunHye untuk berlibur ke Jeju. Kebetulan jadwalku kosong setelah proses
recording mini albumku lebih cepat selesai dari yang diperkirakan. Saat sudah
berada di pesawat baru menyadari mereka pasti merencanakan sesuatu, dilihat
dari betapa getolnya mereka bertiga merayuku. Mendadak kompak sekali mereka
bertiga itu. Kembali ke Seoul?? Tidak
mungkin, kecuali aku rela terjun bebas dari pesawat.
“Hyeon!!” sapa seorang gadis berambut panjang, berbalut
kaos berwarna hitam dan celana pendek warna senada dengan motif bintang, seraya
melambai ke arahku. Dara. Aku membalas lambaian tangannya. Susah payah menyeret
koperku menyeruak diantara lalu lalang orang. Berusaha tidak menabrak dan
menarik perhatian mereka.
“Aku pikir kau ga bakalan datang,”kata Dara saat aku
sudah berada di hadapannya. Aku nyengir mendengar ucapan basa basinya. Dia tahu
kok aku pasti datang. Tanpa banyak kata aku mengikutinya menuju parkiran. Ming
menunggu kita, begitu katanya. Dan benar saja, Ming sudah duduk manis di
belakang kemudi. Melambai heboh tatkala melihat kami mendekat.
“Oooh... sudah lama sekali aku ga berlibur,” ujarku setelah
mobil meluncur menyusuri jalanan Jeju. Dara mengerenyitkan dahi lalu menoleh ke
arah belakang dimana aku duduk.
“Ga salah dengar??? Kau sudah mengambil jatah liburanmu
setahun lebih, Hyeon!!” dengusnya merujuk pada peristiwa menghilangnya aku
setahun lalu. Aku terkekeh mendengar protes Dara. Rupanya dia masih kesal
tentang itu.
“Kau kok bisa nganggur?? Bukannya 2NE1 lagi sibuk di
Jepang?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“Kami diberi libur 3hari. Karena ituuu... aku ngajak kau
liburan bareng. Kebetulan jadwal SuperGirls dan kau bisa kompakan. Sudah lama
kan kita ga maen bareng,” jawab Dara. Ah iya, sejak aku keluar dari SuperGirls
otomatis kontrak kerjaku dengan YGE juga berakhir. Memang aku aslinya artis SME
hanya saja SuperGirls dibawah naungan YGE, jadi aktivitasku yang berhubungan
dengan SuperGirls diatur oleh YGE. Membuat kesempatanku bertemu Dara,
sahabatku, berkurang.
“Kenapa EunHye ga ikutan menjemputku?’ tanyaku mengenai
absennya EunHye.
“Ah kau.. kayak ga tau EunHye aja. Dia masih tidur saat
kami berangkat, barusan menelpon bilang sedang masak untuk kita,” kali ini Ming
bersuara. Mendengar kata ‘memasak’ mengingatkanku kalau sedari pagi belum
sarapan. Kruuyuuuukkk.... tanpa dikomando cacing di perutku bersuara membuat
Dara dan Ming ketawa ngakak.
Sisa perjalanan diisi celotehan, candaan kami bertiga
plus EunHye melalui sambungan telepon. Kebanyakan membahas berita dan gosip
terbaru di seputar kami, rencana mengisi liburan dan hal – hal biasa. Ah...
dulu waktu kami belum menjadi super star pernah kabur dari dorm ke Busan untuk
berlibur. Memori....kenangan... lagi – lagi semua berkelibat di benakku. Satu
orang begitu membenci kenangan, seseorang lagi senang membuat kenangan. Aku ada
diantaranya.
Jeju di musim gugur memang indah. Deretan pohon maple
digelayuti daun kuning keemasan. Belum lagi langit biru dan lautnya yang indah,
benar – benar membuat pikiran jadi tenang. Villa tempat kami menginap merupakan
milik paman EunHye, villa yang sering kami datangi kalau sedang berlibur.
Lengkap dengan kolam renang yang langsung menghadap ke pantai. Bau khas pantai menghampiri hidungku setiba
kami di halaman villa yang ditumbuhin berbagai macam bunga dan pohon maple itu.
Dari tempat aku berdiri terlihat EunHye berjalan gontai menyambut, mengenakan
kaos biru dan hotpant, rambut sebahunya diwarnai merah burgundy dibiarkan
tergerai begitu saja.
“Onnie...” sambutnya sumringah. Aku memeluk dongsaengku
itu sekilas lalu merangkulnya sambil berjalan ke dalam rumah.
