Wednesday, October 20, 2010

Aboji.... Mianhae...

Rasanya sakit hati ini. Lebih tepatnya sedih. Ketika melihat satu potret keluarga yang ada di Jonas kemarin. Ada sesuatu yang menusuk hati ini. Kadang bertanya, berandai-andai dan bermimpi tentang ending cerita hidupku. Aku mengharapkan sesuatu seindah cerita yang selalu aku tulis, mungkin berliku tapi selalu berakhir bahagia.
Baru menyadari betapa aku merindukannya. Selalu berdiri disampingku kapan saja. Mendengarkan keluh kesahku yang tak penting, selalu mencari perhatiannya untuk bermanja. Setiap melakukan satu kesalahan hanya padanya aku mengaku dan mencari perlindungan. Mendengar suaranya membuatku tentram. Salah satu alasan aku selalu menelpon ke rumah adalah dia. Dan sekarang sudah tak bisa lagi. Tak ada alasan dan semua tinggal kenangan.
Terlalu terlambat untuk menyadari bahwa aku melakukan banyak kesalahan yang tak termaafkan. Menyakitinya, mengkhianatinya, membohonginya. Kesalahan yang tak kusadari keberadaannya sampai saat itu tiba, sampai semua terlambat untuk memperbaikinya.
Seperti kata pepatah “kita akan menyadari betapa orang itu berarti bagi kita saat kita sudah kehilangannya”. Aku dulu tak begitu menyadari arti penting hadirnya, seringkali aku mengabaikan, menyangkalnya.  Dan kini menyisakan rasa sakit yang menyesakkan relung hati ini. Aku menyakitinya, sangat!! Bahkan aku tak bisa meminta maaf padanya ataupun bertanya padanya tentang semua kesalahan yang ku perbuat.
Andai….
Andai, ya andai!! Banyak andai yang terpeta di otakku.
Andai waktu bisa berputar dan memberikan aku kesempatan sekali lagi untuk bertemu dengannya.
Andai hari dimana dia pergi itu tak pernah ada.
Andai saat itu aku tidak egois dan mau mendengarkannya, menoleh padanya untuk terakhir kalinya.
Andai aku mempercayai pertanda yang menghampiriku.
Andai aku bisa melihat wajahnya untuk terakhir kalinya.
Andai aku bisa menjadi kebanggaannya.
Andai aku bisa bertemu dan bertanya padanya.
Inilah yang akan aku tanyakan.
Banggakah dia memilikiku?
Apa kesalahan terfatal yang telah aku lakukan?
Apakah dia menyimpan marah padaku?
Apakah dia marah padaku saat itu?
Adakah maaf itu untukku???
Apa sebenarnya harapannya padaku??

Tapi aku sadar kalau itu semua mustahil terjadi. Sesuatu yang telah diambil-Nya tidak akan bisa hidup kembali. Dan tinggallah aku sendiri, penuh dengan penyesalan dan sayang padanya. Doa dengan harapan dia memaafkan semua kesalahanku, menggantikan kata maaf yang belum sempat terucap.
Dia adalah ayahku. Dan aku adalah anak ayah, begitu semua orang bilang. Betapa dia dulu sangat menyayangiku dan baginya aku adalah istimewa.  Namun, malah aku yang terlalu banyak mengecewakannya. Orang yang tak ada disampingnya disaat terakhirnya hanya karena keegoisan semata. Betapa aku sangat merugi…..
Aboji…..mianhae…..

No comments:

Post a Comment