Bau harum masakan menguar dari arah dapur. Seakan tahu
apa yang aku pikirkan, EunHye segera menyeretku ke dapur dan mendudukkanku di
meja makan. Menyusul kemudian Ming dan Dara.
Sehabis makan kami memutuskan jalan – jalan menyusuri
pantai. Bermain pasir, bermain ombak dan
melakukan berbagai macam gaya selca. Oke, pikiran awal yang mencurigai mereka
sirna sudah.
“Malam ini kita makan di luar saja, yuk,” usul Dara saat
kami berbaring di pasir putih.
“Ah.. aku ingin makan ribs steak...”
“Yah!! Kau harus diet!!” seru Ming memotong ucapan
EunHye. Aku terkekeh mendengarnya. Ming
dari dulu memang strict kalau berhubungan dengan Eunhye yang mudah naik
timbangan.
“Sudahlah...mumpung liburan biarin aja EunHye mau makan
apa aja. Abis itu suruh dia makan tofu sebulan.. hahahaha...” celetukku
disambut anggukan Eunhye sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
Ming mendengus.
“Aku ingin makan seafood!! Yeah!!” teriakku heboh. Dara
memiringkan badannya menghadapku.
“Kau... makan Fishy Mokpo aja sana... hahahaha,”
ledeknya. Aku mendelik ke arah Dara yang tertawa – tawa.
“Yah!! Ga ada yang boleh ngatain Hae Fishy Mokpo selain
aku, arra??!!” protesku kesal. Makin kencang tawa mereka bertiga.
“Kau ini brother complex!! Hae juga! Masa kita mau ajak
kau jalan aja harus ijin ma dia, udah gitu dia cerewet sekali harus begini
begitu bla bla bla... dia adik ato ayahmu, sih??!!” sambung Dara lagi. Kayak
dia dan Thunder ga complex aja.
“Huft.. dua – duanya... dia adik, kakak sekaligus ayah
bagiku,” desahku pelan. Senyap sejenak. Aku lirik mereka bertiga bertukar
pandang dan menatapku dengan tatapan.. hmmm... susah dijelaskan.
“Mian...” bisik Dara. Ah, mereka teringat kalau aku dan
Hae anak yatim??
“Jangan berlebihan!! Ayolah jangan pasang wajah itu. Mengerikan!!”
teriakku pada Dara, Ming dan EunHye. Aku sodok – sodok kaki Dara, pasir putih
bertebaran menutupi kaki putihnya. Dia melotot kesal menyadari apa yang aku
lakukan, tanpa ampun dia meraup pasir dengan tangannya dan melempariku.
“Yah!!” seruku.
“Kau ini!! Harusnya kau panggil aku onnie!!” balas Dara
pura – pura kesal.
“Aku baru ingat kau udah tua, ONNIE!!” ledekku menekankan
kata ‘onnie’ sambil menjulurkan lidahku ke arah Dara. Secepat kilat aku bangkit dan berlari
menghindari Dara. Ming dan Eunhye hanya tertawa melihat tingkah kami berdua.
“Mereka ituuu... lebih tua dari kita tapi tingkahnya kayak
anak kecil aja. Hal sepele udah bikin berantem hahahaha...” celetuk Ming pada
Eunhye. Merasa dibicarakan aku dan Dara menghentikan langkah kami dan menoleh
pada Ming yang belum menyadari bahaya. Eunhye meringis, matanya memberi kode
bahaya pada Ming.
“Yah!! Kaliaaann!!!” teriakku dan Dara.
“Lariiiiiii...”
Akhirnya kami berempat berlarian sepanjang pantai. Tak terasa
matahari mulai tenggelam.
Bruuukkkk...
Entah karena melamun atau memang orang itu tak punya
mata, aku menubruk seseorang sampai jatuh terduduk di lantai. Sebuah tangan
kekar terjulur menawarkan bantuan.
“Maaf.. aku tak melihat ja.... Hyeon??!!!” suara itu
mengagetkanku. Aku mendongak dan menatap tak percaya orang yang barusan aku
tabrak. What a....
“Wonnie??!!”
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Siwon seraya
membantuku berdiri. Aku diam, sibuk menepuk – nepuk celana pendekku. Eh tunggu!!
Siwon??? Disini??? Ngapain???
“Kau sendiri?” aku balik bertanya tanpa menjawabnya.
“Syuting WGM,” sahutnya lirih. Bener – bener deh...
“Ah.. honeymoon episode?” oke.. aku juga merasakan kalau
nada bicaraku dingin dan datar. Siwon melihatku, dia menggaruk belakang
kepalanya.
Dan kenapa dari sejuta tempat indah di dunia ini dia harus
memilih Jeju?? Kenapa tidak Hawai, Bali, atau Madagaskar sekalipun?? Ah,
menyebalkan!!
“Kau datang dengan sapa?” tanya Siwon berusaha mengusir
kecanggungannya.
“Ming, EunHye dan Dara. Wae??”
“Ah, tidak. Aku pikir...” dia mengerjapkan mata
menghentikan ucapannya.
“Apa?? Kau pikir aku datang dengan Chul oppa??!! Cih...”
sahutku datar. Siwon menatapku tajam, kedua ujung bibirnya tertarik ke atas
membentuk senyuman. Deg!! Heeiii... kenapa aku harus deg – degan??? Sudah ribuan
kali melihatnya. Kalimat selanjutnya dari Siwon resmi membuat aku hampir mati
jantungan.
“Aku merindukanmu, Hyeon!”
“Mwo??? Kau gila!!” jawabku meninggalkan Siwon dan
berjalan menuju meja dimana Ming, Dara dan EunHye menungguku. Siwon masih
berdiri mematung di tempatnya saat aku menoleh ke belakang. Dan kenapa pula aku
ini harus menoleh????? Kedua tangannya berada di saku celana panjang hitamnya,
dia masih menyunggingkan senyumnya. Aku pasti sudah gila, batinku menggelengkan
kepala.
“Kau kemana aja?? Masa ke toilet lama sekali??? Toiletnya
ada di Seoul, ya?” tegur Dara dengan rentetan pertanyaan. Aku menggeleng dan
menghempaskan diri di kursi sebelahnya. Menyadari perubahan raut wajahku Dara menatap
Ming yang sama bingungnya hanya mengangkat bahu. Lagi – lagi aku teringat
senyuman Siwon. Deg!!
“Kau kenapa? Sakit?” tanya Ming panik melihat mukaku
memerah. Aku menggeleng. Meraih gelas berisi jus jeruk di hadapanku dan
menghabiskan dengan sekali teguk. Mereka bertiga kembali bertukar pandang.
Aish!! Sedikit kesal kuletakkan kembali gelas kosongku.
EunHye ingin membuka mulutnya tapi saat itu juga matanya menangkap sosok orang
yang dia kenal, membuat dia menutup mulutnya dan mengerling ke arah Ming dan
Dara, menunjuk ke arah belakangku dengan dagunya. Serempak Ming dan Dara menoleh,
sejurus kemudian mereka bertiga berdehem dan pura – pura sibuk makan. Ujung –
ujung bibir mereka membentuk seringaian tak kentara tapi masih bisa aku lihat.
“Mwo??”
“Ani...” sahut Ming menggeleng. Kepalanya makin tertunduk
menyembunyikan tawanya.
“Aish!! Kenapa kau menendangku?” protes Dara melotot. Aku
salah menendang kaki Dara saat ingin menendang kaki Ming untuk menghentikan
seringaian di wajahnya itu.
“Kalian tahu dia bakal kesini, kan? Karena itu kalian
memaksaku datang,” tuduhku.
“Ani!! Sumpah, Hyeon, kami ga tahu. Dia kesini ngapain?”
bantah Ming. Dan aku tahu dia jujur.
“WGM,” sahutku singkat terdengar ketus.
“Karena itu kau kesal? Kau cemburu?” tebak Dara membuatku
tersedak.
“MWO??!!! Kau gila!! Ngapain aku cemburu????” bantahku
makin kesal. Mereka bertiga tertawa kecil.
“Aku ga cemburu!!” seruku menandakkan kaki kesal. Mereka mengangguk,
Dara memegang lenganku lembut.
“Aku hanya kesal harus bertemu dengannya pas liburan. Cih!!”
sambungku melipat kedua tangan di depan dada. EunHye menyeringai lebar.
“Kauuuu.... kesal bertemu dengannya atau karena tau dia
datang untuk syuting WGM?” ingin rasanya aku melempar gelas di depanku ke arah
EunHye. Lagi – lagi tu anak tebakannya tepat. Eh??? Tepat??? Apa ini?!!
“Apa urusannya denganku?” aku membuang muka ke arah
taman. Celakanya aku malah melihat Siwon berjalan ke arah kami. Tak sendiri...
bersama gadis itu. Ah aku lupa namanya. Dara yang rupanya menyadari kehadiran
Siwon berdehem – dehem.
“Oppa!” sapa EunHye riang. Lirikan matanya ke arahku
benar – benar membuatku kesal. Ming masih nyengir untuk menyembunyikan tawanya.
“Hai... aku tidak tahu kalian ada di sini,” ujar Siwon
saat sudah berdiri di sebelah kursiku.
“Memang kalau oppa tahu kami disini, oppa akan mentraktir
kita makan?” sambung EunHye. Siwon mengangguk pelan.
“Tentu saja.”
Huh... tanpa sadar aku mendengus kesal. Dara menendang
kakiku di bawah meja. Siwon menepuk pelan kepalaku, memaksaku mengangkat kepala
menatapnya.
“Apa?!” tanyaku sengit.
“Kau ini judes amat sih, Hyeon. Makin kelihatan jelek,
tau,” ledek Siwon. Aku mencibir ke arahnya lalu membuang muka kesal. Bibirku komat
kamit mengomel tanpa suara. Ming menggigit bibir bawahnya menahan senyum saat
mendapat pelototan dariku.
“Oh, ya, kenalkan ini Jiyoung. Partnerku di WGM,” Siwon
memperkenalkan gadis itu pada kami. Lagi, Dara menendang kakiku pelan. Aku menerima
uluran tangan gadis itu dan tersenyum ke arahnya. Dia cantik, imut, anggun dan
baik sepertinya. Cocok bersanding dengan Siwon. Beda dengan.... Aish!! Buru –
buru aku singkirkan pikiran melanturku.
“Onnie.. boleh aku minta tanda tanganmu?” kata Jiyoung
padaku, hampir saja aku terjatuh dari kursi saking kagetnya. Melirik sekilas ke
arah Siwon yang sedang menatapku juga, aku mengalihkan pandangan ke arah
Jiyoung.
“Aku?” Jiyoung mengangguk seraya menyodorkan album solo
terbaruku. Ragu aku menerima pulpen dari Jiyoung dan menorehkan tanda tanganku
di cover albumku. Tak kuhiraukan suara kikik tawa dari ketiga sahabatku. Jiyoung
menerima album itu kembali dan tersenyum girang.
“Jiyoung ini fans beratmu sejak dulu, Hyeon,” jelas Siwon
entah kenapa membuatku kesal.
“Sudah sejak lama dia memaksaku minta tanda tanganmu. Tadi
waktu tahu kau disini dia memohon ingin bertemu denganmu,” sambung Siwon
membuat tingkat kejengkelanku naik. Ingin rasanya membungkam mulutnya.
“Awalnya aku ragu menerima tawaran WGM ini karena aku
kira onnie dan Siwon oppa pacaran,” tiba – tiba Jiyoung mengatakan hal yang
membuat Dara terbatuk kecil, EunHye minum jusnya secepat kilat dan Ming
mencubit lengannya sendiri.
“Aish... gosip itu lagi!!”dengusku kesal. Aku tak
mengerti kenapa Siwon menatapku tajam seperti itu. Raut kesal terpampang jelas
di mukanya, meski sedetik kemudian dia mengubahnya dengan senyuman. Rupanya hanya
aku yang menyadari ekspresi tadi. Why?? Kenapa kau seperti itu???
Selanjutnya kami berbincang akrab. Sesekali aku bertukar
pandang tajam dengan Siwon. Aku juga tak paham alasannya. Sewaktu Siwon
mengusulkan agar kami ikut bagian dalam episode WGM ini –yang aku tahu dia
becanda- aku langsung mengancam akan membunuhnya saat tiba di Seoul. Lama tidak
bertemu dengannya, sekalinya bertemu dalam situasi seperti ini. Sekali lagi aku
juga tak paham alasan akun kesal. Kesal melihat dia tersenyum sedemikian rupa
pada Jiyoung. Kesal mendapat perlakuan dari Siwon beda dari biasanya. Kesal..
kesal.. kesal..
Apa iya, aku cemburu??? Pada Siwon??
“Sudah, kau akui saja kau cemburu,” kata Dara saat kami
berdua sudah di dalam kamar. Aku mendelik gusar ke arah sahabatku itu.
“Sepanjang jalan kau uring – uringan. Apalagi kalau bukan
karena cemburu?” desak Dara lagi. Kulempar bantal di tanganku ke muka sahabat
yang lebih tua dariku itu.
“Kau ga bisa bohong padaku, Hyeon. Kau sudah jatuh cinta
pada bocah itu.”
Kedua telapak tanganku menutupi kedua telingaku tanda tak
ingin mendengar ucapan Dara lagi. No no no... aku ga jatuh cinta. Aku juga ga
cemburu!! No no!! Dara menggumam ‘terserah kau saja’ lalu membaringkan tubuhnya
di kasur memunggungiku. Masih duduk di sofa, aku menatap keluar jendela. Langit
Jeju penuh bintang. Apa yang dia lakukan di sana? Apa dia dan Jiyoung...
aish!!! Kutepuk jidatku kesal.
“Kau marah padaku, Hyeon?” tanya Siwon menatapku.
“Sejak kapan kau memanggilku nama?” aku balik bertanya
dengan nada dingin. Siwon menggeleng pelan menghadapi kelakuanku.
“Bukankah sudah biasa aku memanggilmu seperti ini dan
menggunakan banmal?” sahutnya menjentikkan jarinya ke jidatku. Siwon beranjak
dari sofa berjalan menuju balkon. Kuikuti langkahnya dengan ekor mataku. Sialan
tu bocah berani menyiksaku, batinku mengusap jidat.
“Dalam perjanjian, kau boleh dan HANYA boleh menggunakan
banmal di depan semua orang. Kalau kita sedang berdua, kau harus memanggilku
nuna!! Kau lupa?” kataku mengingatkan Siwon tentang perjanjian kami dulu. Siwon
terdiam, masih menyandarkan tubuh jangkungnya di pilar balkon. Matanya menatapku.
Lagi – lagi tatapan itu.
“Masa bodoh dengan perjanjian itu!” ucapnya membuang
muka. Aku melotot ke arahnya.
“Yah!! Apa maksudmu?” teriakku. Aku berjalan kesal ke
arahnya. Dia menatapku. Mencekal lenganku erat. Kaget aku menatap Siwon.
“Kau ingat apa yang aku katakan dulu?? Akibat dari
perjanjian itu adalah salah satu diantara kita jatuh cinta. Dan, aku jatuh
cinta padamu, Hyeon. Apa yang aku lakukan untukmu selama ini bukan karena
perjanjian itu. Tapi karena aku sayang padamu, Hyeon,” ucap Siwon seraya
menegapkan badannya. Jarak antara kami kini hanya sejengkal. Aku mendongak
menatapnya tak percaya. Aku pasti salah dengar. Dia apa???
“Kau tahu alasan aku menerima WGM ini?? Untuk mengetahui
perasaanku padamu dan agar kau menyadari perasaanmu padaku. Jujurlah, kau juga
jatuh cinta padaku, Hyeon. Kau cemburu saat melihatku bersama Jiyoung. Apa kau
harus berlari lagi?” tangan kekar Siwon menyentuh pipiku. Astaga... aku tak
pernah sedekat ini dengannya. Ini.. ini... terlalu dekat. Siwon menarikku lagi
saat aku berusaha melepaskan diri darinya.
“Aku?!! Apa kau gila?? Aku tak cem....”
Ucapanku tenggelam begitu saja saat Siwon mengecup
bibirku. Aku terpaku. Siwon menatap mataku, dan menciumku lagi. Otakku tak
berfungsi. Aku.. aku tak bisa menolak ciuman Siwon bahkan kini kedua lenganku
melingkari lehernya. Ada apa denganku?!!! Harusnya aku berteriak marah dan
mendorong tubuh kekarnya menjauh dariku, sebaliknya aku malah menurut saja saat
dia menarik pinggangku mendekat.
Entah berapa lama kami berciuman. Kini aku sudah ada
dalam pelukannya. Dia mengecup puncak kepalaku dan mengeratkan pelukannya. Berbeda
saat dipeluk Heechul oppa, sarat dengan kepedihan dan ketakutan. Saat bersama
Siwon yang ada hanya kedamaian. Apa yang
kau lakukan, Hyeon??!!!! Secepat kilas kulepaskan tanganku dari leher Siwon.
“Aku sudah gila!!” teriakku mendorong tubuh Siwon
menjauh. Siwon terkejut menatapku.
Aish!! Aku mengacak rambutku dan berlari meninggalkan
Siwon, keluar kamar tanpa mempedulikan teriakannya.
“Hyeon!!”
*to be continue
Baguuss.. so sweet + lucu. ngakak sendiri pas baca ini :D
ReplyDeleteeits... km msih dibawah umur blum wktuny baca yg bagian endingnya tuh haaha....
ReplyDeletembaaa,,maafff aq ikt nulis dsni...
Deletegmn kbarnya????kangeeennnn...hehehehee
ulaannn yg nulis
Deletehehehe..gpp kan sekali" . Semangat y mbak! :)
ReplyDelete